****“Mas Bara enggak bilang kalau dia perancang!” balasku membela diri.“Kan, kamu bisa nanya, Bella siapa!” bentaknya menatapku tajam.Aku mengangkat bahu, kesal sekali rasanya. Betul kata Mas Haga, laki-laki ini agak susah orangnya. Kita harus selalu sempurna di depannya. Masalh sepele begini saja dibesar-besarkan. Kan tinggal bilang sama perempuan itu, ‘maaf, ya, ternyata benar, adik aku yang nyuruh.’ Memangnya siapa dia membentk-bentak aku?“Jadi gimana, nih? Aku bilang apa sama Bella?” tanyanya masih ketus.“Terserah!” jawabku juga dengan ketus. Segera aku melangkah mundur, menutup pintu kamar, lau mneguncinya dari dalam.“Indri!” laki-laki itu mengetuk.Aku tak peduli. Enak saja dia main bentak. Biarkan saja kerja sama dnegna perancang bernama Bella itu gagal. Lagian malas juga rasanya berhubungan dengan si Bella-Bella itu. Ternyata dia kenalan Mas Bara, terdengar akrab begitu. Jangan-janagn mereka memang ada hubungan lagi, bisa saja pacarnya malah.Huh, berurusan denga
Last Updated : 2024-05-25 Read more