All Chapters of Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva: Chapter 151 - Chapter 160

166 Chapters

Deret 40

Aku mengingat sebuah kisah yang pernah kubaca pada suatu malam yang dingin banyak semilir angin. Judulnya fiksi sebuah kampus. Aku rasa bisa menghibur teman di sebelahku untuk menutup cerita ini sampai beberapa halaman ke depan. Menari bila terlalu membahas itu dan rasanya sulit jika mengulangnya terus-menerus.Baiklah, kita kembali ke duniaku. Pada titik dimana semuanya belum wangi secara internal. Kita memungkin diri berkerumun di balik detik. Waktu itu berada dalam sebuah labirin kebingungan dan keputusasaan.Berusaha menemukan sahabatku yang hilang dan katanya sudah melewati banyak kenangan di setia lapisan langit bernama Room Nakama, seperti sedang menyiapkan pesanan kopi dari kedai di bumi yang lain, berukuran kecil, dan terhubung melalui sebuah ponsel alam semesta. Di sebuah kedai kecil itu, kami memadukan pertemuan berdasarkan pesana dalam percakapan di WhatsApp me
last updateLast Updated : 2024-11-20
Read more

Deret 41

“Ya, dan sekarang kau masih ingin seperti ini selamanya? Berangkat sekarang pejuang pendidikan!”“Oh?”“Aku akan meneruskan kisahku yang tertunda. Hanya saja, kau akan berperan berbeda dan menjadi dosenku, Big Bos!”"Kita benar-benar akan menulis kisah kedua? Harusnya kita mengalami yang namanya dilema terlebih dulu. Bukankah cerita pertama, adalah rangkaian kejadian dan mimpi mengenaskan kita yang akhirnya tercapai sementara?""Kau berlebihan dalam memikirkannya semuanya. Cerita tak harus indah selamanya. Untuk bagian kedua, kita buat saja pelan-pelan mengenai masa-masa kita di Melbourne ini, Bee.""Jika hanya menceritakan rasa nyaman, orang-orang tak akan suka.""Bukankah mereka
last updateLast Updated : 2024-11-21
Read more

Deret 42

"Benar, kita harus menemukan dia, Mus.""Ini cukup sulit jika harus melakukan sesuatu du kali.""Melakukan sesuatu dua kali?""Begini, " Mus bangkit dari kursinya. "Kita akan mencari Hajar atau mencari ponsel letak ponselnya?"Mus menyentak logikaku hanya dengan pikiran sederhana begitu. Aku merasa kalau diriku sangatlah bodoh. Mus benar."Mus, kau benar sekali. Ya ampun, betapa bodohnya aku. Jika kita menuju lokasi ponsel itu pun, Hajar tetap tak akan kita temukan. Aku tak bisa membayangkan betapa kebingungannya dia.""Itu memang benar. Tetapi tak sepenuhnya salah juga, Bee. Maksudku, dengan adanya informasi lokasi ponsel itu, kita jadi punya fokus tempat mencari Hajar. Tak mungkin kota tempat ponselnya terjatuh, d
last updateLast Updated : 2024-11-22
Read more

Deret 43

"Astaga, kau baru saja jadi master pendidikan, sekarang malah berjuang di jalanan, kya...!""Hum, hubungannya apa coba?""Sekarang coba telepon lagi ke nomor Hajar yang dipegang sama pria tadi," Mus spontan kembali berubah seserius sebelumnya."Aku tak yakin lah.""Lah?""Apa kita tidak duduk dulu sebelum naik trem?""Iya sih, kalau teruskan cukup jauh, kita akan menyia-nyiakan trem gratis.""Tepian Yarra River?""Aku tak suka bersepeda?""Kau jangan membawa jiwa-jiwa ketika kita masih di Indo, yang suka gengsi naik sepeda di jalanan umum.""Tak gengsi, Bee."
last updateLast Updated : 2024-11-23
Read more

Deret 44

"Sangat tidak ramah membandingkan sahabat-sahabatnu dengan cara seperti itu, Bee.""Jadi, aku salah sekarang?""Tidak, bukan itu maksudku. Lihat ke sana!"Mus memerintahkan pikiranku memandang arah kiri. Sebuah keramaian yang langka terlihat menarik untuk didekati."Apa kau ingin kesana?" aku mencoba membaca pikiran Mus."Aku hanya ingin kau mengangankan keramaian itu sebagai situasi, dimana Rumah Hijau kita di negeri Tambora, telah ramai dan dipenuhi para intelektual muda. Tak seperti saat kita masih kusut dan hanya melihat kerangka-kerangka bangunan kampus fiksi."Perkataan itu memberi ruang baru di bilik hatiku. Aku memang sebetulnya ingin pulang. Berkunjung ke kampus fiksi, menyalami tangan Pak Iwan, Sir Batak, Mrs Pink, Bunda Iga, dan pahlawan-pahlawan di balik layarku yang lainnya."Bukankah itu sebuah brosur yang dicari Hajar?" Mus merubah arah pandanganku seketika. "Tak ada yang lebih baik sebagai petunjuk, selain daripada bro
last updateLast Updated : 2024-11-24
Read more

Deret 45

Sebelum aku lanjutkan petualangan singkat di negeri orang yang nasib damai itu, aku waktu itu meminta izin lebih dulu pada temanku itu untuk berpindah tempat."Di saat seperti ini kau malah berkisah yang terlalu berat untukku," katanya sedikit mengkritik apa yang sudah aku ceritakan padanya.Dan ingatanku sebelum kabut hitam muncul pun berlanjut.***"Apa kita bisa menepis keraguan dengan cara yang benar?" aku memandang Mus begitu sayu.Ada harapan baru yang tumbuh membahana di dalam seluk hatiku."Kita harus sepenuhnya percaya pada Hajar, Mus. Apa kau masih ragu untuk memfotonya?"Pertanyaan Mus memang mencerminkan dirinya terkadang bisa kehilangan fokus. Padahal aku telah memposting foto brosur itu di Instagram. Aku menandai Hajar. Terkejut. Aku memperlihatkan di depan wajahnya dengan kecepatan sedang. Mus spontan memundurkan sedikit wajahnya secara cepat."Kita sedang tidak berada di negeri halaman, Bee. Jangan memberiku kejutan listrik."Aku sumringah, "Mus?""Oh?""Kenapa waktu t
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

Deret 46

"Ada orang, Mus?" tanyaku bersembunyi di belakang tubuhnya yang lebih pendek. "Jawab aku lah!""Sebentar, Bee.""Apa perlu kita menutup wajah dengan selimut lalu berlari sekencang mungkin, sampai ke pintu asrama?""Tak perlu begitu. Kita bersikap cool saja. Kalau berlari dengan cara begitu, kita akan disangka maling muda oleh Pak Amin.""Ya sudah, aku duluan. Mari kita jalan," Mus melangkahkan kaki dengan penuh karisma yang dibuat-buat. "Kabur!"Aku tercenung. Pengkhianatan luar biasa dari Mus. Apanya yang cool? Dia malah menipuku dan sekarang tertawa besar di ujung pintu asrama sana."Cepatlah, Bee! Belum ada manusia-manusia yang bangun jam shubuh-shubuh begini."Dia tak sada
last updateLast Updated : 2024-11-26
Read more

Deret 47

"Hm, mengenai itu ... jawabannya mudah sekali, Bee.""Apa, Mus?""Ia pasti melihat WhatsApp story Hajar. Entah tulisan Hajar itu berisi dirinya yang ingin menemukan kita, atau keadaan dirinya yang baru saja berada di Australi. Seorang yang melihat ponsel orang lain dengan bahasa percakapan asing, pasti langsung mengerti jika seseorang itu berasal dari negara yang berbeda. Apalagi melihat permulaan identitas nomornya.”"+62!""Ya, lantas juga pria itu menghubungi nomormu, karena kemungkin besar nomormu berada di posisi paling atas ... sebagai seorang yang dominan dihubungi oleh Hajar sebagai si pemilik ponsel. Apa aku benar?'"Kau sangat benar, Mus. Tepat dan sangat cerdas.""Haha, dan kau masih khawatir lagi?"
last updateLast Updated : 2024-11-27
Read more

Deret 48

Di sini aku semakin curiga.Kakek Hwang memutar balik punggung Mus, saat kami turun dari trem. Gerakan itu adalah tanda beliau meminta Mus, menuntun sebuah keputusan. Sebenarnya aku tidak mengerti. Seakan ada yang keduanya sembunyikan dariku.Tetapi bagaimana mungkin? Sebuah perencanaan sandiawara memerlukan tidak hanya sekali pertemuan. Sementara Mus dan Kakek Hwang baru kali itu bertemu dengan kami.Entah kenapa jiwa detektifku kumat. Aku yang sempat berangan-angan menjadi seorang polisi seperti pada cerita Room Nakama, akhirnya pada suatu titik nantinya, memilih meninggalkan Mus dan Hajar sementara. Saat terakhir aku kembali ke Sidney, aku hanya mengerjakan tugas-tugas duniawi dari Professor kesayanganku.Memegangi tingkat depresi secara pribadi di antara gang-gang sempit di dalam ruh pikira
last updateLast Updated : 2024-11-28
Read more

Deret 49

Sejatinya memang benar, Mus dan Hajar merencanakan pertemuan ini dengan cara yang cukup menyiksa kejiwaanku. Sebab Mus, Hajar, dan para anggota Enam Kelana, detik itu tersenyum ke arahku tanpa merasa berdosa.Aku sedih tapi sangat bahagia. Tak ada kamus tebal manapun yang sanggup mengartikan kebahagiaan sekaligus kesedihanku kala itu. Aku menerjang derita dan tawa tertahan yang seirama. Mereka semua pun menertawakan kelemahan diriku, yang gagal menebak pikiran Mus dan semua permainan itu.Selepas itu, pemandangan baru tercipta di langit Sidney. Aku akhirnya bisa menyaksikan Picolo dan Mus, dua orang dengan nama asli yang sama, berada dalam satu ranah pertemuan paling konyol se-muka bumi Australia. Takiya, Zoro, Wolf, Snoopy, dan Harry Potter juga rela meninggalkan rutinitas formal yang mereka demi menjemputku."Aku berandai-andai bisa mengejutkan kalian semua dengan kepulanganku. Tetapi, yang terjadi malah ...""Kau sehat-sehat saja, Big Bos kebanggaan ka
last updateLast Updated : 2024-11-29
Read more
PREV
1
...
121314151617
DMCA.com Protection Status