Home / Romansa / Belahan Jiwa / Kabanata 1 - Kabanata 10

Lahat ng Kabanata ng Belahan Jiwa: Kabanata 1 - Kabanata 10

68 Kabanata

1. Belahan Jiwa (1)

Bapak mencoret-coret di kertas. Tisu berlogo yang tadi digunakan untuk melapisi cangkir kertas berisi Cafe Latte panas pesanannya. Mereka sedang duduk menikmati sarapan di Starbucks. Jam sepuluh nanti Tiara ada meeting dengan beberapa pemasok. Sudah dua bulan ini Tiara selalu mengajak Bapak setiap ia pergi kerja di luar. Saat Tiara meeting nanti, Bapak akan menunggunya di kursi terpisah. Jika Tiara harus ke luar kota, giliran Agung adiknya yang bertugas mengajak Bapak. Ia tidak mau membiarkan Bapak di rumah seorang diri. Tiara memotong Spinach Quiche di atas piring di depannya, makanan yang selalu ia pesan setiap berkunjung ke sini. Mengoleskan sambal tipis-tipis, lalu mengunyahnya pelan tanpa suara. Melihat Bapak menulis, ia mengangkat cangkir berisi teh Camomile panas ke bibirnya. Panas air teh langsung mengusir rasa pedas di lidahnya. Cangkir teh itu hanya caranya agar tidak terlalu terlihat sedang mengintip apa yang sedang ditulis Bapak. Surat untuk Ibu. Lagi. Menulis surat a
Magbasa pa

2. Belahan Jiwa (2)

alam itu, dengan terbata-bata Tiara menyampaikan kabar itu pada Agung, dan menugaskan Agung menyampaikan pada Bapak. Tiara tidak tega untuk mengabarkan pada Bapak, mulutnya pasti tidak bisa mengeluarkan suara, karena itu ia menyerahkan tugas berat itu kepada adiknya. Pagi itu juga, ia dan Agung langsung terbang ke Surabaya untuk menjemput jasad Ibu, dan membawanya ke Jakarta dengan pesawat charter. Setelah disemayamkan di rumah duka, Bapak baru dijemput datang untuk melihat Ibu terakhir kali, setelah dimandikan dan didandani.Ibu tampak seperti tidur, tidak ada yang menerima bahwa itu hanya jasmaninya, sedangkan rohaninya telah meninggalkan dunia. Di hari terakhir ketika upacara penutupan peti, sebuah peristiwa ganjil terjadi. Seekor kupu-kupu putih, benar-benar putih polos tanpa motif, tiba-tiba hinggap di ujung jari Bapak.Bapak tidak mengibaskan kupu-kupu itu, hanya menatapnya. Kupu-kupu itu hinggap beberapa menit, sebelum kemudian mengepakkan sayap dan terbang ke luar jendela.Tia
Magbasa pa

3. Kesalahan Manis

Jam istirahat sekolah,semua murid saling mendahului mengambil tempat agar bisa berdiri di pagar besidi luar kelas. Pemandangan dari situ sangat strategis. Bisa melihat kelantai-lantai lain. Bisa mengincar orang yang ditaksir. Melemparkan sinyal,berharap yang ditaksir menangkap sinyal itu. Jika pun tidak bersambut,setidaknya bisa mencuri pandang diam-diam. Gedung sekolah bercatbiru muda itu terdiri dari tiga lantai. Kelas-kelas diletakkan di lantai sesuaitingkatnya. Kelas satu SMA di lantai satu, kelas dua di lantai dua dan kelastiga di lantai tiga. Di lantai dasar adakantin. Lapangan basket terletak di tengah-tengah. Para murid laki-laki yangmencari perhatian murid perempuan akan bermain basket saat jam istirahat. Dansemua gadis akan berlomba berdiri di pagar besi agar bisa melihat dan terlihat olehincarannya.Tiara baru kelas satuSMA. Lelaki itu kelas tiga. Tiara tidak tahu namanya. Tidak berani mencaritahu. Tiara suka karena lelaki itu sangat cool. Mata dan rambut ke
Magbasa pa

4. Lelaki Sempurna (1)

“Hatimu sedang dipenuhi cinta, Nak.” Tiba-tiba Ibu berkata dengan pandangan penuh selidik. Mereka sedang menikmati teh dengan kue nastar yang dibuat Ibu tadi sore. “Aku tidak bisa menyembunyikannya dari Ibu ya?” Tiara tersipu, merasa dipergoki sedang tersenyum-senyum sendiri.Matanya yang indah berbinar. Mata bulat dengan bulu mata panjang dan lebat itu persis milik Bapak. Sekarang binarnya mencerminkan hatinya yang dipenuhi rasa bahagia. “Wajahmu bercahaya, matamu berbinar.” Ibu tersenyum, “Percayalah, tak ada yang membuat wajah seorang wanita lebih bercahaya daripada ketika ia bahagia. Tapi binar paling terang adalah saat hatinya dipenuhi cinta.”“Aku punya rahasia yang ingin aku bagi dengan Ibu dan Bapak. Tapi aku malu,” kata Tiara.“Mengapa harus malu? Jatuh cinta adalah proses dirimu menjadi dewasa.” Kata Ibu bijak, sementara Bapak hanya senyum-senyum sambil mengangguk. Tiara lalu berdiri dari kursi dapur, pergi ke kamarnya untuk mengambil surat yang sudah kusut karena dibaca b
Magbasa pa

5. Lelaki Sempurna (2)

Dengan izin Ibu, malamitu juga Tiara menulis surat balasan untuk Ben.HaiBen,Iya,aku bersedia.TiaRa,bukan TiaNa.Membaca kembali suratbalasan itu, Tiara terkikik. Jika Ibu punya cerita masa muda yang terus diulangtentang Bapak ganteng yang menaksirnya meskipun dia tidak terlalu cantik, Tiarapunya cerita ini yang akan dia ceritakan pada anaknya nanti.Hah, anak? Tiara menepuk dahinyasendiri. ‘Mikir jangan kejauhan!’ Dia membatin, lalu kembali terkikik.Dan begitulah, merekalangsung jadian. Karena Ben akan melanjutkan kuliah ke Amerika, waktukebersamaan mereka sangat sempit. Dalam dua minggu, Ben sudah membawa Tiaramenghadap orang tua dan adik perempuannya, Mimi. Meskipun keluarga kayaraya, papa mama Ben sangat ramah dan tidak sombong. Apalagi Mimi, yang sangatingin punya kakak perempuan, langsung menerimanya dengan hangat.Mereka bertemu setiaphari, Ben mengantar Tiara pulang sekolah dengan mobilnya setiap hari. Meskipunawalnya Tiara merasa berkhianat pada dua sahaba
Magbasa pa

6. Pernikahan Suci

Pernikahan Ben dan Tiaradiadakan di tepi pantai. Kain sifon hijau pupus dan tule putih melambai-lambai.Bangku-bangku kayu putih diikat pita raksasa berwarna hijau pupus berderet dikedua sisi. Di tengahnya, jalanmenuju altar digelari karpet dari rumput buatan, ditaburi kelopak mawar putih.Lilin-lilin dalam gelas dinyalakan di sepanjangnya. Angin semilir menebarkansemerbak mawar putih dan harum bunga lily. Dua bunga kesukaan Tiara. Yang hadir tidak banyak,karena Tiara dan Ben hanya ingin mengundang teman-teman yang benar-benar merekakenal, dan kerabat dekat. Orang tua Ben tidak keberatan, meskipun merekapengusaha, tidak mendesak untuk mengundang seluruh relasi yang jumlahnya tidakmain-main, tetapi tidak dikenal pengantin.Tiara berjalanmenghampiri altar, lengannya dikaitkan di lengan Bapak. Rambutnya disanggultinggi dililit mutiara. Gaun putih model kemben dari bahan brokat membungkusketat tubuhnya. Membuat lekuknya tampak nyata. Ia tidak terlalu tinggi,hanya setinggi r
Magbasa pa

7. Kenyataan Pahit (1)

“Besok sahabatku di Harvard akan berkunjung. Kamu ingat dia? Dulu ketika kita menikah, dia juga hadir.” Suara Ben bersemangat. Sudah lama Tiara tak mendengarnya seantusias ini. “Tentu saja aku ingat.” Tiara bahkan lebih antusias. Ia senang Ben dikunjungi sahabatnya. Ben tampak tertekan akhir-akhir ini, mungkin karena kelanjutan studinya harus ditunda, lantaran ia telanjur hamil. Ben memang bersedia menunda satu tahun hingga Tiara melahirkan. Kegiatannya sehari-hari hanya belajar agar lebih siap melanjutkan studi nanti, juga membantu ayahnya di pabrik tekstil.Tiara mengelus perutnya. Ia langsung hamil, padahal hanya melakukannya satu kali di malam pengantin. Mungkin karena hari itu ia dalam masa subur.Sekarang, tanpa terasa kehamilannya sudah memasuki usia enam bulan. Tiga bulan lagi anaknya akan lahir ke dunia. Ia menanti-nanti seperti apa wajah bayi perpaduan parasnya dan Ben nanti.Ia berharap bayinya perempuan, dengan kulit Ben yang bersih dan bibir tipisnya. Hidung kecil dan m
Magbasa pa

8. Kenyataan Pahit (2)

Tiara turun dari mobil Agung, diikuti bik Amah. Rumahnya gelap. Hanya lampu taman yang menyala. Ia heran. Jika Ben belum pulang, siapa yang menyalakan lampu taman. Ia mendongak, melihat lambaian kain gorden di balkon kamar atas. Jendela kamarnya terbuka, tetapi lampu tidak menyala. Ia mulai was-was. Jangan-jangan… ada pencuri membobol rumahnya. Tak mau dicereweti Agung, Tiara menyimpan kekhawatirannya. “Sudah, tinggalin saja.” Ia menggebah Agung agar segera berlalu.“Biarkan aku melihatmu masuk dulu.”“Ini rumahku, Kakeeek.” Tiara mencibir, “Lagipula, ada Bik Amah.”Agung menatapnya ragu. “Bik, kalau ada apa-apa, teriak yang keras ya.” Agung beralih berbicara pada Bik Amah.“Beres...” Bik Amah mengacungkan jempol.Tiara dan Bik Amah menghampiri pintu. Tiara menekan gagang pintu, mencoba mendorongnya. Ternyata terkunci. Berarti tidak ada siapa-siapa di dalam.‘Ah, mungkin waktu pergi, Ben lupa mematikan lampu taman dan menutup jendela kamar,’ pikir Tiara. Ia mengeluarkan serenceng
Magbasa pa

9. Hati Sekeras Batu

Dari semua organ tubuh, hati adalah satu-satunya organ yang bisa memulihkan dirinya sendiri. Jika dikerat untuk didonorkan, itu akan tumbuh kembali dalam dua minggu hingga delapan puluh persen. Dan kembali utuh seratus persen dalam waktu dua hingga tiga tahun. Mungkin dari situlah asal istilah patah hati ketika putus cinta. Bukan patah jantung, atau patah ginjal misalnya. Karena suatu saat hati itu akan pulih kembali. Entah dalam dua minggu, dua bulan, dua tahun. Hanya hati yang memiliki kemampuan itu.Menatap nyalang langit-langit kamar hingga pagi, hati Tiara mulai tumbuh dari retakan karena hantaman kenyataan semalam. Air matanya kering sudah. Ia tidak tidur. Ia berpikir. Apa yang harus dilakukannya? Pulang ke rumah Ibu? Lalu apa yang harus dia ceritakan? Tetap tinggal di sini? Bagaimana ia harus menatap Ben? Fajar sudah hadir, Tiara beranjak dari tempat tidur. Meluruskan kakinya yang bengkak, menyeretnya ke arah pintu. Ia menarik napas dan mengembuskannya dengan keras sebelum me
Magbasa pa

10. Batal Demi Hukum

“Jadi, cuma gua doang yang no clue? Dan kalian bisa-bisanya bungkam mengetahui ini?!” Suara Tiara naik beberapa oktaf, dan Ruby hanya bisa menghela napas.Tiara terdiam sejenak, tampak menimbang-nimbang. “Baiklah, kita tanya Alana. Tapi dia juga harus bersumpah tidak akan membuka ini pada siapa pun.”Ruby mengembuskan napas dan menggeleng-gelengkan kepala. Kesungguhan, keteguhan, kekerasan kepala, apapun namanya itu. Sahabatnya ini memang tukang ngotot. Mereka tahu betul, kalau sudah ada maunya, Tiara tidak akan mundur. Dan di matanya saat ini, menunjukkan bahwa keputusannya tidak bisa ditawar.Itu sudah harga mati.Sekitar tengah hari setelah jam makan siang, Alana sudah ada di depan pintu, bersama seorang lelaki berambut putih dan mengenakan kaca mata minus, usianya mungkin sekitar lima puluhan. “Ini pengacara kenalan oom gua, namanya Bapak Arthur Sitompul. Pak, ini sahabat saya Tiara yang tadi saya ceritakan. Dan ini Ruby.”Mereka bersalaman. Tiara mengajak semua orang masuk, lalu
Magbasa pa
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status