Home / Pernikahan / Pemikat Hati Sang Kapten / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Pemikat Hati Sang Kapten: Chapter 21 - Chapter 30

47 Chapters

Morning Sickness? Kapten Galuh?

Baru beberapa menit yang tidur, kini Galuh sudah merasa segar kembali. Pria itu merenggangkan tubuhnya kemudian menarik napas panjang dengan kedua netra mengawasi area sekitar. Hunian mewah yang sangat classy namun anggun secara bersamaan. Perabot yang tertata rapi, lampu-lampu kristal yang bergelantungan juga hiasan dinding yang terlihat estetik. Galuh bangun dari posisinya, melarikan pandangan ke penjuru tempat untuk mencari sapu ataupun vacum cleaner yang bisa membantunya membersihkan tempat tersebut. Tak terlalu berdebu, hanya saja ada beberapa titik yang menurut Galuh perlu dibersihkan. Langkah pria itu mulai menulusuri tiap sudut ruangan, bergerak pelan agar tidak menganggu acara tidur siang Gendis. Kepala Galuh melongok ke kanan dan ke kiri hanya untuk mencari benda yang bisa membantunya mengurasi kekesalan Gendis. Namun tak ada! Semakin berkeliling di hunian tersebut yang ia dapat malah membuat sesuatu dalam diri Galuh menciut. Karena yang ia tahu Gendis dulu men
Read more

Kamu Egois

"Belum tidur?" Gendis tak menjawab, membuat Galuh menghela napas dengan senyum tawar pada paras tampannya. Asmara sedang keluar, katanya ingin membeli kain baru untuk mengganti perban yang membebat tubuh bagian atasnya itu. Padahal ia baik-baik saja jika tak mengenakan kain tersebut, lebih baik karena menurut Galuh punggungnya akan cepat sembuh. Namun kesempatan bisa berdua dengan Gendis tak mungkin ia lepas begitu saja, maka dari itu tadi Galuh tak melarang Asmara ketika wanita itu mengutarakan niatnya. Dengan gerakan pelan Galuh menarik kursi kayu, duduk tanpa menyandarkan punggungnya dan menatap Gendis dari samping. "Bagus yah langitnya. Mas ingat ... dulu Kamu bilang kalau langit selalu menampilkan sebuah seni, Mas setuju." Gendis acuh, acara duduk santainya terganggu sebab kehadiran Galuh, tapi untuk pindah ke kamar dan membawa martabak manis juga teh buatan Asmara, Gendis sangat malas. Entahlah ... badannya serasa jompo setelah ia berbadan dua. Kalau dibolehkan
Read more

Apa yang Kamu Takutkan Kali Ini?

"Kamu egois."Galuh mengangguk lemah, masih menyembunyikan wajahnya berharap Gendis melihat kesungguhannya kali ini dan bersedia memaafkan kesalahannya di masa lalu."Kamu dulu berencana menceraikan Aku, kenapa sekarang Kamu malah nggak mau? Padahal Aku hanya mempercepat keinginan Kamu dan keluargamu."Mulut Asmara menganga. Jadi ini bukan cuma permasalahan personal antara Gendis, Galuh dan Renata? Jadi seluruh keluarga Galuh!What the hell! Asmara menutup mulutnya dengan telapak tangan agar sumpah serapah tak keluar. "Kamu egois dengan meminta hukuman yang tidak merugikan Kamu, apa yang Kamu takutkan kali ini? Aku udah bilang kan, Aku nggak bakal ganggu sepupu bahkan seluruh keluargamu itu. Jadi posisi Kamu akan tetap aman di instansi, dan Kamu bisa nikahin mantanmu itu. Aku ... memudahkan jalanmu, harusnya Kamu berterima kasih." Gendis menjeda ucapannya untuk menarik tangannya yang berada dalam genggaman Galuh.Namun Galuh menggeleng pelan, matanya sudah memerah selaras dengan u
Read more

Kunjungan Orang Tua Gendis yang Tiba-tiba

"Lu ada ada aja Dis!" Melly, si Dokter spesialis kandungan itu ikut panik ketika melihat Gendis dan Asmara kompak menyeret Galuh. Bukan hanya itu saja, kedua wanita itu bahkan terlihat memantul ke sana ke mari untuk membereskan kotak obat juga pakaian dan ransel besar milik Galuh. "Mending pelan-pelan aja larinya Dis, grasak grusuk gitu Gue takut tuh kaki kepentok kaki meja!" ucap Melly lagi. Minggu lalu ia sudah mengecap kedua temannya itu sebagai wanita gila karena membayar Melly untuk merawat luka Galuh! Ya Tuhan ... padahal cuma luka akibat air panas. Gampang untuk dirawat, tapi malah dirinya yang disuruh. Sekarang Melly malah menemukan fakta kalau sebenarnya Gendis tengah dalam proses perceraian dengan suaminya. Astaga! Surprise macam apa ini. Melly kira Gendis tak ingin merawat luka Galuh karena takut, ternyata malah diluar dugaannya. "Ia bentar Mel, Kamu duduk aja di situ. Ini Aku mau ngamanin sepatunya Si Galuh dulu." Melly menggelengkan kepala melihat tingkah Ge
Read more

Bisikan yang Meresahkan

Saling tatap, sikut, senggol dan mengerutkan alis secara bergantian terus dilakukan oleh Gendis juga Asmara kala perhatian orang tua Gendis teralihkan dari mereka. Asmara sudah gelisah sejak kumandang azan Ashar tadi, namun Rahayu dan Arjuna masih betah berbincang dengan Gendis.Benaknya hanya memikirkan satu hal "BAGAIMANA JIKA BU DE DAN PAK DE-NYA MENGINAP!" Karena setelah acara makan rujak manis selesaipun kedua orang tua itu seakan enggan untuk beranjak dari kediaman Gendis. "Mbak, Mama tadi udah tata ulang isi kulkasnya yah, jangan diobrak-abrik lagi. Kasian Asmara." "Yang suka ngobrak ngabrik itu Asmara Mah, bukan Gendis," tunjuk Gendis pada Asmara dengan dagunya.Membuyarkan isi pikiran Asmara yang sedang ribut sendiri. "Halah, podo ae! Ndak Kamu, ndak Asmara sama. Sama-sama tukang ngobrak-abrik," sahut Rahayu. Wanita itu berdiri, meraih tas kemudian menghampiri Arjuna yang duduk di sofa tunggal dengan manik Asmara yang mengikuti pergerakan Bu De-nya itu. "Papa k
Read more

Ada Maling

Bisikan yang terdengar mengerikan .... Tubuh Gendis sejenak kaku, tangannya terkepal namun detik selanjutnya berusaha tenang setelah mendengar satu kalimat yang membuat darahnya mendidih. Sial, Gendis marah namun juga takut secara bersamaan. Raut wajahnya jelas berusaha sebisa mungkin terlihat baik-baik saja dengan terus bergerak dan bersenandung kecil. Dengan pelan Gendis mulai meraih bathrobe, menggunakan kembali benda yang baru ia letakkan itu. Lekas berbalik dan berjalan santai menjauhi area favoritnya. Tangan Gendis yang gemetaran meraih gagang pintu yang ternyata tak tertutup sempurna. Ia yakin bahwa bisikan itu berasal dari suara Galuh. Ya ... siapa lagi memangnya! DEG .... Baru saja keluar dari kamar mandi, Gendis tambah dikejutkan dengan keberadaan Galuh yang berdiri tegak tepat di depan pintu. Namun ekspresi Galuh malah lebih menakutkan membuat nyali Gendis yang sudah berada di titik paling bawah semakin menciut. Raut wajah yang mengeras, tangan terkepal se
Read more

Psikopat Berwajah Satpam

Melihat bayangan Gendis yang sudah menghilang sepenuhnya, Galuh segera berbalik. Menutup pintu kamar dan menguncinya untuk meminimalisir kemungkinan-kemungkinan buruk yang akan terjadi kedepannya. Sejak siang tadi ketika ia diseret paksa oleh Gendis, Galuh sudah menyadari ada sesuatu yang janggal dalam kamar Gendis. Pintu kamar mandi yang menutup rapat sendiri juga sebuah bayangan dari celah bawah pintu kamar mandi itu sudah cukup membuktikan jika ada penghuni lain dalam ruangan tersebut. Galuh tak ingin berspekulasi buruk lagi dengan membuat kegaduhan yang semakin merugikan dirinya nanti. Meskipun pikiran negatif sempat hinggap dalam benak Galuh. Selama beberapa waktu Galuh bergerak memeriksa tiap-tiap sudut ruangan. Melihat-lihat beberapa foto Gendis yang tersimpan di sana. Langkah kaki Galuh kembali mendekati bed Gendis, duduk dengan tenang. Menikmati aroma feromone Gendis yang tertinggal. Ada ketenangan yang Galuh dapatkan kembali. Tangan besar Galuh segera meraih
Read more

Fans Garis Keras Pramdis

Sudah tiga hari berlalu, dan Galuh sudah kembali bekerja seperti semula. Berangkat menjelang subuh dan pulang ke tempat Gendis sekitar jam delapan malam. Melihat itu Gendis memilih tetap abai. Sedikit risih sebenarnya karena kan mereka dalam proses perceraian, kenapa pula Galuh memaksakan diri untuk bolak balik perjalanan jauh seperti ini? Alasan ingin tetap bersama atau apapun itu tak lagi Gendis dengar semenjak ia menegaskan tak akan kembali pada suaminya itu. Sampai akhir Gendis akan berjuang sekali lagi. Berjuang melepaskan diri tentunya .... Harusnya Galuh pergi, seperti tujuan utama pria itu. Hah ... entahlah terserah saja. Toh, besok ia akan kembali ke rumah Arjuna. Tinggal di rumah lagi karena akhirnya Asmara menyerah untuk mengajak Gendis ke Jawa. "Dis, Mas mau keluar. Kamu mau nitip sesuatu?" Galuh bersuara ketika mereka sedang makan malam. "Hm." Gendis bergumam sembari menganggukkan kepala. Alis Asmara berkerut melihat itu. Hubungan Gendis dan Suaminya bu
Read more

Ketahuan 1

Pagi menyapa dengan desiran angin dari arah timur, menciptakan sebuah suasana sendu membuat orang-orang betah bergelung di bawah selimut. Begitu pula Gendis, ia yang memang menjelma menjadi seorang ratu tidur semakin menutupi seluruh tubuhnya dengan bed cover. Lain dengan Asmara yang sudah keluar dari kamar Gendis dan mulai memasak untuk mereka. "Apa istri Saya masih tidur?" Asmara mengendikkan bahunya, "tadi setelah sholat balik tidur, nggak tahu kalau sekarang. Kamu sendiri tumben belum berangkat." Tak ada jawaban lagi, dan Asmara tebak pria itu sudah pergi dari area dapur, seperti biasanya. Namun telinganya mendengar sesuatu yang sedang di letakkan pada meja makan membuat Asmara menoleh. Masih ada rasa takut setelah kejadian maling beberapa hari yang lalu. "Tolong berikan ke Istri Saya." Manik Asmara segera menyorot sesuatu yang Galuh letakkan pada meja. Berjalan mendekat setelah mengatur api pada kompor agar tak terlalu besar. "Opo iki?" tanya Asmara bingung pasa
Read more

Ketahuan 2

"Ini Pak De bawa, nggak usah bilang-bilang sama Gendis. Nanti sore Pak De jemput. Mau balik ke rumah kan?" Asmara yang masih memasang ekspresi full senyum segera mengangguk, "Iya Pak De, ransumannya bawa Pak De saja. Mara udah selesai masak kok. Cuma nunggu Gendis bangun yang mau sarapan." Arjuna menghela napas lega. Pria itu menyadarkan tubuhnya sembari menutup mata sesaat. "Jangan sampai anak itu balik lagi sama suaminya. Hah, cukup sekali Pak De kecolongan," ucapnya. Asmara mengangguk kaku, tak tahu harus menjawab apa. Hingga kemudian Arjuna pergi dari apartemen dengan membawa satu kresek yang berisikan paket ransuman pemberian Galuh. Sebodo amat lah, yang penting kali ini ia dan Gendis selamat. Selepas kepergian Arjuna, wanita itu segera berlari ke arah kamar Gendis. Membangunkan sepupunya itu dengan guncangan yang tak begitu keras. "Dis, Pak De ke sini." Gendis yang memang sudah bangun namun malas keluar dari selimut hangatnya hanya berdeham. "Ketemu Sama bojo
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status