Semua Bab Paman Mafia, Mari Kita Bercerai : Bab 11 - Bab 17
17 Bab
Bab_11 (Wanita yang familiar)
"Bibi Lucy, sepertinya obat yang Bibi berikan tidak mempan untukku. Aku terus merasa gelisah dan akhir-akhir ini sering mengalami emosi yang tidak stabil," ucap Berlian menatap resep yang diberikan Lucy, seorang psikiater pribadi keluarga Kenneth. Lucy menatap Berlian dengan simpati. Cahaya pagi yang masuk melalui jendela besar menerangi kamar Berlian, memberikan nuansa hangat yang kontras dengan dinginnya suasana hati Berlian. Lucy meletakkan resep yang ia tulis di atas meja kecil samping tempat tidur, menatap majikan kecilnya dengan sendu. "Nyonya Berlian, kau tahu aku ada di sini untuk membantu. Jika ada sesuatu yang mengganggumu, jangan ragu untuk menceritakannya," kata Lucy, lembut. Lucy wanita paruh baya itu tidak pernah memaksa maupun mendesak kliennya. Lucy ingin jika kliennya itu merasa nyaman dan terbuka secara sukarela menceritakan apa yang kliennya alami. Berlian, wanita manja yang selalu merasa kuat itu menggeleng sambil tersenyum lebar. Ia meminta bibi Lucy data
Baca selengkapnya
Bab_12 (Penasaran)
"Luke, kau mendengarku?" Maximilian menjentikkan jari di depan wajah Luke, saat melihat rekannya itu dari tadi tampak tidak fokus. Di sudut lain aula, Luke terus memperhatikan wanita bertopeng emas. Wanita itu jelas tidak nyaman, dan itu membuat Luke semakin tertarik. Tidak biasanya Luke gampang tertarik oleh lawan jenis. Tetapi wanita yang duduk di pojokan sana membuat rasa penasaran Luke pun muncul. Entah bagaimana bisa wanita itu dapat memikat perhatian Luke, ada sebuah dorongan kuat yang membuat Luke ingin menghampiri wanita itu. Selama ia hidup, Luke baru merasa jika hanya Berlian yang mampu mengalihkan pandangan Luke kepada wanita-wanita di luar sana. Ternyata malam ini, ada satu wanita lagi yang mampu mencuri perhatian Luke. Maximilian yang melihat Luke seperti terkena sihir pun mendengkus kesal. "Luke! Sadar, kau itu sudah punya istri! Jika kau tidak lagi mencintai istrimu, di lelang saja di pasar gelap —"Bugh! Belum sempat Maximilian menyelesaikan kalimatnya, Luke sud
Baca selengkapnya
Bab_13 (Terjerat hasrat)
"Bau parfum dan suara ini...." Berlian mendongak, mencoba mengingat di mana dia pernah mencium bau parfum ini sebelumnya. 'Luke?' gumam Berlian, ia menggelengkan kepala, menepis bayangan suaminya yang menyebalkan itu. 'Come on, kau harus membuang bayangan Luke jauh-jauh. Bukankah kau ingin melupakan pria itu, Lian! Pria ini tidak mungkin Luke. Dia tidak akan berada di tempat ini. apalagi mengenalimu?' Berlian berusaha meyakinkan diri jika yang berdiri di hadapannya itu bukanlah suaminya. Pria bertopeng hitam itu tersenyum tipis di balik topeng. "Kau baik-baik saja?" tanya pria tersebut dengan suara berat. Suara pria itu begitu akrab di telinga Berlian. Membuat hati Berlian berdebar kencang, ada sebuah desiran hangat yang tiba-tiba mengalir dari suara itu. Suara yang sudah lama tidak menyapanya dengan kelembutan. Berlian mencoba mengatur napas. "Ya, aku baik-baik saja. Hanya sedikit terkejut," jawab Berlian. "Hmm ... Terima kasih sudah menyelamatkanku." lanjut Berlian. Pria
Baca selengkapnya
Bab_14 (Bablas) ++
"Bagaimana, Nona Lilian? Setelah menyetujui syarat yang kau berikan apa kita bisa melanjutkan ini?" tanya Luke, mengelus dagu Berlian. Dua manusia yang duduk di bibir ranjang itu saling menatap dalam hening, cahaya lilin yang hampir redup bergoyang-goyang tertiup angin yang masuk melalui cela-cela ventilasi. Rasa cemas dan penasaran kini merayap dalam diri Berlian. Tangan wanita itu berkeringat, ini kali pertama ia akan melakukan hubungan badan dan memberikan kesuciannya kepada pria asing yang bukan suaminya sendiri. 'Luke, kenapa di saat aku ingin menyerah dan memberikan diriku seutuhnya kepada pria asing ini, namun kenapa bayangan Luke yang dingin dan sorot mata Luke kini terlintas saat aku melihat tatapan pria ini yang mirip sekali seperti Luke?' perasaan Berlian dilema, apakah dia akan melanjutkan langkah yang sudah terlanjur ia mulai atau kembali mundur dan melarikan diri dari situasi ini. Luke, atau Zee, mendekatkan wajahnya. "Apa kau ragu?" bisik Luke lembut, desiran
Baca selengkapnya
Bab_15 (Akhir di Hidden Veil)
"Kemana wanita itu? Perasaan, tadi dia lari ke arah sini!" ujar seorang pria bertopeng kepada rekan-rekannya dengan napas tersengal-sengal. Pria-pria bertopeng itu saling memandang, mencoba mencari petunjuk di lorong remang-remang. Mereka tampak kebingungan, tidak tahu ke mana arah wanita yang mereka kejar. Sementara mereka kebingungan, Julius datang menghampiri mereka dengan senyum lebar yang terpatri di wajah Julius. "Sedang mencari siapa, Tuan-tuan?" tanya Julius dengan nada santai. Pria-pria bertopeng itu menoleh dengan pandangan curiga. "Ada urusan apa denganmu? Pergi sana, urus saja urusanmu sendiri!" sentak seorang pria dengan suara meninggi. Julius tertawa kecil. "Oh, aku hanya penasaran. Kalian terlihat begitu bingung. Mungkin aku bisa membantu?" Julius melirik ke arah sudut lorong, di mana beberapa anak buah Luke berdiri di sana dengan tenang. Seorang pria mendengus. "Dia lari ke sini. Seorang wanita dengan gaun biru. Kamu melihatnya?" tanya pria bertopeng yang la
Baca selengkapnya
Bab_16 (Tidak ingin pulang)
"Ada apa? Jika tidak ada hal yang penting, kau tidak akan mungkin mengetuk pintu," tanya Luke ketika pria itu sudah rapi dengan setelan jas masih dengan topeng yang ia kenakan. Julius merasa bersalah telah mengganggu aktivitas tuannya. Tetapi, ada sesuatu yang mendesak yang harus ia sampaikan. "Maaf, Tuan. Saya hanya ingin menyampaikan hasil penyelidikan mengenai surat misterius yang dikirimkan waktu itu." Luke menyimak sambil melangkah melewati koridor remang-remang. Pikirannya masih terus tertuju kepada gadis di dalam kamar yang ia tinggalkan. Meskipun malam ini tidak terjadi apa-apa antara Luke dan Berlian, hanya melakukan Petting seks tanpa penetrasi, Luke masih penasaran dengan wanita di dalam sana. Tetapi, saat ini, Luke harus memaksakan dirinya fokus pada laporan Julius, sang asisten. "Apa yang kau temukan? Apakah kau sudah menemukan siapa yang mengirim surat itu?" Julius mengangguk dengan pasti. "Ya, dia adalah Galen, Tuan," jawab Julius. Deg! Mendengar
Baca selengkapnya
Bab_17 (Yakin untuk bercerai)
"Ana, apakah Berlian sudah pulang?" tanya Luke saat ia sedang menikmati sarapan, bersiap-siap untuk menemui Geral yang beberapa waktu lalu pernah memiliki konflik di kasino. Ana yang sedang menuangkan air ke dalam gelas Luke pun menoleh. "Belum, Tuan, sepertinya, satu hari kemarin saya tidak menemukan Nyonya. Semalam juga Nyonya belum kembali. Coba Tuan tanyakan kepada Fiona," jawab Ana. Luke menghentikan alat makannya, perasaan cemas mulai menggerogoti diri Luke. Apakah dia benar-benar serius dengan ucapannya bercerai denganku? Atau, Berlian sudah mengetahui sesuatu? Bisa-bisanya dia pergi sementara acara ulang tahun neneknya akan segera dilangsungkan. Pikir Luke. "Fiona sudah kembali?" tanya Luke. "Sudah, Tuan. Baru saja tiba dari kampung." "Panggil dia kemari. Aku ingin tahu, apakah Berlian menghubungi dia!" perintah Luke. "Baik, Tuan." Ana meletakkan teko kaca yang ia pegang, dengan bur
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12
DMCA.com Protection Status