Semua Bab WANITA YANG KALIAN HINA MISKIN ITU MERTUAKU: Bab 11 - Bab 20

41 Bab

Mau kulaporkan polisi?

BAB 11"Mbak Siti! Jangan mau kalau dibelanjain duit dia. Kata Bu Saras dia ini jual diri sama Om-Om. Sudah pasti itu duitnya haram." Aku pun menoleh ke arah mereka ketika mendengar ucapan salah satunya. Kuakui aku memang terkejut atas ucapan mereka padaku. Apa maksudnya coba? "Maaf, maksud Ibu-Ibu ini apa ya? Siapa yang pale uang haram?""Ya kamu lah, siapa lagi memangnya?" Degh. Apa katanya? Aku? "Aku? Memangnya aku kenapa?""Ck, pake pura-pura bego lagi. Ya kamu itu kan berduit karena pake uang haram." Seketika ingatanku kembali pada saat aku ketemuan sama Papa dan gak sengaja bertemu dengan Bu Saras juga Lusi, anaknya. Apakah mereka berdua yang menyebarkan fitnahan seperti itu? Keterlaluan! Huh, aku gak akan memaafkan mereka berdua. "Oooo uang haram ya, kalau boleh tau nama Ibu-Ibu ini siapa?""Aku Warsih, dan ini Marta. Kenapa memangnya? Kamu gak terima kita bilang begitu? Mau mengingat-ingat nama kita gitu?" ucap wanita yang bernama Warsih itu padaku dengan raut wajahnya ya
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Tetangga baru yang rumahnya besar

BAB 12"Siap Tuan Putri. Makasih ya Sayangku."Cup. Wajahku menghangat seketika, aku tersenyum tersipu lalu meninggalkan Mas Farhan ke dapur. Kalau lama-lama ada di dekat Mas Farhan bisa gawat. Nanti yang ada gak jadi bikin adonan pisang goreng malah jadinya bikin adonan bayi mungil. Eh ….***Malam ini seperti biasa aku, Mas Farhan, juga Ibu mertua makan malam di depan tivi. Sudah menjadi kebiasaan semenjak aku tinggal di rumah ini kalau makan bersama dan di depan televisi sembari lesehan adalah hukumnya wajib. "Gimana, Bu, makanan yang Sofia bawa, enak gak?" tanyaku pada Ibu yang baru saja menghabiskan satu piring nasi beserta lauknya. "Enak banget, sudah lama Ibu gak makan kayak begini. Terakhir kali waktu Farhan masih berusia sepuluh tahun waktu Ayahnya belum berpulang." Senyum indah terukir di wajah tua Ibu. Namun, masih jelas tersirat tatapan sendu saat Ibu mengucap nama almarhum Ayah mertua. Aku mengerti, beliau pasti sangat merindukan separuh jiwanya itu. Aku sangat salut
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Balsan menohok untuk Hilda

BAB 13***"Dek."Aku yang sedang menscrool sosmedku menoleh ke arah Mas Farhan.""Kenapa, Mas? Mau minta jatah? Mulai malam ini dan seminggu ke depan libur dulu ya soalnya aku lagi dapet.""Ish, engak kok. Memangnya siapa yang mau minta itu? Pikiran kamu ngeres aja deh." Mas Farhan menjawil hidungku. "Ya terus apa dong? Biasanya kan begitu." Aku tersenyum melihat Mas Farhan yang menggaruk kepaanya yang aku yakin tidaklah gatal. "Tadi orang HRD di kantor Papa kamu manggil, Mas.""Kenapa? Apa ada masalah?" tnyaku pura-pura, padahal aku sudah tau kemana arah pembicaraan Mas Farhan. "Katanya mulai besok aku dipanggil untuk bekerja di kantor Papa kamu sebagai staff keuangan. Mas bingung deh bagaimana bisa tahu mereka kalau Mas ini kuliah di jurusan akuntansi. Apa Papa yang kasih tau ya?""Aku juga gak tau, Mas, mungkin saja mereka memang cari-cari tahu. Ya … namanya juga orang atasan jadi bisa saja meminta orang untuk mencari tahu tentang Mas kan. Tapi kan bagus dong kalau kamu diminta
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Ternyata sama saja

BAB 14Kutinggalkan Mbak Hilda yang masih terbengong atas ucapanku barusan. Mungkin saja dia kaget dengan perkataanku yang sedikit lancang? Hah, bodo amat lah. Orang sombong memang harus di sombongin balik biar gak semena-mena. Saat aku berjalan sedikit menjauh tiba-tiba kudengar suara Mbak Hilda tengah mengumpat. Aku yakin dia sedang mencaciku. Mungkin saja dia baru tersadar atas apa yang aku lakukan dan aku katakan padanya. Akan tetapi, aku memilih nasa bodoh karena aku harus bergegas pulang sebab tadi Ibu mengajakku ke rumah saudaranya. ***"Sudah pulang, Nak? Beli apa di tempat Mbak Siti?" tanya Ibu saat mendapatiku masuk ke dalam rumah. "Oh ini lho, Bu, aku beli pembalut. Kebetulan stok pembalutku sedang habis. Kita jadi ke rumah saudara Ibu?"Tadi saat aku pulang dari rumah Mbak Hilda aku memang mampir ke warung Mbak Siti untuk membeli pembalut karena stok pembalut sudah habis. "Jadi, Nak, kamu jadi ikut?""Jadi dong, Bu, kan semenjam nikah aku bekum kenalan sama saudara Ibu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Dunia memang sempit

BAB 15"Ya ampun, Mbak, kenapa baru datang jam segini sih? Aku ngundang Mbak ke sini itu buat bantu-bantu di dapur bukannya buat jadi tamu undangan. Sudah sana buruan ke belakang, itu lhi banyak cucian piring numpuk yang harus diselesaikan. Sebentar lagi calon suaminya Amira itu datang jadi harus gerak cepat."Aku memicingkan mata menatap Bulek Lilis dengan tatapan tajam. Setelahnya pandanganku beralih pada Ibu yang sepertinya tidak enak hati saat mendengar ucapan Bulek. "Tapi, Lis, Mbak sudah terlanjur pakai baju bagus ini pemberian Sofia. Takut kotor dan rusak nanti bajunya.""Ya salah sendiri kenapa Mbak pake baju bagus? Kan juga biasanya kalau aku undang ke sini pasti Mbak bantu-bantu di belakang. Kenapa tiba-tiba sekarang jadi berlagak seperti nyonya?""Maaf, Lis, tadi Mbak kira kamu mau nyuruh Mbak jadi saksi lamarannya Amira. Tau gitu kan tadi aku pakai daster saja datang ke sini." Tampaknya Ibu merasa tak enak hati dengan Bulek Lilis. Aku sendiri sebenarnya sangat geram karen
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

H-4 peresmian jabatan

BAB 16Setelah menunggu beberapa menit akhirnya taksi yang aku pesan pun datang. Aku menggamit lengan Ibu masuk ke dalam taksi. Aku masih bisa melihat kalau Bulek masih terus menatapku dan juga Ibu. 'Lihat saja apa yang akan aku lakukan nanti terhadap Bulek. Aku yakin Bulek akan bersujud di kaki Ibu untuk meminta maaf.'***Sesampainya di rumah, aku merebahkan diri di atas kasur yang tidak terlalu empuk ini. Yah, karena kasur ini sudah ada sebelum aku menjadi istri Mas Farhan. Sepertinya besok aku akan membeli beberapa perabotan untuk mengganti beberapa barang yang sudah tidak layak pakai. Contohnya saja seperti kasir ini. DrrtttDrrtttPonselku bergetar, kuambil benda pipih itu dari dalam tas yang aku letakkan di atas kasur. Kulihat ke layar ternyata yang menelpon adalah Papa. "Ya halo, assalamualaikum, Pa. Ada apa?""Waalaikumslaam, Sof, kamu bisa gak ke kantor hari ini?" Dahiku berkerut karena tidak biasanya. "Tumben, Pa, apa ada masalah?""Enggak sih, cuman hari ini kan suamim
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Masa depan suram

BAB 17Aku menggandeng tangan Papa menjauh dari manusia laknat seperti Lusi. Membiarkan Lusi dengan asumsinya tersendiri. "Kenapa nggak kamu jelaskan saja, Sof, siapa kamu dan Papa sebenarnya?""Buat apa, Pa? Percuma menjelaskan kepada mereka yang mata hatinya sudah tertutup. Mereka tak akan percaya tanpa pembuktian. Biarlah, Pa, Sofia akan membuktikan kepada mereka semua siapa Sofia sebenarnya. Tidak untuk sekarang, nanti ada saatnya mereka akan tau siapa Sofia dan mas Farhan sebenarnya."Papa mendesah, aku pun tak tau apa yang sedang Pap pikirkan tentang anak semata wayangnya ini dengan tetangga suaminya. Aku tak memikirkan ocehan Lusi tadi. Sama sekali tidak. Malah yang terlihat seperti memendam amarah adalah Papa. Papa yang terlihat tidak terima dengan perlakuan para tetangga Mas Farhan yang absurd itu. "Ya sudah, terserah kamu saja. Papa percaya sama apa yang akan kamu lakukan. Ternyata anak Papa ini sudah dewasa ya. Sudah bisa memilih mana yang benar dan mana yang tidak," uca
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Ternyata suami mbak Hilda itu ....

BAB 18"Iya ya, amit-amit deh nanti kalau aku punya mantu harus yang kaya biar nggak menderita anak perempuanku. Salah-salah malah dijual lagi ke Om-Om senang. Ih ngeri banget deh. Gak nyangka kelihatannya saja alim eh ternyata jual bini juga demi kesenangan."***"Astaghfirullahaladzim … tinggal di sini benar-benar menguji iman dan emosi." Aku mendaratkan tubuh di atas kasur di dalam kamar. Sedangkan Mas Farhan sudah duduk di atas kasur sembari menatapku. "Kamu berhutang penjelasan padaku perihal ucapan mereka yang bilang kamu jalan sama om-om. Apa maksudnya?" Aku menatap Mas Farhan sekilas lalu aku kembali mengubah posisiku menjadi duduk. "Sofia cepatlah jelaskan apa maksud ucapan mereka itu?"Aku menghela napas kasar lalu aku mulai menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Mulai saat aku bertemu dengan Lusi dan Bu Saras tanpa sengaja sama Papa kemarin ditambah tadi juga ketemu Lusi gak sengaja di kantor Papa. "Astaga … jadi mereka pikir Papa kamu itu om-om senang?" Aku menganggu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Tumben mbak Hilda baik

BAB 19 Hah, Mbak Hilda … Mbak Hilda … ternyata suami kamu mengais rezeki di perusahaan Papa toh. Kayak begitu kok sombongnya bukan main. Hemm aku semakin gak sabar menanti saat itu tiba. Ingin sekali lihat bagaimana reaksi mereka ketika ternyata yang menjadi manajer bukanlah suami Mbak Hilda seperti yang digadang-gadangkan tapi ternyata Mas Farhan lah yang akan menempati posisi tersebut. "Dek, emangnya bener kalau suaminya Mbak Hilda mau diangkat jadi manajer?" Suara Mas Farhan membuyarkan lamunanku. Aku pun menoleh ke arahnya. "Kenapa memangnya, Mas?""Enggak sih, tanya aja. Soalnya Mas sendiri juga dengar desas desus katanya pas acara ulang tahun perusahaan nanti akan ada pengumuman pengangkatan manajer yang baru.""Kamu tau darimana?""Dari Pak Taufiq. Yang ngajarin aku kemarin.""Terus dia bilang kalau siapa yang bakal jadi manajernya?""Ya enggak sih. Gak penting juga buat Mas kan? Bagi Mas sudah diterima bekerja di kantor Papa kamu saja sudah syukur. Ditambah lagi aku kan bel
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Juliderwati kejang-kejang

BAB 20Saat ini aku dan Mas Farhan tengah berada di sebuah toko furniture. Aku dan Mas Farhan tengah melihat-lihat mana yang sekiranya cocok untuk diletakkan di kamarku dan kamar Ibu. Aku juga rencananya mau beli meja makan biar kita kalau makan tidak lesehan lagi. "Mas mau yang mana?""Kok tanya aku? Aku mah terserah kamu saja mana yang cocok. Mas itu gak pandai memilih beginian lha beli aja gak pernah." Dia mengulas senyum aku pun membalasnya. "Yaudah berarti terserah aku nih ya.""Iya, Sayang.""Yaudah Bang tolong aku mau yang warna itu, merek itu dua, warnanya juga samain saja. Sama aku mau meja riasnya yang itu dua. Terus lemari pakaian yang itu dua. Emmm apa lagi ya … oh iya meja makan yang model itu jangan lupa ya." Setelah aku menyuruh para pekerja furniture aku membalik badan menghadap Mas Farhan. Namun, raut wajah Mas Farhan tampak seperti kebingungan. "Mas kamu kenapa? Kok bengong?""Dek, kamu gak salah tunjuk kan?""Enggak kok aku benar. Kenapa memangnya?""Kenapa banya
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status