Semua Bab Titik Balik Kegelapan: Bab 21 - Bab 30

100 Bab

Bab 21

Sambil menyeka air matanya, dengan panik dia berusaha memikirkan apapun yang dapat memperbaiki situasi. Rumah Darwin... di mana alamatnya? Dia berpikir keras, mencoba memutar kembali interaksi mereka. "Si pramuniagawati tadi bilang mobilnya akan diantar malam ini..." gumamnya. "Tapi kemana? Di mana alamatnya?!" Setelah beberapa menit sia-sia mencoba mengingat, secercah harapan muncul. "Kastil Pangestu...itu dia! Tapi di jalan mana?" Dia memejamkan mata, membayangkan kejadian tadi saat Darwin berbicara. Lalu dia teringat, "1234 Perkebunan Pangestu!" Hatinya melonjak gembira, segera dia mengeluarkan ponselnya dengan gemetar. “Aku harus menebus kesalahanku. Aku harus meminta maaf secara langsung!” Dia mengetik alamatnya dengan penuh semangat ke dalam aplikasi peta untuk memeriksa jaraknya. Namun ketika lokasinya termuat di layar, harapannya kembali padam ketika dia hanya disambut oleh sebuah notifikasi: “Akses Terbatas. Tidak Untuk Umum.”"No...it can't be!" She stared in dismay, re
Baca selengkapnya

Bab 22

Jaka membuat-buat suaranya, “Aww, apa hatimu sakit sayang? Mau kembali ke pelukan ibu?” Dia merangkul Darwin dengan sok akrab sambil menyeringai dengan kejam. “Jadi, nanti saat ibumu menyelimutimu di buaian, apakah kamu akan mengadu tentang pramuniaga mobil jahat yang gagal kamu bohongi?” Para pramuniaga yang berkumpul di dekat situ turut berteriak mengejeknya. Darwin menatap Jaka tajam.Untuk pertama kalinya, keraguan menyelusupi benak Jaka, apakah Darwin akan membalasnya? Tidak, pria ini sama saja seperti yang lainnya, benaknya menenangkannya, namun hati kecilnya seakan terus mengingatkannya untuk berhenti sebelum keadaannya menjadi lebih buruk.Saat Darwin melepaskan diri dari rangkulan itu, Jaka mengamatinya dengan perlahan, berusaha mencari hal baru untuk diejek. Namun saat mata mereka bertemu lagi, tatapan tenang Darwin justru terasa lebih mengancam dari pada jika pria itu membentaknya.“Kamu sudah bersenang-senang kan. Berhentilah membuang waktuku sebelum aku terpaksa melakuka
Baca selengkapnya

Bab 23

Tubuh Darwin terasa pegal malam itu saat dia kembali ke rumahnya. Hari ini sangat melelahkan, padahal dia berniat bersenang-senang bertemu dengan Nick tapi malah menjadi lebih sibuk. Alih-alih beristirahat, dia justru malah lebih banyak masalah.Saat sedang menyetir, tiba-tiba ponselnya berdering, menyadarkannya dari lamunan.Dia mengernyit melihat layar ponsel menampilkan nomor tidak dikenal, Darwin ingin mengabaikan telepon itu, tetapi dia penasaran. Akhirnya diangkatnya telepon itu, dia menempelkan ponselnya ke telinganya.“Halo?”Suara wanita yang familiar terdengar, “Darwin, ini Jessica. Baru saja kita bertemu di klub tadi.”Darwin untungnya berhasil menahan diri dari mengaduh. Jessica, dengan rambut ikal pirangnya dan pesonanya, adalah salah satu yang bersama Trevor malam ini, menghujani pria itu dengan perhatian.Darwin yang penasaran pun bertanya lebih jauh. "Bagaimana kamu mendapatkan nomorku, Jessica?" Jessica tertawa kecil, suaranya terdengar genit. "Kita kan pernah menjadi
Baca selengkapnya

Bab 24

Keesokan harinya, Darwin merasa segar bangun dari tidurnya, dia siap masuk kantor sebagai CEO yang baru. Saat dia melangkah memasuki lobi, dia menyadari ada wajah baru di area resepsionis. Seorang wanita muda dengan senyum yang cemerlang, papan namanya bertuliskan, “Ami Albar.”“Selamat pagi, Pak, selamat datang di Weston. Apa ada yang bisa saya bantu?” dia menyambut dengan senyuman, membuat Darwin terkejut dengan kebaikannya.“Aku Darwin Pangestu, CEO baru perusahaan ini,” jawabnya mengamati sikap ramah wanita itu. Rambut cokelatnya diikat kebelakang dengan rapi, membuat mata cokelatnya mencolok."Oh, Tuan Pangestu, senang bertemu dengan Anda! Saya Ami Albar, saya baru mulai bekerja kemarin." Rona merah samar tampak di pipinya saat dia berbicara. Darwin tersenyum, dia menyukai watak ceria Ami. “Senang bertemu denganmu, Ami. Saya harap kamu akan menyukai pekerjaanmu.” “Terima kasih banyak,” dia tersenyum berseri-seri. Darwin mengangguk, dia berhenti sejenak untuk mensyukuri peruba
Baca selengkapnya

Bab 25

Edi berdiri menjulang tinggi di hadapan Darwin, wajahnya menunjukkan kemarahan. “Aku bertanya padamu, Nak. Apa yang kamu lakukan di sini?” dia menggeram, para direktur lain di sekitar mereka merasa tidak nyaman karena ketegangan yang terjadi. Darwin tetap tenanga meskipun di dalam hati dia merasakan luapan emosi saat melihat mantan bosnya. "Saya memang berharap untuk mencari tahu alasan pemecatan saya," jawabnya datar, mempertahankan nada tenang namun berwibawa saat dia mendekati meja. Kilatan kegelisahan melintas di mata Edi. Dia tidak menyangka akan dipertanyakan seperti ini. Meski begitu, dia membusungkan dadanya, menatap ke arah Darwin. "Aku tidak perlu menjelaskan apa pun padamu," semburnya. Meski tubuhnya lebih kecil, Darwin membalas tatapan dingin Edi dengan tajam. “Justru sebaliknya, sebagai mantan atasan saya, Anda wajib memberikan alasan yang sah atas pemutusan hubungan kerja saya,” jawab Darwin dingin. Namun, pikirannya terpacu, bertanya-tanya apa yang menyebabkan pemec
Baca selengkapnya

Bab 26

Kemarahan Darwin membara, tapi dia tahu bahwa dia harus menangani situasi ini dengan bijaksana. Sebagai CEO baru, kehilangan ketenangan dapat melemahkan wibawanya nantinya. Dia menghela napas tenang sebelum menjawab, ‘Tidak perlulah mengancam-ancam, Pak Edi. Saya datang ke sini supaya bisa memahami, bukannya malah bertengkar.”Darwin terdiam, membiarkan ketegangan di ruangan itu meningkat saat Edi balas menatapnya, dengan geram seperti banteng. Darwin berkata dengan tenang, "Sepertinya ada sesuatu yang Anda sembunyikan. Saya berhak mengetahui keadaan lengkap seputar keputusan ketenagakerjaan apa pun." Wajah Edi memerah. Dalam hati dia berteriak, "Persetan, berengsek! Akan kubalas kamu!" Dia ingin Darwin pergi selamanya dari hidupnya, bajingan itu malah tidak mau mundur. Ruangan itu menjadi sunyi ketika semua orang menyaksikan konfrontasi yang berlangsung antara Edi dan Darwin. Para direktur dan manajer lainnya bisa merasakan ketegangan di ruangan itu, mereka saling bertukar pand
Baca selengkapnya

Bab 27

Ketika pertengkaran antara Edi, Darwin, dan Jenkins semakin parah, suara mereka yang meninggi mulai menarik perhatian. Para karyawan mengintip, penasaran dengan keributan yang terjadi di ruang rapat. "Menurutmu, mereka bertengkar karena apa?" tanya seorang wanita kepada rekan kerjanya. “Entah, tapi sepertinya Pak Edi benar-benar kehilangan kesabaran,” jawab pria itu. "Semoga Pak Jenkins dan Darwin baik-baik saja di sana bersamanya." Makin lama makin banyak karyawan berkumpul di pintu, berusaha mendengar apa yang terjadi. Para karyawan bertukar pandangan dengan khawatir ketika pertengkaran di dalam ruang rapat itu kian parah. Mau tak mau mereka tertarik pada perselisihan itu, mereka sangat penasaran. “Aku mendengar Darwin berkata menginginkan kebenaran,” salah satu karyawan berbisik kepada karyawan lainnya. "Entah apa yang disembunyikan Pak Edi. Situasi ini memang agak mencurigakan." "Entahlah, tapi yang pasti di dalam sana sangat menegangkan," jawab pegawai lainnya sambil men
Baca selengkapnya

Bab 28

Darwin terdiam, membiarkan kata-katanya menggantung saat keheningan perlahan kembali menyelimuti ruangan. Dia menatap mereka satu per satu dengan percaya diri, menatap mata mereka yang terbelalak dengan keyakinan yang tenang. Keheningan itu akhirnya dipecahkan oleh tawa tak percaya dari Edi. "Ce-CEO? Kamu?" dia tergagap, ekspresinya menunjukkan jijik. "Itu hal paling konyol yang pernah aku dengar." Beberapa orang di belakang mulai menahan tawa, asalnya dari para karyawan berdesakan di ambang pintu untuk menyaksikan perselisihan di ruang rapat. Edi menyeringai sambil menoleh ke arah kerumunan yang berkumpul. "Apakah kalian semua mendengarnya?" dia mencemooh sambil menunjuk Darwin. "Mantan karyawan kita berkhayal dia dipromosikan menjadi CEO! Dasar konyol." Ketika Darwin berdiri di depan dengan teguh, beberapa dari mereka mulai tertawa lebih lepas saat ejekan Edi menyebar ke seluruh kerumunan, setiap komentar yang mereka lontarkan menusuk lebih dalam dari yang sebelumnya, semua d
Baca selengkapnya

Bab 29

Apa?! Darwin? CEO?Edi berdiri mematung dengan kaget, benaknya terguncang oleh pengumuman mengejutkan Randolf. "Tidak mungkin," pikirnya putus asa. "Anda pasti bercanda!" Edi tergagap, wajahnya pucat pasi. "Dia? CEO baru?" Dia menunjuk dengan ke arah Darwin, yang hanya mengangkat alis karena geli. "Anda dengar Tuan Randolf, kan," jawab Darwin dingin. “Aku menerima ucapan selamat.”Edi tertawa skeptis, "Ini lelucon yang memuakkan. Anda pasti berbohong!" Dia mengitari Randolf dengan tinju terkepal di sisinya. Randolf menatapnya tajam, "Saya tidak bercanda, Pak Edi. Tuan Pangestu adalah CEO kita yang baru. Jadi sebaiknya Anda menunjukkan rasa hormat kepadanya." Edi masih tidak percaya dengan apa yang terjadi. Bagaimana bisa pecundang miskin itu menjadi CEO perusahaan Weston? Ini tidak mungkin! Dia berusaha meyakinkan dirinya bahwa ini semua adalah mimpi buruk dan dia akan segera terbangun. Tapi ketika melihat seringai sombong Darwin dan ekspresi cemberut Randolf, dia sadar ini se
Baca selengkapnya

Bab 30

Edi tertelungkup, dunianya runtuh sudah. Saat dia sudah mulai menyadari sepenuhnya apa yang terjadi, matanya berkaca-kaca oleh kemarahan. Namun dia tidak berani menangis di depan rekan-rekan kerjanya atau pun Darwin. Kerumunan para karyawan itu menyaksikan dalam keheningan yang tegang, tidak ada yang berani bergerak atau berbicara. Seorang manajer paruh baya berbisik, “Menurutmu apa Edi benar-benar melakukan hal yang Darwin bilang?” Rekannya mengangkat bahu, ekspresinya cemas, "Siapa yang tahu? Tapi kalau Darwin punya bukti, maka Edi dalam masalah besar." Di bagian belakang ruangan, sekelompok eksekutif berkumpul dan mendiskusikan kejadian dihadapan mereka dengan suara pelan."Gila," gumam salah satu di antara mereka sambil mengacak-acak rambutnya dengan frustrasi. "Siapa sangka keadaannya jadi seperti ini." Yang lain saling bertukar pandang dengan gelisah, tak satu pun dari mereka berani menyuarakan ketakutan mereka masing-masing. Namun di benak masing-masing, mereka semua tahu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
10
DMCA.com Protection Status