Semua Bab Aku (Bukan) Istri Pilihan: Bab 11 - Bab 20

78 Bab

11. Rahasia Perceraian Terbongkar

****“Apa, rujuk?” Haga tersenyum tipis sambil menggeleng-gelengkan kepala.“Iya, rujuk! Kamu harus rujuk dengan Indri!” ujar Bara sambil menatapnya tajam.“Aku tak mau!”“Harus, Haga, titik!”“Aku tidka mau rujuk, Mas! Kalau Mas Bara mau sama dia, silahkan ambil!”“Apa maksudmu? Apa maksudmu?”“Mas peduli pada kesehatam Papa dan Mama, kan? Kenapa tidak Mas aja yang nikahi Indri?”“Bang*sat kau!”“Hentikan!” teriaku saat tangan Mas Bara kembali menyerang wajah Mas Haga.Kedua laki-laki itu menoleh ke arahku.“Kalian bertengkar karena kehamilanku?” tanyaku dengan nada pelan, hampir mirip gumaman.“Bukan itu masalahnya, Sifat ktidakdewasaan kalianlah yang menjadi permasalahannya,” jawab Mas Bara masih ketus.“Mas Haga sudah menceraikanku. Saat itu kami belum tahu kalau ada janin di perutku. Dan perlu Mas Bara tahu, janin ini ada akibat aku diperkosa. Bukan atas dasar cinta.”“Apa maksudmu?” Mas Bara menatapku tajam.“Tak ada maksud apa-apa. Aku hanya ingin menekankan, agar Mas Ba
Baca selengkapnya

12. Mas Arga, Kakak Kandungku Mengamuk

===“Jadi, kamu diam-diam sudah pisah dengan Haga?” Mama mertua berjalan masuk.“Tenang, Ma! Tenang! Mama salah dengar sepertinya.” Mas Bara menyongsong ibunya.“Mama dan Papa sudah dengar semuanya. Tak perlu kalian tutup-tutupi lagi!”Ok, tapi Mama harus bisa tenang! Kalau Mama saja seperti ini, bagaimana dengan Papa?”“Stop Bara! Berhenti mengkhawatirkan Papa dan Mama. Kami baik-baik saja. Cukup sudah perbuatan Haga menghancurkan semuanya. Berhenti menutupi kesalahannya!”Aku terperangah. Mama terlihat begitu tegar. Awalnya dia memang tampak sangat terkejut, tetapi setelahnya aku dan Mas Bara yang dia buat terkejut. Apalagi melihat reaksi Papa mertuaku. Lelaki paruh baya itu malah berjalan tenang menghampiri kami, meraih sebuah kursi lalu duduk di sisi ranjang. Tepat di sebelah kanan kepalaku.“Papa dan Mama baik-baik saja?” Mas Bara masih tak percaya.“Haruskah kami menghembuskan napas terakhir hanya karena ulah adikmu? Haga sudah kelewatan. Semua kami lakukan demi kebaika
Baca selengkapnya

13. Mas Haga dicoret dari daftar keluarga

****“Kita duduk, Pa! Papa tenang, ya!” Mas Bara memapah ayahnya menuju kursi di teras itu.“Baik, baik. Papa baik-baik saja! Tolong jelaskan, siapa perempuan itu!” ulang Papa menunjuk ke arah Mas Haga dan Ara.“Gak usah pura-pura terkejut Om!”Mas Arga yang menjawab.“Om sudah tahu sebetulnya kebusukan putra Om, sengaja menikahkannya dengan adik saya untuk menutupi kebejatannya. Agar keluarga Om tetap terhormat di mata masyarakat. Dengan menikahi putri seorang Ustadz, maka masyarakat akan menilai kalau Haga laki-laki baik, terhormat. Padahal busuk, pezina! Berzina dengan pelacur busuk! Dasar keluarga munafik!” maki Mas Arga kian emosi.“Hentikan Arga! Tutup mulutmu!” Bapak mengguncang bahu Mas Arga.“Aku sudah lama menyelidiki ini. Laki-laki busuk ini bahkan sudah menikah siri dengan perempuan itu! Adikku yang baik, ternyata bernasip begitu malang! Dia diselingkuhi, bahkan di madu dengan seorang perempuan murahan, dimadu dengan seorang lont*!”Mas Arga meradang lagi.“Arga! K
Baca selengkapnya

14. Flas Back

POV Haga===“Mas ke sini? Tumben?” tanya Ara.Wanitaku ini langsung berseri saat melihatku telah berdiri di ambang pintu. Senyumnya mengembang. Terlihat dereten gigi rapi mengintip di antara bibir tipis nan ranum menggiurkan itu.“Gak boleh aku ke sini? Atau kamu sedang menunggu si Leo, mantan suamimu yang impot*n itu” godaku seraya mengelus pipinya.Seketika tangan lembutnya mendaratkan pukulan manja di dadaku. Kutangkap dan langsung mendorong tubuhnya masuk. Segera kututup pintu dengan sebelah kakiku sambil berjalan memapahnya menuju kamar.“Pintunya gak dikunci, Sayang?” desisnya manja.“Biar aja, kelamaan!” sergahku memeluk pinggangnya.“Gimana keadaan Indri? Kenapa dia pingsan tiba-tiba tadi?” selidiknya sembari bergelayut manja di bahuku.“Kami bertengkar, aku tampar dia! Eh, pingsan!” ucapku berdusta.Dusta untuk menyenangkan hati wanita yang sangat kucintai ini. Tak mungkin kuberitahu dia kalau Indri pingsan karena ternyata dia tengah mengandung anakku. Bisa kiamat n
Baca selengkapnya

15. Semua Fasilitas Diblokir Papa

****“Biar aku saja yang membuka pintunya,” usulku sambil bangkit dan berjalan menuju pintu.Tanpa ragu kubuka pintu.“Auw!” Aku menjerit kaget dan langsung terjungkal kesakitan. Sebuah tendangan langsung mendarat di tulang kering kakiku. Mas Arga, kakak kandung Indri mantan istriku telah berdiri dengan menyeringai di hadapanku.“Kenapa? Kaget? Bangsat kau!” kembali dia menghajarku.“Ampun, Mas!” teriakku menghiba.Bukan karena aku takut melawannya. Tetapi, rasa kaget ini membuatku kehilangan tenaga. Bagaimana bisa Mas Arga menemukan kontrakan ini? Gawat, rahasia pernikahan siriku dengan Ara pasti akan terbongkar sekarang. Bagaimana ini.“Ampun? Ampun kau bilang? Ini ampun!” Kakinya kembali menendang tubuhku.“Hentikan! Tolooooong!” Ara histeris.“Jangan teriak, Ra! Dia kakak iparku!” perintahku menghentikan teriakan Ara.“Kakak iparmu, Mas? Dia yang aku ceritakan tadi, yang selalu mengintai aku dari kejauhan, Mas!”“Jelaskan siapa perempuan ini!” Mas Arga menatap tajam Ara.“D
Baca selengkapnya

16. Siapa Bella Angraini

===POV Indri“Aku pulang, Dek. Ada urusan penting. Kamu baik-baik di sini! Kalau ada apa-apa jangan diam seperti selama ini! Segera hubungi aku!”Mas Arga membelai kepalaku.Aku mengangguk“Titip adek aku! Kalau terjadi sesuatu, aku gak akan segan-segan terhadap keluarga ini! Gak peduli sebanyak apa orang-orangmu!”Kali ini Mas Arga mengancam Mas Bara. Jelas Mas Bara bingung. Dia sama sekali tak terlibat dalam masalah ini sejak awal. Dia bahkan tak tahu apa-apa tentang pernikahan adiknya.“Baik, aku akan jaga Indri,” sahutnya mengalah. Mungkin dia enggan berurusan lebih lama dengan Kakakku.“Arga duluan, Pak, Buk! Permisi Om, Tante!”“Terima kasih, Nak Arga!” Kedua mertuaku tersenyum ramah.**Bapak dan Ibu juga sudah bersiap-siap untuk pulang. Kini, aku akan tinggal sendiri di dalam keluarga mantan mertuaku ini. Ya, mantan. Karena aku sudah bukan menantu mereka lagi. Satu hal yang semakin sulit sebenarnya. Tetapi, aku harus menjalaninya. Calon bayi yang ada di dalam perut ini ada
Baca selengkapnya

17. Mas Haga dan Ara Datang Ke Butik

****“Mas Bara enggak bilang kalau dia perancang!” balasku membela diri.“Kan, kamu bisa nanya, Bella siapa!” bentaknya menatapku tajam.Aku mengangkat bahu, kesal sekali rasanya. Betul kata Mas Haga, laki-laki ini agak susah orangnya. Kita harus selalu sempurna di depannya. Masalh sepele begini saja dibesar-besarkan. Kan tinggal bilang sama perempuan itu, ‘maaf, ya, ternyata benar, adik aku yang nyuruh.’ Memangnya siapa dia membentk-bentak aku?“Jadi gimana, nih? Aku bilang apa sama Bella?” tanyanya masih ketus.“Terserah!” jawabku juga dengan ketus. Segera aku melangkah mundur, menutup pintu kamar, lau mneguncinya dari dalam.“Indri!” laki-laki itu mengetuk.Aku tak peduli. Enak saja dia main bentak. Biarkan saja kerja sama dnegna perancang bernama Bella itu gagal. Lagian malas juga rasanya berhubungan dengan si Bella-Bella itu. Ternyata dia kenalan Mas Bara, terdengar akrab begitu. Jangan-janagn mereka memang ada hubungan lagi, bisa saja pacarnya malah.Huh, berurusan denga
Baca selengkapnya

18. Kutolak Tawaran Rujuk Mas Haga

=====“Itu suami kamu , In? Bersama siapa dia?” Kak Jo berbisik di telingaku.Mas Haga berjalan kian dekat, di belakangnya Ara mengiringi. Kupindai wajah kusut sepasang suami istri siri itu. Forum wajah mereka menggambarkan keresahan yang begitu parah.“Kenapa tadi kamu gak bareng suamimu, In? Malah bareng pacar Mbak Bella?”Aku tercekat. Kutoleh ke samping. Kak Jo terlihat begitu bingung. Tak kalah denganku. Tetapi berbeda dengan kebingungan yang melanda diriku tentu saja. Ucapan Kak Jo barusan, masih mengiang-ngiang. Ternyata Mas Bara dan Bella memang ada hubungan. “Indri!”Mas Haga kini berdiri di depanku. Ara juga berdiri tak jauh di sisinya, tetapi dengan Bahasa tubuh yang berbeda dair sebelumnya. Kini, tak ada lagi pamer kemesraan seperti biasanya. Ara juga tak berani menantang mataku lagi. Perempuan itu menunduk menekuri batu tegel yang dipasang rapi di bawah kaki kami.“Maaf, mengganggu waktu kamu sebentar, In!” sapa Mas Haga lagi.“Ada apa?” Tanyaku datar. “B
Baca selengkapnya

19. Haga Ketabrak

****Perempuan itu kembali mengejarku, kali ini tak tanggung-tanggung. Kakinya terangkat sebelah, tepat terarah menuju perutku.“Matilah bayi sialan di perutmu itu!” teriaknya sambil menerjang.“Perempuan sinting!” Mas Bara menangkap tubuhku, memeluk, dan menghalagi terjangan Ara dengan memalangkan punggungnya.Terjangan Ara tepat mengenai punggung Mas Bara. Sedang aku sedikit gemetaran karena masih terkejut, di dalam pelukannya.“Kamu tidak apa-apa?” Bela langsung melepas tangan Mas Bara di tubuhku.Aku menggeleng. Mas Bara mengurai pelukannya.“Ara! Kamu keterlaluan!” Mas Haga berteriak kencang, sambil menghentak lengan Ara penuh emosi.“Kau juga membela perempuan sialan itu, Mas?” tanya Ara kaget.“Janin di perut Indri tidak bersalah! Jangan pernah kau coba-coba menyentuhnya!” bentak Mas Haga juga emosi.“Oh, jadi sekarang kamu mengakui, kalau kau telah meniduri Indri? Kau bilang kalau kau tak pernah menyentuhnya! Kau bilang, kau hanya pura-pura saja mengaku kalau janin d
Baca selengkapnya

20. Mas Haga kehilangan Kaki Kanan

=====“Kenapa?” Bella menatapku ikut tegang.“Ada apa, In?” Kak Jo berbuat yang sama.“Tolong ambil tas kerja Mas Bara di meja aku, Kak Jo! Kakak yang bisa cepat bergerak. Aku gak bisa jalan cepat,” pintaku pada Kak Jo.“Baik, bentar!” Kak Jo berjalan setengah berlari masuk ke dalam butik.“Ada apa sebenarnya?” Bella mengulang pertanyaannya.“Mas Haga kena tabrak. Mas Bara sudah membawanya ke rumah sakit. Aku diminta Mas Bara susul ke sana!” jawabku.“Ya, Tuhan! Ok, pake mobil aku aja!” Bella menawarkan.“Mas Bara bilang bawa mobilnya ke rumah sakit, aku pakai mobil dia aja.”“Kamu bisa nyetir?”Bella menatapku aneh. Matanya memindai tubuhku dari atas sampai ke bawah.Aku tercekat. Kenapa Bella meragukanku? Apakah dia ragu karena gamis dan kerudung panjangku ini? Cara dia menatapku seperti menyepelekan. Atau ini mungkin hanya perasaanku saja, ya? Ah, terserahlah. Aku tidak punya waktu untuk memikirkannya saat ini.“Ini In!” Kak Jo datang dan meyodorkan tas kerja Mas Bara.“Sini, a
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
8
DMCA.com Protection Status