Home / Horor / MELAHIRKAN LEWAT MULUT / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of MELAHIRKAN LEWAT MULUT: Chapter 21 - Chapter 30

45 Chapters

BAB 21.

Pratiwi membuka seluruh pakaiannya dan menggantinya dengan selembar kain jarik yang tak kalah lusuh dengan semua barang yang ada di gubuk itu. Setelah itu ia menaiki sebuah dipan bambu dan berbaring di sana."Roh nyai boleh hancur, tapi sukmanya masih bisa melebur jika ada yang mau menjadi wadahnya. Dan kau tahu, Pratiwi setelah ini keadaanmu tak akan sama lagi," bisik Inang sambil meletakkan sebutir telur khusus ke bagian bawah lipatan ketiak Pratiwi."Saya tahu, Inang. Memang itulah tujuan saya datang kesini.""Apa masih belum cukup semua harta dan kekuasaan yang keluarga kalian miliki itu? Sampai kau pun nekat bertindak seperti ini?" Pratiwi tersenyum lebar dengan mata membara. "Belum, Inang. Ini semua belum ada apa apanya ketimbang jika kami berhasil mendapatkan anak itu, dia anak yang istimewa, hari lahirnya menjadikan dia luar biasa "Kening wanita tua di samping Bu Pratiwi mengerut. "Hari Lahir?""Iya, Inang. Dia lahir di hari rabu pahing, kekuatan yang luar biasa. Bayangkan
last updateLast Updated : 2024-06-02
Read more

BAB 22.

"Innalillahi wa innailaihi rojiun. Yang bener kamu, Ti jangan sampe salah ngasih informasi nanti jatuhnya fitnah." bu Mala sampai menepuk tangan Bu Siti saking kagetnya."Loh, ya iya bener tho, Bu. Mosok ibu nggak denger tadi di rumahnya si Yono itu ribut ribut?" Bu Siti balik bertanya."Ya, ya denger sih ... tapi, ah mosok sih, Ti? Kok aku nggak percaya to yo?" Bu Mala tampak masih sanksi. Bu Siti menyesap teh nya lebih dulu sebelum menjawab. "Ya iya tho, Bu. Si Ranti kan keliatannya anak baik baik, nggak banyak tingkah, kalem, sopan juga, mana anak kuliahan lagi. Banyak yang nggak percaya sebenarnya, tapi ya gimana wong nyatanya perutnya sudah gede gitu loh.""Hah? Perutnya sudah gede?" bu Mala kembali terkaget kaget, bahkan rencana untuk bersih bersih rumah jadi tertunda karna terlalu seru bercerita."Iya, kayak sudah hamil empat bulanan lah, Bu. Lihat saja sendiri nanti kalau nggak percaya." Bu Mala tampak tertegun sejenak, masih enggan percaya jika Ranti teman dekat anaknya y
last updateLast Updated : 2024-06-02
Read more

BAB 23.

"Mbok, Laila minta maaf sekali lagi baru pulang sekarang ya, Mbok ... sebenarnya ....""Sudah, nggak usah di bahas! Bikin sakit hati simbok aja," sengit Leha sambil menatap sinis mbak nya."Nduk, jangan gitu to. Biarin mbakmu cerita dulu, sudah kamu tolong buatin minum dulu ya ke belakang. Simbok minta tolong ya, nduk," lerai Mak Yem yang mendapati situasi hati Leha tak lagi kondusif.Memang sejak beberapa hari Leha sedang kesal sekali, pasalnya dua orang kakaknya yang bisa di bilang amat sangat jarang pulang menjenguk simboknya malah justru datang sambil membawa masalah besar. Beberapa lalu Pramono, kakak keduanya yang datang sambil mengadu jika dia di pukuli Pak Yono lantaran di tuduh menghamili anaknya. Masalah itu belum mendapat solusi kini datang pula Laila yang sudah barang tentu juga membawa masalah, melihat ia pergi dalam kondisi hamil besar dan membawa anaknya serta. Sepeninggal Leha menuju dapur, barulah Laila berani mendekat pada simboknya. Di genggamnya erat tangan tua n
last updateLast Updated : 2024-06-02
Read more

BAB 24.

"Kaki? Kaki siapa, le? Kaki siapa, nduk? Kenapa mukanya pada ketakutan begitu?" cecar Mak Yem ikut cemas. Azzam berlari dan memeluk ibu nya yang memandang dengan tegang, sedang Leha bergegas ke dapur guna mengambil air minum lebih dulu."Laila, tutup pintunya perasaan simbok nggak enak." Laila menurut lalu gegas menutup pintu dan langsung menguncinya, bersamaan dengan itu Leha pun kembali sambil membawa segelas air di tangannya."Zam, minum dulu." Setelah Azzam menerima air dari tangannya Leha duduk di dekat Mak Yem, sesekali memandang keluar dengan sorot mata ketakutan."Ono opo, nduk? Cerita, jangan bikin simbok cemas." Mak Yem menepuk pundak Leha. Leha terjingkat lalu reflek beringsut menempelkan tubuhnya ke kursi roda Mak Yem. Leha membisikkan sesuatu ke telinga Mak Yem dan raut wajah wanita tua itu langsung berubah."Telpon Pramono sekarang, suruh dia ke sini." "Apa mau Kang Pram ke mari, Mbok? Mbok lupa baru kemarin dia di pukuli Pak Yono sama teman temannya?" Leha mering
last updateLast Updated : 2024-06-02
Read more

BAB 25.

Malam semakin larut dan rinai hujan yang membasahi bumi pedesaan itu pun semakin banyak jatuhnya. Leha berbaring dengan gelisah, miring ke kiri dan ke kanan namun tak kunjung tertidur juga. Benaknya melalang buana memikirkan nasib kakak dan keponakannya yang mungkin tengah dalam bahaya. Laila sempat mendesaknya tadi untuk mengatakan apa yang dia dan Azzam lihat sore tadi, namun Leha berhasil mengelak karna tak ingin kakaknya itu khawatir."Nduk." Leha terjengit kaget, lantas bangun dan menarik nafas lega begitu melihat simboknya yang masuk ke kamar yang memang sengaja tidak di kunci."Mbok? Kok bangun? Ada yang sakit?" tanya Leha. Mak Yem menggeleng, lalu membawa kursi rodanya lebih dekat ke ranjang Leha."Kamu sudah ngabarin si Pram, nduk? Kok belum datang datang dia?" "Sudah kok, mbok. Katanya iya nanti dia ke sini, mungkin masih hujan mbok makanya lama." Leha menimpali. Kali ini Mak Yem diam sejenak sebelum menatap mata Leha dalam."Nduk, kamu ... yang kamu bilang tadi itu
last updateLast Updated : 2024-06-02
Read more

BAB 26.

Manananggal atau warga setempat lebih mengenalnya dengan sebutan palasik dan banyak nama lain sebagai sebutannya. Pengakuan Leha tentang ia yang melihat "kaki" atau dalam penjabarannya bagian pinggang ke bawah tubuh manusia itu di perkebunan pisang yang sudah jarang di kunjungi pemiliknya. Leha sudah menebak jika pelaku pembunuhan terhadap kakak sulungnya pastilah makhluk jadi jadian tersebut. Sesal pun sudah terlambat, mengapa ia terlalu takut untuk memberitahu warga tentang makhluk tersebut."Maafin Leha, mbok gara gara Leha takut sekarang Mbak Laila jadi korbannya," bisik Laila sambil memeluk tubuh Mak Yem yang membisu di tengah riuhnya orang yang tahlilan malam itu di rumahnya. Sedang Azzam yang masih tak hentinya menangis, di bawa oleh Bu Siti ke rumah Bu Mala. Berpikir jika bocah tersebut melihat pohon jambu yang tengah lebat berbuah di sana ia bisa sedikit lupa dengan kesedihannya."Kemana Pramono, Nduk? Kenapa nggak datang? Apa dia nggak tahu kalau Laila meninggal?" tanya
last updateLast Updated : 2024-06-02
Read more

BAB 27.

Kediaman megah keluarga Wiryatama."Mama belum pulang juga?" Dika melintas di depan papanya dan membuka kulkas, mengambil sebotol minuman dingin dan duduk di meja makan bersebrangan dengan sang ayah. Lelaki paruh baya yang tampak muram itu menggeleng. "Belum, entah kemana mamamu sekarang. Hapenya pun tidak aktif."Dika mendesah berat, sudah hampir satu bulan dan sang ibu hampir sama sekali tak ada kabarnya. Terakhir yang dia dengar dari papanya, Bu Pratiwi ibunya pergi menemui guru spiritualnya."Bagaimana dengan wanita itu? Apa masih belum sadar?" tanya Pak Wirya lagi."Belum." Dika menjawab singkat. Matanya menatap lurus ke tembok putih yang terlihat hampa."Lama juga dia tidak sadarkan diri, padahal sudah hampir sebulan lalu sukma nyai meninggalkan badannya tapi dia bahkan masih belum sadar? Apa segitu lemahnya dia ya?" gumam Pak Wirya seraya mengunyah roti selai sarapannya."Mungkin, bukannya harusnya papa yang lebih tahu karna papa dan Mama yang memilihkan dia untuk jadi tumbal
last updateLast Updated : 2024-06-02
Read more

BAB 28.

Pramono bersimpuh di kaki ibunya, wajahnya merah dengan air mata hangat yang mengalir deras di wajahnya yang penuh lebam membiru."Maafin Pram, Mbok. Pram terpaksa melakukan semua ini, Pram nggak sudi kalau sampai tua bangka itu menyentuh simbok dan dek Leha. Pram minta maaf, mbok."Mak Yem masih diam, sedang Leha tampak terisak di sampingnya. Sudah satu jam lamanya lelaki yang merupakan anak kedua Mak Yem itu bersimpuh di hadapan sang ibu, mengharapkan maaf darinya karna telah menikah tanpa meminta persetujuan nya."Mbok, Pram akan terus seperti ini sampai simbok mau memaafkan Pram. Pram mengaku salah, Mak." bahu Pramono terguncang guncang, tangisnya kembali pecah karna merasa begitu menyesal. Namun dia bisa apa? Ancaman Pak Yono akan antek anteknya yang bisa dengan mudah kapan saja menyakiti Mak Yem dan Leha membuatnya lemah. Hingga terpaksa mengiyakan pintanya menikahi Ranti yang kini pun ikut ke rumah Mak Yem yang notabene sudah menjadi mertuanya.Ranti hanya diam saja di pojok r
last updateLast Updated : 2024-06-02
Read more

BAB 29.

"Opo, Ti? Bu Ambar? Yang bener kamu, Ti?" seru Bu Mala dari teras belakang. Bu Siti mendongak dan mengangguk. "Iya, Bu ini bener Bu Ambar, sini kalo nggak percaya." Bu Mala menuruni teras dan mendekat ke pohon kapuk, seketika matanya membelalak lebar melihat sosok Bu Ambar berjongkok dengan tubuh polos tanpa pakaian tengah memainkan rumput sambil bicara sendiri."Astagfirullah, cepet kita bawa masuk dulu, Ti. Kasian kalau sampe keliatan orang!" Bu Siti mengangguk setuju dan segera membujuk Bu Ambar untuk beranjak dari sana."Pak! Awas dulu, bawa ke depan Azzam nya." Tanpa banyak tanya Pak Bagus pun bergegas menuntun Azzam ke depan rumah, membiarkan bu Mala dan Bu Siti membawa Bu Ambar yang seperti orang linglung itu ke dalam rumah."Ya Allah, kok bisa begini to sampean, Bu Ambar? Ada apa?" gumam Bu Siti seraya membantu memakaikan daster milik Bu Mala yang untungnya muat di tubuhnya yang sedikit berisi. "Iya, Mbar. Sampean kenapa? Kok bisa keluar rumah nggak pake baju? Nggak malu
last updateLast Updated : 2024-06-02
Read more

BAB 30.

Perjalanan terasa lebih cepat setelah itu, karna kondisi jalan menuju kampung Bantar yang sedikit sepi dan jalanan yang baru di aspal membuat Gus Amar bisa melajukan kendaraan dengan kecepatan tinggi. Sedangkan ke dua orang tuanya termasuk Alfi dan Sultan terlelap."Hasbunallah wanikmal wakil, nikmalmaula wa nikmannasiir," gumam Gus Amar sembari menikmati pemandangan sekitar yang memanjakan mata. Ustadz muda yang sebentar lagi akan mewarisi pondok pesantren milik abahnya itu sesekali mencuri pandang ke belakang, dimana seraut wajah manis tampak nyaman dalam tidurnya. Rona air mata kesedihan masih tampak di wajah tulusnya, ketimbang dahulu saat sang pujaan hati yang menawarkan janji suci masih berada di sisi. Sungguh, usia, jodoh dan rejeki hanya sang Pemilik Jagad Raya lah yang tahu. Wallahualam. Gus Amar tersenyum kecil lalu kembali fokus memacu mobilnya supaya bisa lekas sampai. Satu jam kemudian, mobil mereka sudah memasuki kawasan kampung Bantar. Gus Amar menepi sejenak ke seb
last updateLast Updated : 2024-06-02
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status