Semua Bab Jadi Istri Dadakan Perfect Duda: Bab 11 - Bab 20
41 Bab
Liburan
"Apanya? Kenapa kau cerewet sekali!" Oh Tuhan, dosa apa yang pernah Anna perbuat hingga memiliki suami seperti Jeremy. "Kau akan terus menggunakan pakaian itu saja hah!" Bentak Anna sudah tidak bisa mengontrol emosinya. "Beli di sana apa susahnya? Sudahlah cepat!" Sudah tidak mau membantu, malah menyuruh-nyuruh dengan keji. Anna ingin sekali menusuknya dari belakang. "Mom." Ujar Gerald saat berpapasan dengan Anna di pintu masuk mansion. Ia baru saja datang bersama Robert. "Sayang." Anna memeluk tubuh Gerald. Sejujurnya ia tidak tega meninggalkan Gerald selama beberapa hari, meskipun Anna yakin Gerald tidak akan kesepian karena ada Robert dan para pelayan yang menemani. Tetapi karena jiwa keibuannya yang begitu besar, membuatnya tidak ingin berpisah dengan bocah tersebut. "Selamat bersenang-senang Mom." Anna mengangguk, "Mommy akan cepat pulang. Gerald di sini tidak boleh nakal, harus nurut sama kakek." "Baik Mom." Robert menyaksikan langsung rasa cinta Anna yang terp
Baca selengkapnya
Jaket
Anna bangun pagi-pagi sekali, tidurnya sangat tidak nyenyak. Ia merenggangkan badannya sebentar lalu Anna beranjak turun. Di lihatnya Jeremy yang masih memejamkan mata, jambang yang tumbuh tipis-tipis di sekitar rahangnya membuat Jeremy terlihat seperti laki-laki perkasa. Apalagi hidung yang mancung, juga proporsi bibirnya yang pas dengan sistematik wajahnya. Tanpa sadar Anna menarik kedua ujung sudut bibirnya melengkung ke atas. Dan baru ia sadari ternyata Jeremy setampan itu. "Apa yang kau lakukan di sana?" Tiba-tiba Jeremy membuka matanya dan melihat sosok yang sedang berdiri sambil menatapnya dengan senyum mengembang. Sontak membuat Anna berjingkat kaget, "Kau yang apa-apa Jer! Kau membuat jantungku hampir copot!" Anna mengelus dadanya kaget karena suara bass milik Jeremy. Anna berlalu pergi ke kamar mandi begitu saja dan saat ia ingat bahwa di kamar mandi itu tidak ada pintu, Anna menghentikan langkahnya kemudian berbalik. "Jer.." pangilnya pelan. "Hmm." sahutnya tanpa mi
Baca selengkapnya
Ramalan
"Cepatlah! Sebelum aku berubah pikiran!" Baru saja Anna tersanjung dengan kebaikan Jeremy dan sekarang ia sudah kembali menjadi Jeremy dengan tingkah menyebalkan. "Ya aku mau!" jawab Anna dengan sedikit ketus. Malam ini ia tidak ada tenaga untuk mendebat Jeremy, lebih baik dia menjawab seperlunya saja. Mereka berdua berjalan beriringan, jangan berharap mereka berjalan dengan bergandengan tangan satu sama lain, tidak. Mustahil! Mereka hanya berjalan beriringan dengan jarak yang cukup jauh. Bahkan sama sekali tidak terlihat sebagai pasangan suami istri. Sepertinya tempat romantis ini tidak cocok dengan Anna dan juga Jeremy. Setidaknya malam ini Anna bisa memanjakan matanya, ia melihat banyaknya penjual makanan di sepanjang jalan. Pandangan Anna tertuju pada sebuah tempat yang sangat ramai di kunjungi banyak orang, kebanyakan yang datang membawa pasangannya. Anna jadi semakin penasaran, "Tempat apa itu Jer ramai sekali pengunjung yang datang?" tanyanya kepada Jeremy. "Itu tempa
Baca selengkapnya
Korban
Tidak ada jawaban. Anna menghela nafas pasrah. "Ayolah Jer aku sudah meminta maaf kepadamu. Apa kau tak mau memaafkanku?" Anna memasang wajah melasnya, berharap Jeremy mau berbicara kepadanya. "Ya aku sudah melupakannya." Senyum Anna tercetak di wajahnya, lega mendengar jawaban Jeremy. Tetapi setelah itu mereka kembali diam. Mereka membuka suara bila hanya beradu pendapat saja, maka dari itu mendengar pernyataan peramal yang menyebutkan mereka pasangan cinta sejati terdengar sangat lucu. Anna mengedarkan pandangannya ke segala arah bibir pantai. Tepat saat ia menoleh ke kanan ia melihat seorang wanita dilamar oleh kekasihnya, sangat romantis. Apalagi sang kekasih bertekuk lutut sambil menyodorkan sebuah kotak beludru berisi sebuah cincin. Sorak dan tepuk tangan dari teman-teman mereka menambah meriah acara wedding proposal pasangan kekasih tersebut. Ditambah sebuah tulisan 'will you marry me' yang sengaja dibuat di pasir tepi pantai membuat Anna iri. Anna yakin bukan hanya dir
Baca selengkapnya
Untuk Gerald
Jeremy melepaskan pelukannya lalu kembali menatap manik mata Anna. "Apa katakanlah?" "Cobalah untuk merubah sikapmu kepada Gerald." pinta Anna. Jeremy tidak langsung menjawab, tampaknya ia masih bimbang. Ia takut malah semakin mengecewakan bocah tersebut. Anna mengenggam sebelah tangan Jeremy memberikan sisa energi untuknya. "Aku akan membantumu sebisaku." kata Anna. Kali ini tanpa ragu Jeremy mengangguk. Sekarang tidak ada kata gengsi lagi di antara keduanya. Jeremy membawa Anna ke dalam pelukannya. "Terima kasih." Kemudian Anna mengangguk di dekapan Jeremy. Malam ini sempurna dan begitu luar biasa. Akhirnya Anna merasakan momen romatis di tempat yang memang cocok untuk melakukan hal-hal berbau romance. Semua mengalir begitu saja tanpa ada satu pun yang sebelumnya Anna pikirkan. Padahal tadi ia berniat pergi keluar mencari udara segar karena kesal kepada Jeremy. "Apa kau tidak lapar?" tanya Jeremy mengingat memang mereka gagal makan malam akibat insiden kecil itu. Anna
Baca selengkapnya
Usaha
Tak lama Jeremy datang, ia menaikkan sebelah alisnya seolah bertanya 'siapa' pada Anna. "Itu Daddy sudah pulang Sayang." kata Anna. Ia mengarahkan kamera belakang agar Gerald bisa melihat Jeremy. Jeremy tau pasti itu Gerald yang sedang istrinya hubungi. Karena tidak tau harus apa, ia hanya diam saja. "Katakan halo Gerald!" perintah Anna tanpa suara. Jeremy yang tidak mengerti maksud Anna hanya mengeryitkan dahi bingung. "Katakan kau rindu padanya!" ujar Anna masih tanpa suara. Namun Jeremy tetap diam, tak mengerti maksud Anna. Melihat Jeremy yang hanya diam Anna kembali mengganti ke mode kamera depan, ia sedikit kesal dengan Jeremy yang tidak paham-paham juga. "Apa Gerald sudah sarapan?" tanya Anna memecah keheningan. "Sudah Mom. Tadi Gerald sarapan bersama Kakek." "Oh begitu rupanya." Anna menarik Jeremy yang masih berdiri agar duduk di sampingnya kemudian ia mengarahkan handphonenya agar menyorot ke arah dirinya dan juga Jeremy. "Gerald apa ada yang Gerald ingin samp
Baca selengkapnya
Cantik
Jeremy menggeleng, lalu menarik Anna agar duduk di sampingnya. "Duduklah di sini, temani aku." pintanya. Anna mengangguk, "Asal kau menepati janjimu untuk pergi jalan-jalan. Aku akan duduk di sini." "Ya aku janji." sahut Jeremy. Anna menyungingkan bibirnya ke atas membentuk lengkungan, ia begitu senang kala Jeremy berjanji mengajaknya pergi keluar. Anna melihat wajah serius Jeremy saat meneliti kembali berkasnya. Tidak ada senyum ramah, bagaimana Frans bisa betah bekerja dengannya. Kalau Anna paling-paling memilih berhenti saja. Hidupnya terancam sial mendapat bos seperti Jeremy. "Kenapa kamu menatapku begitu hm?" kata Jeremy saat ia merasa Anna memperhatikannya tajam. "Aku heran saja dengan semua karyawanmu, kenapa betah memiliki bos sepertimu." "Karena aku baik mungkin." jawab Jeremy. Anna berdecih pelan, "Baik dari mana?" lirihnya. "Aku terlihat arogan seperti ini karena memang harus begini. Kau tau kan An, bagaimana kerasnya dunia bisnis? Kalau aku tidak begini s
Baca selengkapnya
Cemburu
"Kau lupa perjanjian kita Honey?" Jeremy tersenyum sambil mengedipkan sebelah matanya. "Astaga kau seperti om-om genit Jer!" Anna berjalan mendahului Jeremy untuk masuk ke dalam kamar pria tersebut. Anna lelah, ia tidak ada tenaga jika sekarang harus berdebat dengan Jeremy lebih baik ia tidur dulu saja. Ia merebahkan tubuhnya asal, tak peduli ia sedang berada di kamar siapa sekarang. Anna menarik selimut sampai leher dan tak butuh waktu lama ia tertidur pulas. Jeremy yang baru keluar dari kamar mandi menggelengkan kepala, "Kenapa ajaib sekali wanita ini?" beonya. Kemudian ia ikut berbaring di samping Anna. Dua hari tidur bersama Anna membuat Jeremy candu, itu sebabnya ia meminta Anna untuk tidur dengannya mulai sekarang. Jeremy ingin selalu berada di dekat Anna. Saat lelap tertidur, samar-samar Anna mendengar suara Gerald menangis. Buru-buru ia bangun dan memastikan apakah benar itu suara Gerald yang sedang menangis. Ketika hendak bangun, tubuh Anna terasa berat ia melihat
Baca selengkapnya
Merah
Malamnya Anna sedang berkutat di dapur guna memasak untuk makan malam ditemani beberapa pelayan. Tiba-tiba dirinya ingin membuat makanan sendiri, ia tidak terlalu jago memasak tetapi bisa. "Di mana Gerald?" tanyanya kepada pelayan yang membantunya sambil memotong wortel. "Tuan Gerald sedang menonton film kartun kesukaannya Nyonya." "Kalau Jeremy?" "Tuan sepertinya ada di ruang kerjanya Nyonya." Anna mengangguk. Semua tampak sibuk dengan kegiatannya masing-masing, Jeremy juga harus kembali bekerja besok dan Anna akan menikmati hari-harinya di rumah bersama Gerald. Entah apa yang dilakukan Anna nanti saat anak laki-lakinya itu mulai bersekolah. Anna akan sangat kesepian berada di mansion Jeremy sendirian. Sedangkan Robert sudah pulang sejak sore tadi. Masakan Anna sudah tersaji sempurna, beberapa pelayan menatanya di atas meja makan. Anna bergegas memanggil Gerald dan juga suaminya. Sekarang tidak ragu lagi Anna memanggil Jeremy dengan sebutan 'suami' namun ter
Baca selengkapnya
Terkilir
Anna mengangguk lalu mencium kedua pipi Gerald. "Lain kali Gerald akan menjaga Mommy." serunya. Anna tersenyum, begitu besarnya sayang anak laki-laki itu kepadanya. Bocah sekecil Gerald sudah bisa berfikir sejauh itu. Cinta tulusnya membuat hati Anna menghangat, ia jadi kesal mengingat kelakuan kedua orang tua kandung Gerald yang bodoh bisa-bisanya menyia-nyiakan anak pintar nan tampan seperti dia. "Terima kasih Sayang. Mom sayang Gerald." "Gerald juga sayang Mommy," Ia memeluk erat tubuh Anna. Sejak Anna hadir, akhirnya Gerald diperlakukan sebagai manusia. Karena itu bocah laki-laki tersebut mencintai Anna dengan sangat amat dalam, menurutnya Anna adalah malaikat yang dikirim Tuhan untuk dirinya. Jeremy tertegun. Rupanya anak dari mantan istrinya itu sangat tulus mencintai Anna, pun dengan Anna. Wanita itu benar-benar peduli kepada Gerald meski dia tau Gerald bukan anak kandungnya. Anna memang tidak peduli darimana Gerald berasal, yang ia tau hanya rasa sayangnya kepa
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status