Semua Bab Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan: Bab 201 - Bab 210

398 Bab

Mantan Berbisa

Hari berikutnya. Ansel dan Aruna mendengarkan cerita Alaric soal penyebab Emily masuk rumah sakit. Keduanya terkejut karena Alaric mau jujur ke mereka. “Maafkan aku Pi, Mi. Aku tidak bermaksud demikian, tapi karena terbawa emosi membuatku sedikit kasar,” ucap Alaric mencoba bertanggung jawab dengan apa yang dilakukannya. “Al ga salah, Pi, Mi. Akunya saja yang memang juga sedang dalam kondisi ga baik. Al sudah mengakui kesalahannya, tapi itu juga ada penjelasan kenapa Al seperti itu kemarin,” timpal Emily ikut membela suaminya. Aruna dan Ansel saling tatap mendengar penjelasan Alaric dan Emily. Mereka tak bisa langsung menyalahkan Alaric karena Emily membela pria itu. “Lalu, apa penyebab sampai kamu bersikap kasar ke Emi?” tanya Ansel. Alaric menjelaskan semuanya, termasuk ucapan provokasi Anya. Dia bukan mengadu atau mencari pembelaan untuk dirinya sendiri agar tak terkena amukan mertua, tapi itu semata-mata dilakukan agar dia bisa mengambil tindakan selanjutnya. Aruna dan Ansel
Baca selengkapnya

Mencari Cara Lain

Alaric dan Ansel menunggu di luar karena Emily sedang membersihkan diri bersama Aruna.Kedua pria itu duduk sambil memikirkan masalah yang terjadi.“Menurut Papi, apakah ada orang luar yang tahu status Emily selain keluarga?” tanya Alaric ingin mulai menyelidiki.Informasi itu sangat sensitif tak mungkin sembarangan orang tahu jika Ansel saja berusaha menyembunyikannya.“Hanya kami, keluarga maminya, termasuk mami kandungnya, ayah kandungnya. Papi sebenarnya juga tidak tahu, kenapa ada hasil tes DNA itu, padahal kami tidak pernah melakukannya karena tak ingin meninggalkan jejak,” ujar Ansel menjelaskan.Alaric pun berpikir ketika mendengar ucapan Ansel. Jika memang tak pernah melakukan tes DNA, kenapa ada hasil tes DNA itu.“Mungkin ayah kandung Emi yang menyebar informasi itu?” tanya Alaric penasaran.Ansel mengerutkan dahi mendengar pertanyaan Alaric, hingga kemudian menjawab, “Papi rasa bukan.”“Ayah kandungnya pergi bukan karena tak ingin mengakui Emi, tapi dia merelakannya untuk
Baca selengkapnya

Bertemu Dokter

“Makan yang banyak agar kamu cepat sehat,” ucap Mia sambil memotong apel lantas memberikan ke Emily.Emily menatap sang mertua, sampai tak sadar jika mertuanya itu menyodorkan potongan apel ke arahnya.“Kenapa malah melamun?” tanya Mia keheranan.“Mau disuapi?” tanya Mia lagi kemudian menyodorkan potongan apel ke mulut Emily.Emily membuka mulut, bola matanya terlihat berkaca-kaca seperti ingin menangis.“Lho, kenapa malah pengen nangis?” tanya Mia buru-buru mengambil tisu untuk menyeka air mata Emily.Emily menggeleng pelan kemudian mengunyah potongan apel yang ada di mulut.Mia memandang Emily, sepertinya dia tahu kenapa Emily menatapnya seperti itu.“Masih memikirkan soal kejadian di masa lalu?” tanya Mia menebak.Emily tak berani menjawab, hanya sekuat tenaga menahan agar tak menangis.Mia menggenggam tangan Emily, mencoba meyakinkan jika semuanya aka
Baca selengkapnya

Mau Menikah

Emily berada di ruang inap bersama Claudia yang siang itu datang menjenguknya. Ada juga Vano yang terlihat memasang wajah masam karena ada Claudia meskipun di sana ada Mia dan Aruna juga.“Setelah pisah, hubungan kalian ga baik-baik aja, ya?” tanya Emily sambil melirik Vano yang duduk bersama sang mami.Claudia melirik ke Vano, kemudian membalas, “Ya, namanya pernah menjalin hubungan lalu kandas, di mana-mana susah baikannya. Nunggu dia move on.”Claudia bicara sambil mengupas jeruk.Emily menyedot es coklat yang dibawakan Claudia. Dia menatap sahabatnya itu, kemudian melirik Vano yang berwajah masam.“Kamu sendiri, apa sudah move on?” tanya Emily.Claudia langsung menatap Emily dengan wajah masam.“Tenang saja, aku akan segera move on begitu mendapat pria yang siap menikah denganku,” jawab Claudia kemudian memasukan jeruk ke mulut.“Berarti belum move on?” tanya Emily penasaran.“Jangan dibahas,” balas Claudia sambil me
Baca selengkapnya

Apa Akan Menikah?

Billy menoleh kanan dan kiri, dia terlihat bingung sampai melihat Alaric yang menatapnya.“Apa?” tanya Billy masih bingung dengan maksud Claudia.Alaric malah mengedikkan bahu, saat keduanya menoleh ke arah Claudia, mereka melihat wanita itu berjalan ke arahnya.“Akhirnya kamu datang,” ucap Claudia sambil memberikan isyarat mata ke Billy.Billy masih bingung dengan yang terjadi, terutama ucapan Claudia sebelum menunjuk dirinya.“Bantu aku, please.” Claudia bicara dengan suara sangat lirih sampai yang terlihat hanya gerakan bibir.Billy melihat Claudia panik, lantas memandang Vano yang berdiri menatap dirinya.“Sudah mau pergi?” tanya Billy yang sepertinya langsung paham maksud Claudia.“Iya, kita makan dulu sebelum aku balik ke perusahaan,” jawab Claudia kemudian menggandeng tangan Billy tanpa permisi.Alaric terkejut melihat yang dilakukan teman istrinya itu, apalagi Billy yang syok karena Claudia menggandengnya begitu saja.Vano terlihat sangat kesal. Dia mendekat ke Billy dan yang l
Baca selengkapnya

Curhat Ke Kakak Ipar

“Vano kuliah?” tanya Emily ke sang mama yang hari itu menjemputnya bersama Alaric. Emily sudah diperbolehkan pulang, tapi untuk sementara ini dia dan Alaric akan tinggal di rumah Aruna. “Entah, sejak semalam mami pulang ga lihat dia. Mungkin sibuk dengan tugas kuliahnya,” jawab Aruna sambil merapikan barang yang akan dibawa pulang. Emily mengangguk percaya saja, tapi sepertinya tidak dengan Alaric yang kemarin melihat kekecewaan dalam tatapan mata Vano. “Ini sudah semua, ayo pulang!” ajak Aruna lega karena akhirnya Emily bisa pulang dari rumah sakit. Mereka pun pulang ke rumah Aruna. Emily langsung masuk kamar karena harus banyak istirahat berdasarkan saran dokter kandungannya untuk menjaga kondisi janinnya agar tetap sehat. “Aku sudah bilang Papi agar kamu diberi cuti, minimal satu minggu untuk memastikan kondisimu baik-baik saja,” ujar Alaric sambil menarik selimut untuk menutupi kaki Emily. “Padahal aku sudah sehat dan masih bisa kerja,” balas Emily terlihat sedih karena dimi
Baca selengkapnya

Rencana Mertua

Mia berada di mobil yang terparkir di pinggir jalan. Dia membaca pesan yang diterimanya, kemudian menoleh ke bahu jalan yang tampak beberapa toko berjajar di sana. “Benar di sini, kan?” Mia memperhatikan area pertokoan juga kafe di sisi jalan. Dia masih menunggu di sana cukup lama, hingga melihat apa yang diincarnya. Mia pun merapikan pakaian, kemudian turun dari mobil dengan sikap biasa saja. Mia berjalan menuju ke kafe, lantas masuk dan berjalan menuju kasir. Ada satu pelanggan di depannya yang sedang memesan minuman, tentu saja Mia di sana karena tujuan itu. “Terima kasih.” Mia mendengar wanita di depannya berterima kasih, hingga saat wanita itu membalikkan badan, dia dan wanita itu saling tatap. “Bibi.” Anya terkejut melihat Mia di sana. “Kamu ....” Mia terlihat seperti mengingat, padahal sebenarnya sudah tahu siapa wanita yang dilihatnya. “Anya, Bibi.” Anya bicara lembut sambil tersenyum ke Mia. “Oh Tuhan. Iya.” Mia mengangguk-angguk seperti baru ingat. “Bibi dengan siap
Baca selengkapnya

Bersalah Ke Menantu

“Maaf ya, Emi. Mama harus jelek-jelekin kamu demi menjalankan misi.”Emily terkejut mendengar suara sang mertua saat menghubunginya. Mia terdengar seperti menangis dan menyesal ketika bicara.“Mama kenapa minta maaf. Aku aja ga tahu mama bicara apa, kenapa harus minta maaf?” tanya Emily keheranan.Mia menjelaskan kalau sudah bertemu Anya dan sepertinya berhasil mengambil hati Anya. Dia juga terpaksa berkata tak menyukai Emily yang membuatnya merasa bersalah.Emily malah tertawa kecil karena sang mertua sampai berpikiran seperti itu. Dia pun mencoba memahami posisi dan tindakan sang mertua semuanya karena terpaksa.“Ma, kita sudah sepakat dengan rencana ini. Mama jangan merasa bersalah. Misal memang itu demi lancarnya rencana kita, ya ga papa misal Mama mau menjelekkan atau bagaimana,” ujar Emily menjelaskan.“Mama hanya merasa bersalah,” balas Mia.“Tidak usah merasa bersalah, Ma. Aku terima kasih karena Mama sampai ikut turun tangan membantu menyelesaikan masalah kami,” ucap Emily ba
Baca selengkapnya

Berjalan Dengan Baik

Siang itu Mia pergi menemui Anya. Mereka sudah membuat janji untuk jalan-jalan bersama. “Bibi sebenarnya mau mencari baju untuk acara lusa. Apa kamu mau nemenin bibi nyari baju?” tanya Mia saat berjalan bersama Anya. “Tentu saja,” balas Anya sambil tersenyum senang. Mia mengangguk mendengar balasan Anya. Mereka pun masuk ke salah satu butik langganan Mia. “Lusa itu ulang tahun Al. Bibi rencana ingin membuat pesta kecil-kecilan, tapi ya tetap saja istrinya pasti akan ikut,” ucap Mia sambil memilih pakaian yang tergantung di butik itu. Anya baru ingat jika memang benar lusa ulang tahun Alaric. Dia berpikir untuk memanfaatkan kesempatan itu. “Anya, apa kamu mau datang ke acara yang bibi buat?” tanya Mia menawari. Anya cukup terkejut mendengar pertanyaan Mia, tapi bukankah itu bagus karena dia bisa menunjukkan ke Alaric dan Emily kalau Mia sekarang ada di pihaknya. “Tapi, apa itu tidak masalah? Aku takutnya akan ada masalah jika datang. Aku tidak mau mengganggu acara kalian
Baca selengkapnya

Dapat Petunjuk

“Seharusnya kamu tidak usah pulang,” ucap Emily saat Alaric menyajikan makan siang untuknya.Alaric hanya tersenyum mendengar ucapan Emily. Dia kemudian meletakkan piring berisi steak ayam di hadapan Emily.“Kamu bilang kalau akan bosan sendirian di rumah. Jadi aku berpikir jika harus sesekali pulang untuk memastikan kamu tidak bosan, dan tidak keluar tanpa izin,” ujar Alaric lalu menarik kursi yang berhadapan dengan Emily.Emily tertawa mendengar ucapan suaminya. Alaric dan yang lainnya sangat posesif karena mencemaskan dirinya.“Aku sekarang tidak bandel kok. Aku nurut semua ucapan kalian,” ucap Emily lantas mengambil sendok yang sudah disediakan Alaric dan bersiap makan.“Kamu bilang tidak bandel, tapi berapa kali kamu melanggar laranganku dan terjadi hal buruk kepadamu, hm?”Alaric mengingatkan bagaimana Emily melanggar peringatannya lalu berakhir dengan tragedi tak terduga.Emily me
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1920212223
...
40
DMCA.com Protection Status