Semua Bab MELAHIRKAN LEWAT MULUT: Bab 11 - Bab 20

45 Bab

BAB 11.

"Ma- maksud bapak apa ya? Maaf kami ... kurang mengerti," tanya Pak Bagus terbata. Lelaki pemilik warung yang bernama Wahono itu pun mulai bercerita."Jadi ... sebenarnya Dika itu sudah sering sekali menikah, Pak, Bu. Entah bagaimana caranya setiap istrinya yang dia bawa tinggal di rumah itu tidak lama kemudian pasti meninggal saat kondisinya hamil besar. Saya bukan mau menuduh, tapi sependek yang saya tahu setelah kabar kematian istrinya tidak lama pasti orang tua si Dika itu naik pangkat atau bisa buka cabang usaha baru. Terus nggak lama kemudian juga dia bakalan bawa wanita lain tinggal di sana, begitu terus, Pak, Bu. Tapi ... karna perumahan ini juga termasuk tertutup dan warganya rata rata cuek cuek banyak yang tidak menyadari hal itu. Saya juga tahunya karna di sini warung satu satunya cuma punya saya ini, makanya warga sini rata rata pasti belanja di sini walau memang wataknya cuek dan tidak peduli urusan orang lain," jelas Wahono panjang lebar."Ja- jadi ... Dika dan orang tu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-25
Baca selengkapnya

BAB 12.

Wanita itu, Alfi namanya. Perempuan cantik dan lembut yang merupakan adik dari Aini, wanita yang baru satu bulan resmi menjadi istri Dika. Namun ...."Andika? Tapi, Bu kata kakak saya nama suaminya yang baru ini Andre," sanggah Alfi kala Bu Mala menjelaskan jika mantan menantunya itu bernama Andika."Andre darimana to, nduk. Kalau yang pernah jadi menantu ibu dan tinggal di perumahan itu ya cuma Andika namanya, apa mungkin kalian ini salah orang?" Bu Mala balik bertanya.Alfi menggeleng sembari menatap lelaki tampan di sebelahnya yang dia perkenalkan sebagai, Zulfikar calon suaminya."Nggak mungkin, bu. Sebab saya di beritahu sama bapak bapak yang punya warung yang nggak jauh dari rumah kakak ipar saya itu. Saya sama kakak saya ini anak yatim piatu, Bu dan sudah sejak menikah kakak saya sama keponakan saya tidak menghubungi atau sekedar main ke rumah, makanya saya khawatir. Apalagi tadi bapak yang punya warung itu sempat cerita kalau laki-laki yang di nikahi kakak saya itu ....""Ist
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-25
Baca selengkapnya

BAB 13.

"Darimana kamu dapat rekaman itu, le? Apa isinya bisa di pertanggung jawabkan?" tanya Pak Bagus lebih lanjut. Fikar menimang ponselnya dengan sorot hampa."Dari hape milik almarhumah ibuku, Paklek. Dulu beliau bekerja jadi pembantu rumah tangga di rumahnya orang tuanya si Andre atau Dika itu."Degh!"Al- almarhum? Maksud kamu ... ibu kamu sudah meninggal?"Fikar mengangguk lemah. "Sebenarnya sudah sejak lama saya curiga sama keluarga itu, Paklek. Awalnya seingat saya waktu saya kecil dulu mereka itu pendatang dari luar pulau, menyewa rumah kontrakan kecil tidak jauh dari rumah kami. Tapi, beberapa waktu berlalu dan mendadak mereka sekeluarga pindah, di susul kabar naiknya ayahnya si Dika itu menjadi kepala desa di daerah kami dulu, lalu berlanjut naik menjadi, lurah, lalu camat, dan sekarang kabarnya beliau kembali mendaftar menjadi anggota legislatif.""Lalu? Hubungannya apa sama kamu, le?" desak Pak Bagus tak sabar. Fikar pun melanjutkan ceritanya, berbarengan dengan gerimis yang
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-25
Baca selengkapnya

BAB 14.

Ustadz Yusuf Hanan, seorang pria dewasa yang memiliki seorang anak lelaki seumuran Fikar. Ammar namanya, sepupu sekaligus sahabat Fikar sejak ia memutuskan tinggal bersama keluarga paman nya, tepat beberapa hari sebelum kabar kematian sang ibunda dahulu. Dan sejak saat itu dalam diam mereka mulai mengumpulkan informasi mengenai keluarga Sudrajat, ayah Andika. Walau belum bisa berbuat banyak saat satu demi satu korban jatuh setelah kabar pernikahannya dengan Andika yang belakangan di ketahui selalu menggunakan nama yang berbeda setiap kali akan menikahi wanita. Dan sudah barang tentu ilmu pengasihan menjadi andalannya, membuat siapa saja wanita yang ia inginkan bisa dengan mudah ia dapatkan. Nauzubillah."Lantas bagaimana, Paman? Apa bisa kita bergerak sekarang?" Fikar meletakan cangkir teh yang baru di sesapnya ke atas meja, kini ia bersama keluarga Pak Bagus tengah berada di kediaman Ustadz Yusuf."Kamu sudah yakin, Nak? Paman hanya bisa membantu sebisanya kalau kamu memang suda
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-25
Baca selengkapnya

BAB 15.

"Dek, ada apa memangnya? Coba jelaskan sama Mas. Dan kenapa juga adek bawa Sultan? Nanti kalau Kak Aini nyari gimana?" cecar Fikar keheranan. Sudah cukup jauh dari kediaman Dika dan Aini namun Alfi masih saja diam sambil memeluk Sultan yang sepertinya mulai tenang. Sejak tadi balita itu tak hentinya merengek dan menangis.Alfi menarik nafas, suara khas orang yang sedang menangis terdengar dari hidung bangirnya."Mas mau tahu? Kenapa aku buru buru ajak Mas pergi dari sana?" Fikar mengangguk cepat. "Iya, dek. Katakan ada apa, dan apa maksud perkataan adek tadi?" Alfi memandang lurus ke depan, lelehan air mata masih saja jatuh membasahi pipi putihnya."Sultan bilang dia di tinggal sendiri di rumah, Mas." Sontak Fikar yang kaget menekan pedal rem dalam dalam, untungnya saat ini jalanan yang mereka lalui cukup sepi sehingga tidak membahayakan."Hah? Sendirian? Maksudnya gimana, dek?" tanya Fikar tak mengerti. Alfi memutar sedikit tubuhnya sampai bisa menatap mata Fikar."Iya, Sulta
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-25
Baca selengkapnya

BAB 16.

Esoknya pagi pagi sekali, Alfi tergopoh gopoh membawa Sultan ke rumah ustad Yusuf. Sejak dini hari tadi keponaknnya itu terus saja berteriak teriak ketakutan walau sudah berusaha di tenangkan. Dan pagi ini, mendadak tubuh Sultan panas tinggi. Bahkan badannya sempat kejang kejang membuat Alfi cemas bukan main.TokTokTok"Assalamualaikum! Assalamualaikum, ustad! Mas Fikar, assalamualaikum!" seru Alfi tak sabaran, air matanya mengalir tanpa bisa di cegah membasahi wajah polos Sultan yang terpejam lemah dalam gendongannya."Waalaikumsalam! Sebentar," terdengar sahutan dari dalam, di iringi langkah kaki yang di seret mendekat. Tak lama pintu terbuka dan seorang wanita berjilbab instan berdiri di sana. "Alfi? Kenapa? Kenapa nangis?" cecar Umi Maryam sambil membuka pintu rumah lebar lebar dan membimbing Alfi masuk."Tolong, Umi. Tolong keponakan saya, semalaman dia histeris ketakutan, Umi. Dan sekarang badannya panas sekali, tadi dia sempat kejang juga, Um," adu Alfi sesegukan, pipinya
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-26
Baca selengkapnya

BAB 17.

Brak!Brak!Brak! Setelah tiga kali usaha di iringi doa dari Fikar, pintu kamar yang di huni oleh Pak Bagus dan Bu Mala pun terbuka lebar. Rupanya sejak semalam memang ada yang membuat pintu itu terkunci agar mereka tidak bisa segera membantu Sultan yang tengah ketakutan. Saat di datangi, kondisi Bu Mala masih lemas. Pasalnya menurut Pak Bagus semalaman ada sesosok makhluk yang datang dan terus mengganggu mereka, makhluk itu seperti berhasil mengacaukan pikiran Bu Mala sampai setiap kali Pak Bagus memintanya membaca doa Bu Mala justru berteriak teriak tak karuan."Kata istri saya, yang dia lihat sama seperti makhluk yang dia temui saat bermimpi bertemu almarhumah anak kami, ustad. Apa mungkin makhluk itu datang untuk mencegah kami membantu mengungkap kasus ini?" tanya Pak Bagus pelan seraya mengusap kening Bu Mala yang banjir keringat."Bisa jadi, Pak. Bangsa jin terutama dari golongan hitam seperti mereka tentu saja tidak ingin jika sampai orang yang memujanya berhenti, dengan cara
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-26
Baca selengkapnya

BAB 18.

"Auzubillahiminasysyaitonirojiim! Pergilah kau wahai jin setan laknatullah!" Mendadak Amar berdiri, matanya nya lang menatap ke salah satu sudut gelap paviliun yang berada di sudut dekat kamar mandi.Semua mata mengarah ke sana, samar tampak siluet seseorang berdiri di sana namun tak jelas seperti apa rupanya.Prraaannggggg! Kali ini cermin hiasan ruangan yang pecah berkeping keping, letaknya tak jauh dari tempat Bu Mala duduk. "Aakkkhhh!" pekik mereka lalu mulai saling berdempetan dengan wajah wajah ketakutan."Jangan takut! Baca doa dan minta perlindungan dari Yang Maha Kuasa!" perintah Gus Amar tegas. Ustadz Yusuf pun lantas berdiri di samping anaknya memandang tajam sosok di sudut sana yang tak kunjung berani menampakkan wujudnya. Semua mengikuti perintah Gus Amar, lalu tak berapa lama terdengar suara geraman dari sudut gelap tersebut."Gggrrrhhhhh!" suaranya serak dan dalam, membuat Sultan ketakutan dan semakin histeris."Pengecut! Jangan berani sama anak kecil!" sergah Gus
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-26
Baca selengkapnya

BAB 19.

"Tanteeeee! Takuuuttttt!" si kecil Sultan merentangkan tangannya ke arah Alfi, wajahnya merah padam karna tangis. Sedang Aini yang entah masuk darimana hanya memandangnya dengan bengis."Sini, sayang. Sini sama tante." Alfi gegas mengambil tubuh bocah itu ke dalam pelukannya, lalu berdiri berdekatan dengan Bu Mala menatap tegang ke arah Aini."Mbak mau apa? Kenapa bawa bawa pisau, Mbak?" sergah Alfi lagi, sorot tak suka memancar jelas dari mata beningnya. Pasalnya sang kakak benar benar berubah tak lagi seperti dulu yang sangat penyayang dan lembut."Berikan anak itu!" pekik Aini menunjuk Sultan yang berada dalam gendongan Alfi."Nggak! Mbak bilang dulu darimana mbak masuk dan kenapa harus bawa bawa pisau begitu, mbak mau buat anak mbak sendiri celaka?" marah Alfi tak gentar sedikit pun."Berisik! Nggak penting kamu harus tahu, yang pasti kembalikan anak itu. Kamu tidak berhak atas dia!" mata Aini tampak menyala marah, di acungkannya pisau tepat ke hadapan Alfi. Alfi dan Bu Mala mun
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-26
Baca selengkapnya

BAB 20.

"Yang kuat ya, nduk. Yang sabar, bulek tahu kamu pasti bisa melalui ini semua. Kami akan bantu sekuat tenaga untuk mewujudkan keinginan kamu, nduk." Bu Mala mengusap air matanya, sorot mata tua itu seperti menyimpan kepedihan yang sangat. Alfi yang kebingungan mengangkat wajah, barulah ia sadari jika semua orang yang menunggui Fikar di depan ugd meneteskan air mata. Umi Maryam mendekat lalu serta merta memeluk tubuh Alfi yang mendadak limbung. Dengan cepat Gus Amar membantunya duduk di kursi dan membiarkan Umi Maryam terus memeluknya."Sabar, nduk kuat ya kuat ... tujuan kalian belum tercapai, kamu harus bisa kuat untuk mencapai tujuan itu. Jangan berhenti di sini hanya karna ini, nduk." Umi Maryam mengusap punggung Alfi. Berbagai macam pikiran berkecamuk di benak Alfi, membuat air matanya merembes keluar. Apa maksud perkataan Bu Mala dan Umi Maryam? Apa Fikar tengah kritis di dalam sana atau justru malah ....Belum selesai dengan kecamuk otaknya seorang dokter pria berseragam le
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-26
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status