All Chapters of Obsesi Cinta Pemain Wanita: Chapter 11 - Chapter 20
34 Chapters
11. Terobsesi
Terlepas aku menginginkan pernikahan ini atau tidak, tapi sejak berusia 19 tahun hingga menjadi 27 tahun seperti sekarang, aku tidak pernah mencoba memikirkan masa depan selain menjadi suami Devanda, batin Andriyan.“Soal kelemahan Vanda, aku hanya penasaran. Tidak ada yang akan aku lakukan meski aku mengetahui itu,” ucap Andriyan.Rasel mengangguk paham. “Emm, Tuan, sepertinya sudah lama Anda tidak mengontrol perusahaan Anda di Bali. Sekiranya kapan Anda akan kembali ke Bali?”“Setelah menikah. Aku akan kembali dan berbulan madu di sana. Untuk ke depannya pun aku akan tinggal di Bali bersama Devanda.”“Jadi Anda berdua akan meninggali rumah masa depan yang sudah dari lama Anda bangun itu, ya?” tanya Rasel karena dia memang paling suka bekerja saat mengikuti Andriyan di Bali.“Benar.”***Suasana satu minggu sebelum pernikahan Andriyan dan Devanda cukup menegangkan. Makan malam hari ini se
Read more
12. Tertekan
“Andriyan, katakan dengan jujur padaku. Apakah saat ini kamu sedang terkena penyakit mematikan yang mengharuskanmu untuk menjalani kehidupan dengan baik dan normal? Sehingga kamu berpikir untuk segera memberikan ayahmu cucu dengan tiba-tiba mempersiapkan pernikahan kilat ini?”“Hentikan, Delvino!”“Apakah kakakku terlihat remeh di matamu?” tanya Delvino lagi. “Hanya karena tampangmu itu, kamu merasa berhak memperlakukan kakakku dengan seenaknya, huh?”Andriyan masih berusaha mengumpulkan kata-kata yang tepat untuk menanggapi Delvino, tetapi ketika melihat Devanda, dia melihat tatapan setajam elang yang terpancar darinya. Sepertinya dia sudah sangat kesal dengan apa yang baru saja disampaikan oleh adiknya. Kini ia menegakkan tubuhnya dan menghadap sang adik. “Delvino, hentikan. Kita tidak boleh memperlakukan tamu seperti ini.”Delvino tampak tidak peduli dengan bagaimana Devanda bereaksi. Dia hanya bersed
Read more
13. Dalam Lamunan
“Maaf, Kak Iyan, pasti hari ini kamu merasa lelah karena adikku, kan?”Andriyan yang dari tadi tenggelam oleh pikirannya sendiri langsung mendongak setelah mendengar suara Devanda. “Nggak pa-pa. Toh, memang benar, aku punya banyak celah untuk dijadikan kesalahan. Tapi, kenapa kamu minta maaf?”Devanda mendudukkan dirinya di sebelah Andriyan sembari mengulurkan segelas wine. Di tangan lainnya, Devanda juga memegang miliknya sendiri. “Karena aku merasa bersalah. Kamu tidak perlu memikirkan kata-kata adikku dan lakukan apa pun sesuai keinginanmu.”“Aku sudah melakukan apa pun sesuai keinginanku, secukupnya.”“Aku tau kamu mengumumkan secara sepihak untuk menikah dalam dua minggu lagi. Berkatmu, aku pun juga tidak terlalu repot untuk menyelesaikan segala pernak-pernik yang dibutuhkan dalam pernikahan atau fitting baju. Aku yakin kamu sudah mengusahakan semuanya dengan optimal. Kelihatannya kamu memang melakukan se
Read more
14. Alasan Konyol
“Mau bagaimana pun, pernikahan kita saja sudah konyol. Kamu yang selama ini berkeliaran -untuk menghindari tunanganmu, tiba-tiba mengajak menikah dalam dua minggu. Bukankah itu benar-benar konyol? Jadi, setidaknya kita tidak perlu tertawa.”Andriyan menatap Devanda dengan serius. “Dari awal, aku tidak pernah mengatakan bahwa hal ini konyol. Karena masa depan yang kupikirkan adalah kamu menjadi istriku. Karena itulah aku menciummu. Walau aku tidak mencintaimu, tapi kamu akan segera menjadi satu-satunya wanita yang penting di hidupku.”Andriyan mulai menyadari kesalahannya, tampaknya dia juga sudah kelewatan bertingkah seenaknya. Lain kali, dia harus lebih bisa mengendalikan emosi dalam dirinya. “Maaf karena sudah bersikap tidak sopan. Aku berpikir sembrono karena mengira itu sah-sah saja dilakukan jika kita memiliki hubungan sepenting itu. Aku tidak akan melakukan hal yang tidak kamu suka kok. Kalau kamu merasa tidak nyaman karena kita tidak sa
Read more
15. Apakah Kamu Manusia?
“Astaga, cantiknya!”Hampir semua orang menutup mulut mereka dan tidak bisa mengalihkan pandangan dari kecantikan Devanda yang sangat tidak manusiawi.“Aku masih tidak percaya meski pun melihatnya dengan mata kepalaku sendiri!”“Perempuan cantik yang sedang berdansa dengan Pak Andriyan itu … benar-benar adalah Devanda yang kita kenal selama ini?”Andriyan terus mengamati setiap inci diri Devanda. Hari ini perempuan itu sangat bersinar, seperti kelopak bunga yang akhirnya mekar. Sebenarnya apa alasan dirinya sangat menutup diri dan mulai menunjukkan keindahannya hari ini? Apa ini memang sudah menjadi bagian dari rencana Devanda untuk memperlihatkan pada semua orang bahwa dia lebih dari layak bersanding dengan Andriyan?Sekarang, rasanya sangat sepadan. Andriyan tidak melihat tatapan dengki sama sekali karena orang-orang sudah melihat keseimbangan antara Andriyan dan Devanda. Dari segi penampilan, keduanya sangat laya
Read more
16. Korban?
“Aku lapar. Tidak bisakah aku makan dulu?” tanya Devanda sembari memegangi perutnya.Sejak setengah jam yang lalu, Mayja terus menggeleng. “Tidak boleh! Bagaimana kalau perut Anda membucit? Ini kan malam pertama Anda. Apa Anda tidak merasa tegang sedikit pun?” tanya Mayja, heran karena Devanda masih sempat-sempatnya memikirkan makanan.Kenapa aku harus tegang? Ini saja bukan pernikahan pertamaku, batin Devanda.“Ya memangnya kenapa? Siapa pun yang makan pasti membuncit. Aku manusia, May. Iyan juga pasti akan mengerti dengan kondisiku,” ucap Devanda, masih bersikukuh untuk makan sebelum kembali ke kamarnya.“Anda itu bukan manusia. Jangan berusaha menipu saya ya, Nona. Saya melihat Anda yang terus makan saat acara tadi,” kata Mayja dengan senyuman lebar.Devanda sama sekali tidak mengerti mengapa Mayja jadi berubah seperti ibunya yang sangat ketat akan masalah makan. Padahal mau Devanda makan berapa banyak pun t
Read more
17. Malam Panas
Tubuh Andriyan berhenti berjalan. Kalau memang Devanda menginginkannya, itu akan beda cerita.“Kamu menginginkannya?”Devanda sebenarnya tidak tau harus menjawab apa. Dia juga tidak memiliki ketertarikan mendalam pada Andriyan yang membuatnya menginginkan pria itu, tetapi dia sangat yakin bahwa dia menginginkan dan siap dengan malam pertama ini. Toh, setelah Andriyan memasukkan miliknya ke dalam milik Devanda, dia akan segera tertidur lelap. Mereka akan melakukannya dalam waktu singkat seperti yang dulu biasa Jonathan lakukan terhadap Devanda di kehidupan sebelumnya.Langkah Andriyan jadi berbelok mendekati Devanda lagi. Dalam jarak sedekat itu, Andriyan kembali bertanya, “Apa kamu benar-benar menginginkannya?”Suara berat Andriyan dan tatapannya yang begitu lekat membuat tubuh Devanda berdesir. Napas wanita itu mulai melambat karena gugup. “I—iya.”“Kamu tidak terpaksa atau merasa ini merupakan kewajiban?&rdqu
Read more
18. Lakukan Perlahan
“Mmh … Iyan ….”Andriyan mengusap rambut Devanda. Dia belum memasukkan miliknya karena dia sadar kalau Devanda takut dan tidak nyaman. “Kamu ingin aku berhenti?”“Kamu kan tidak mungkin mau berhenti.” Malah itu jawaban Devanda.“Aku akan berhenti jika kamu menginginkannya.”“Tidak perlu. Lakukan saja.”Andriyan menatap Devanda lama. Entah mengapa perempuan ini terlihat hanya ingin menyenangkan Andriyan dan tidak begitu peduli dengan pendapatnya sendiri. Padahal Andriyan lebih senang jika dia berhasil memuaskan Devanda. Kepuasan Devanda jauh lebih penting bagi Andriyan.“Kamu masih ingat perkataanku, kan? Kalau kamu tidak suka, maka aku tidak akan melakukannya,” ucap Andriyan.Pria itu benar-benar pria jantan yang selalu menepati ucapannya. Buktinya sekarang, dia rela menahan hasratnya demi kenyamanan Devanda.“Iyan, aku berterima kasih dengan kemurahan
Read more
19. Apa Masalahnya?
“Orang tua pada umumnya tidak akan mempermalukan putrinya seperti itu. Mereka juga tidak akan menjatuhkan harga diri putrinya di depan suaminya.”Devanda menatap ke arah jendela besar di lantai dua rumahnya. Tempat ini biasanya menjadi tempat ayah dan ibunya bermesraan. Devanda sering melihatnya saat kecil, bahwa ayahnya akan memeluk ibunya dari belakang dan mengatakan kata-kata cinta.“Meski begitu, ibuku itu sangat bersemangat dengan pernikahan kita. Mungkin kalau kita mendengarkan sampai akhir, ibu akan memuji dengan berkata bahwa untungnya berkatmu, semua itu tidak terjadi. Itu bukan sesuatu yang sering terjadi. Ibu juga tidak hanya melakukan itu padaku, tapi pada Delvino juga. Karena ayah sering sibuk bekerja dan ibu hanya di rumah saja, interaksi keluarga semakin jarang dilakukan dan kami jarang berkumpul. Suasana semakin canggung ketika Delvino merantau dan hidup di apartemennya. Aku tidak apa-apa, aku bisa memakluminya,” ucap Devanda.&
Read more
20. Perjalanan
“Perjalanannya benar-benar lama. Sepertinya kapalmu sudah rusak.”Andriyan memperhatikan Devanda dengan benar-benar bingung. Sepertinya sejak berada di kapal tadi, suasana hati Devanda buruk dan akan selalu kesal padanya. Padahal Andriyan merasa tidak melakukan kesalahan apa pun. Jadi sebenarnya apa yang membuat perempuan itu merasa kesal? Andriyan masih tidak paham.“Perjalanannya singkat, tapi kamu tidak merasakannya karena sepanjang berlayar kamu tidur.”Wajah Devanda otomatis memerah karena malu.“Memang kenapa? Bukankah tidur itu manusiawi? Apakah maksudmu aku tidak boleh tidur?”Andriyan lelah, dia iyakan saja semua percakapan tidak masuk akal yang keluar dari mulut istrinya itu. Sepertinya ke depannya dia harus membiasakan diri mendengarkan hal semacam ini jika suasana hati Devanda sedang tidak baik. Padahal perempuan ini manis jika bibirnya tertutup.“Melihatmu yang hanya diam, apa kamu sedan
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status