All Chapters of Skandal Panas: Dari Musuh, Jadi Butuh: Chapter 101 - Chapter 110

113 Chapters

Bab 101. Baik-baik saja

“Kalau dirimu belum bisa membahagiakanku, jangan pernah berharap bisa pergi dariku!” Kata-kata itu terus saja dirapalkan oleh Amalthea kepada suaminya yang belum juga keluar diperiksa oleh dokter. Dia bahkan berkali-kali harus mengecek ke arah pintu, sudah terbuka atau belum. Namun, sosok berwibawa yang ditunggu tak jua muncul. “Sebenarnya apa yang sedang dilakukan dokter di dalam? Kenapa begitu lama memeriksa satu orang saja. Apa mereka tidak tahu jika diriku begitu cemas menunggunya di sini,” gerutu Amalthea. Wanita hamil itu kemudian berdiri, ia berjalan ke kanan dan ke kiri, mencoba mengurangi perasaan takutnya. Akan tetapi, rasa itu masih saja bergejolak setelah hampir 30 menit menunggu. “Apa aku telpon papa, yah?” Amalthea menggigit kuku jarinya sendiri. “Tapi, papa kan lagi ada di Kalimantan. Gak mungkin juga aku ganggu beliau.” Amalthea pun memutuskan untuk tidak memberitahu papa mertuanya dulu. Mungkin jika keadaan Orion sudah membaik, barulah ia hubungi Erik. Untuk kali
last updateLast Updated : 2024-08-15
Read more

Bab 102. Ditantang Ke Rumah

Pria yang mengenakan kemeja polos dan celana jeans itu trerlihat tersenyum di depan seorang wanita cantik. “Iya, ini aku Kirun,” jawabnya.Farah tersenyum, hampir seperti dengkusan. Rasa lelahnya tiba-tiba naik lagi setelah melihat Kirun berada di hadapannya. Ya, walaupun ada perasaan senang, tetapi ia tidak akan memperlihatkannya. “Maaf, aku sedang sibuk,” tolak Farah. “Tapi, Far–”Wanita itu langsung balik badan, melangkah menuju ruang administrasi di mana ia harus melengkapi berkas dari suami bosnya. Mengabaikan keberadaan Kirun di belakang yang ternyata mengikutinya. “Bukankah aku harusnya senang bertemu dengannya? Tapi, aku juga masih takut jika hanya dijadikan candaan saja,” gumam Farah.Sesekali, ia mengintip dari balik bulu mata lentiknya ke arah samping, di mana Kirun berdiri di sisi kanan. Farah sendiri tengah mengisi data dari Orion di bagian administrasi. “Kamu ngapain masih di sini?” tanya Farah tanpa melihat Kirun.“Aku akan menunggumu, Far,” sahutnya keras kepala. H
last updateLast Updated : 2024-08-16
Read more

Bab 103. Kelakuan Dua Cogan

“Dasar gila!” “Loh? Farah! Kok, kamu malah pergi?” Kirun menatap punggung gadis yang disukainya dengan bingung. Dia tak langsung mengejar gadis itu, tetapi justru menggaruk belakang kepala. Kirun menelengkan kepala sambil mendesis bingung. “Bukankah tadi dia sendiri yang minta gue buat datangi ke rumahnya, yah? Terus, giliran gue sanggupi malah dikira gila? Jadi, ini gue yang gila beneran, atau emang gue yang salah tangkep? Jadi, bingung gue!” Kirun celingukan ke area sekitar dan seketika matanya melotot dengan bulu kuduk yang meremang. “Lah, kok, suasananya jadi horor gini, yah? Anjrut!” umpatnya.“Mending gue ke dalam, deh. Bisa jatuh pamor gue, kalau sampai ada yang liat seorang Kirun di parkiran lagi teriak-teriak ketakutan gegara diculik sama mbak Kunti!” Pria itu menutup mulutnya shock dengan tubuh menggelinjang ngeri.“Farah!” Kirun langsung memanggil gadis itu. Namun, ternyata Farah sudah jauh, bahkan hampir masuk ke dalam pintu samping. “Ayank! Tungguin gue!” Farah yang m
last updateLast Updated : 2024-08-17
Read more

104. Harus Tahan

“Ada yang ketawa dengerin kita ngobrol,” bisik Kirun sambil menunjuk ke arah Farah dengan isyarat dagu.Orion melihat ke arah tunjuk Kirun, tetapi tatapannya justru bertabrakan dengan sang istri. Ia hendak mengulas senyum, tapi Amalthea justru melengos. Ia pun menghela napas dengan pasrah. Siapa, sih, orang yang akan tahan diabaikan oleh pujaan hatinya? Menurut Orion tidak ada. Karena separuh napasnya ada dalam Amalthea. Peduli setan dengan penilaian orang yang mengatakan lebay. Toh, ia berkata jujur dari dalam hatinya.Kedua alis Kirun hampir menyatu melihat temannya diam saja, bahkan melamun pada saat diajak ngobroil. Ia berdecak kesal. “Wah, si kampret in,” ujarnya menahan kentut. “Woi! Gue masih hidup di sini, anying! Kok, lo malah nyuekin gue, sih?” Orion balas menatap Kirun tak akan sengit “Apaan, sih? Lagian, emang lo yakin, kalau Farah itu lagi ngetawain lo?” Ingin rasanya ia mengusir teman kampretnya itu pergi dari ruang rawat. Sungguh, ia ingin sendiri, ah, bukan sendiri,
last updateLast Updated : 2024-08-18
Read more

Bab 105. Kacau

Didi kini tengah berjalan mengendap-endap di belakang gedung tua. Ia sudah janjian dengan seseorang di tempat itu. Namun, ia sedikit terlambat karena ada urusan tadi. Jadi, ketika sampai di lokasi, seseorang sudah berdiri menunggunya.“Maaf, gue telat. Lo udah lama nunggu?” Didi segera duduk di kursi reot, di samping si teman. Ia juga mengipasi diri sendiri lantaran merasa gerah setelah memakai penyamaran topi, masker, juga jaket.“Ckckck!” Wanita yang memakai pakaian serba hitam itu melengos. “Gue udah hampir lumutan nungguin lo, Bangke!” sambungnya sarkas. “Lain kali, kalau lo bikin gue nunggu lagi, gue gak segan buat nendang lo!”“Maaf, Er. Gue tadi ada urusan bentar,” jelas Didi. “Shit! Ini nyamuk malah nyipok gue, njir!” omelnya.Erni menyeringai tidak peduli. Namun, dia sebenarnya juga sudah bosan terus berada di tempat angker. Jika tak ingat akan uangnya, maka ia tak akan mau.“Oh, iya, lo bawa, kan, apa yang gue mau?” Didi segera menadahkan tangan ke wanita bernama Erni. Erni
last updateLast Updated : 2024-08-19
Read more

Bab 106. Rencana di atas Rencana

“Jadi, apa yang mau kamu omongin.”“Yaelah, sabar Napa jadi orang. Kasih gue napas,” ujarnya di antara deru napasnya. “Njir, aku udah kek lagi disatroni sama debcolektor,” keluh Farah sambil menyeruput teh manis di tas meja.Amalthea memilih duduk bersandar dengan satu kaki yang ditopang. Namun, tatapannya tak pernah lari dari keberadaan Farah. Wanita di depan sana terlihat seperti baru saja keluar dari bencana. “Kau sungguh sangat-sangat berantakan, Far,” cibir Amalthea.“Cih! Ini semua ulah kamu yang minta aku buat kerja pagi-pagi begini,” timpal Farah sengit. “Ish, mana makanan buat aku, Mal? Kamu beneran gak mesenin apa pun buat aku?”Amalthea menghela napas malas, lalu mencari keberadaan pelayan cafe. Mereka berdua kini tengah berada di tempat nongkrong yang buka 24 jam tidak jauh dari rumah sakit. “Mbak, pesanan saya apa masih lama?” tanyanya pada si pelayan.“Untuk meja nomor 9 sedang di-plating, Kak. Jadi, mungkin sebentar lagi rekan kami antar,” balas perempuan muda bernama
last updateLast Updated : 2024-08-20
Read more

Bab 107. Pihak Berwajib

Leo menarik kursi di samping Amalthea. Ia tak sedikit pun mengalihkan pandangan dari adik tingkatnya ketika kuliah. “Karena aku ke sini memang karena kamu, Ama.”“Mencurigakan sekali. Tapi,” jeda Amalthea melihat ke arah sekitar. “Sepertinya kita harus pindah ke tempat lain, Le!”Farah dan Leo kemudian mengangguk. Mereka berjalan bersama di mana dua wanita di depan, sedangkan si lelaki di belakang mengikuti. Ketika sampai di ruangan yang lebih privasi, barulah Leo melepas topi dan maskernya. “Kita langsung saja,” ucap Amalthea tak mau menunda-nunda. “Jadi, ada apa Pak Dewan menemui kami?”“Kamu, bukan kami!” Farah meralat ucapan Amalthea. “Aku di sini hanya menemani kalian saja.”Amalthea merotasikan kedua bola matanya malas. “Sama aja.”Farah hendak menyahut, tetapi segera diinterupsi oleh Leo. “Ok, aku diam “Leo tersenyum, lalu menatap Amalthea yang masih cantik, padahal sedang hamil. “Kamu kapan nikah? Dan, kenapa aku tidak kamu undang?”“Jangankan kamu, Le. Aku yang sahabat baik
last updateLast Updated : 2024-08-21
Read more

Bab 108. Balas Budi

Orion menatap sekitarnya dengan mata mengerjap. Dia mengerang sambil memegang bagian kepala yang terasa pening. “Ke mana semua orang? Bukankah aku tadi sedang ada di ruangan rapat?” tanyanya pada diri sendiri.Suara pintu yang terbuka dan munculnya sosok Amalthea membuat pria itu menoleh. Mereka saling bertatapan dan untuk sesaat ada kelegaan dari wajah mereka. “Sayang,” panggil Orion berusaha untuk bangun. Amalthea tersenyum senang melihat suaminya yang akhirnya sadar setelah 2 jam pingsan. Kakinya melangkah cepat untuk membantu Orion duduk di ranjang kecil yang terdapat di ruangan kantor sang suami. “Kamu sudah bangun, Mas?” Orion mengangguk, lalu menepuk sisi kosong ranjang di sampingnya. “Kemarilah! Aku ingin memelukmu, Sayang,” pintanya dengan wajah yang pucat.Amalthea menuruti keinginan sang suami. Setelah itu, ia duduk dan menghamburkan tubuhnya ke dalam dekapan hangat Orion. Jujur, ia sangat khawatir ketika melihat orang yang selama ini kuat, tiba-tiba jatuh pingsan. Diha
last updateLast Updated : 2024-08-22
Read more

Bab 109. Siapa Yang Duluan

“No! Aku gak setuju.” Amalthea menolak usulan sang suami. “Lebih baik, kita serahkan saja ke mereka. Aku juga udah minta Kak Leo buat deketin Farah sendiri. Kamu tau, kan, aku lagi hamil, Yank?” Tangannya mengusap perutnya yang sudah mulai membesar.“Astaga!” Orion menepuk kening karena hampir lupa jika istrinya tengah berbadan dua. Ia langsung menundukkan wajahnya kemudian mengecup perut Amalthea berkali-kali. “Maaf, Sayang. Hampir saja Papa lupa jika kamu berada di sana,” sesalnya.Bibir Amalthea cemberut, tetapi hanya sebentar. “It's ok, Papa. Yang penting Papa cepet sehat biar bisa main lagi sama dedek bayi,” ujarnya menirukan suara anak kecil.“Iya, Sayang. Aamiin. Makasih doanya.” Orion kembali mengecup puncak perut istrinya, lalu ia menengadahkan wajah untuk menatap Amalthea. “Makasih ya, karena kamu selalu ada untukku, Yank.”Amalthea mengusap wajah suaminya yang masih terlihat pucat. “Sama-sama, Mas. Lagian, kita kan emang harus saling mendukung satu sama lain. Ingat, kita in
last updateLast Updated : 2024-08-23
Read more

Bab 110. Keputusan

"Aku hanya merasa kaget aja, Yank,” jawab Orion setelah sekian detik terpaku. Dia tidak menyangka jika usahanya selama ini berbuah manis. Cinta yang diperjuangkan hanya untuk Amalthea, berbalas oleh sang pemilik hati. Ya, walaupun mereka sudah menikah setahun lebih, tetapi Amalthea jarang mengungkapkan perasaannya. Jadi, wajar saja jika Orion terkejut. “Sayang, coba tampar aku!” ujarnya menatap sang istri.“Apaan sih, Mas? Nggak usah ngaco, deh! Lagian kamu itu tidak sedang bermimpi, ini nyata.” Amalthea menangkup wajah Orion, lalu mengecup bibir itu dengan mesra. Setelah puas, barulah ia melepaskannya. “See, apa kau masih merasa ini mimpi?”Mata Orion mengerjap, ia tak mengalihkan sedikitpun pandangan dari wajah Amalthea. Istrinya memang begitu cantik, murah hati, hingga ia jatuh sejatuh-jatuhnya mencintai wanita yang kini berada di hadapan. “Ya, aku memang sedang tidak bermimpi. Karena kau jauh lebih indah daripada mimpi-mimpi setiap malamku dulu. This is real, no dream.” Orion la
last updateLast Updated : 2024-08-28
Read more
PREV
1
...
789101112
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status