Semua Bab Pemikat Hati Sang Kapten: Bab 11 - Bab 20

47 Bab

Kegundahan Kapten Galuh

Sesal tak dapat ditangkis, sejauh apapun Galuh mengelak ia tak lagi mampu membohongi diri dengan berlindung mengunakan kalimat ia kehilangan karena terbiasa akan hadirnya sosok Gendis. Pelampiasan pada berkas juga kegiatan lain tak bisa mengalihkan perhatiannya lagi. Gendis ... ia kehilangan seluruh hatinya. Logikanya berperang dengan selalu membisikkan bahwa ia bisa tanpa adanya wanita itu seperti dulu. Namun nyatanya tak seperti itu. Ia merasa sepenuhnya kosong. Ditambah Gendis tak menyisakan sedikit jejak pada kediamannya. Harum wanita itu bahkan sudah pudar tergantikan aroma petrichor yang kadang kala memenuhi seluruh ruang kediaman Galuh. Galuh menarik napas dalam. Matanya yang terpejam bergerak seolah mencari arah pada lorong yang gelap, dan sialnya berita awal mula kesalahan pahaman antara ia dan Gendis selalu tayang di chanel manapun pada televisi yang ada di ruang tengah. Membuat Galuh semakin gundah. Jadwal sidang mediasi dua hari lagi dan kemarin ia sudah bertemu de
Baca selengkapnya

Drama Kapten di Sidang Mediasi

"Saya salah, tapi Saya ingin memperbaiki semuanya," ucap Galuh tenang setelah Sang Mediator menanyai dirinya. Ia tak ingin mengelak. Semua yang Gendis ucapkan benar adanya bahwa mereka tak memiliki komunikasi yang bagus. Sedang Gendis yang mendengar penuturan Galuh langsung menolehkan kepalanya kesamping. Melihat sosok pria yang ternyata juga menatap dalam dirinya entah dari sejak kapan. "Harusnya Saya lebih mengerti keinginan Istri Saya dan berusaha peka. Karena itu beri kesempatan agar Saya bisa memulainya lagi," tandasnya yakin tanpa mengalihkan pandangan.Gendis berdecih sembari merotasikan maniknya membuat Galuh tersenyum. Ia tahu Gendis akan semakin marah, namun hanya dengan cara seperti ini ia bisa menggagalkan gugatan Gendis."Mas janji nggak bakal gitu lagi, kita pulang yah?" BRAAK! Gendis memukul meja, lekas berdiri dengan emosi yang mulai membuncah. Apa Galuh sedang melantur! Calon mantan suaminya itu sedang apa sebenernya! Sungguh Gendis kira Galuh akan bersika
Baca selengkapnya

Kabar yang Membuat Galuh Bimbang

Melihat Gendis yang tak sadarkan diri membuat Galuh panik. Pria itu serta merta menggendong Gendis dan berlari ke luar ruangan saat itu juga. Mengabaikan pengacara Gendis yang ikut berlari sembari meneriakkan namanya agar berhenti. Galuh bersyukur karena setidaknya ada sebuah klinik yang hanya berjarak sejauh seratus meter dari pengadilan agama sehingga istrinya langsung mendapat penanganan. Kedua kaki Galuh tak berhenti bergerak, dengan sepasang mata yang tak lepas memperhatikan Gendis dari balik pintu kaca, dimana beberapa petugas medis memeriksa Gendis. Pengacara yang tadi bersama Gendis kembali ke pengadilan. Entah untuk apa yang jelas Galuh tak ingin sidang ini berlanjut. Saat ini ia sudah sadar bahwasanya keberadaan Gendis telah menguasai hati Galuh. Bukan hanya sudut hatinya saja melainkan keseluruhan ruang di sana. Hingga ia merasakan kekosongan yang luar biasa kala Gendis memutuskan pergi dari rumah. Dan tadi untuk pertama kalinya ia bertemu dengan Gendis kembal
Baca selengkapnya

Kabar Kehamilan Gendis

Kendaraan masih ramai berlalu lalang ketika Galuh melajukan sepeda motornya membelah jalanan. Berbaur saling membunyikan klakson kala lampu merah berubah hijau namun kendaraan umum di depan mereka tak kunjung berjalan. Sorak cahaya keemasan berpendar, menciptakan sebuah pemandangan apik dimana sinar mentari sore menembus celah-celah bangunan tinggi disamping Kiri kanan jalan raya. Menebarkan rasa hangat ditengah gemuruh yang masih melanda jiwa Galuh. Gendis hamil .... Dua kata yang terus mengalihkan fokus Galuh hingga beberapa kali ia mendapatkan teriakan cacian dari pengendara lainnya. Di sisi lain ia harusnya bahagia karena dengan itu ia bisa menekan Gendis agar terus bersamanya, ya ... pengadilan tak akan mengabulkan gugatan cerai Gendis padanya, keberadaan janin yang entah milik siapa itu cukup menguntungkan bagi Galuh. Motor yang Galuh kendarai mulai masuk pekarangan rumah pria itu, dan sambutan pertama yang ia dapatkan adalah senyum Sonia yang tengah berdiri bersa
Baca selengkapnya

Kehilangan Jejak Gendis Lagi

Meskipun Bu Hari beberapa kali memanggil namanya dengan embel-embel Bapak atau Kapten yang selalu membuat ia risih, Galuh tetap menyimak keseluruhan cerita tentang bagaimana Gendis mengidamkan seorang bayi karena merasa kesepian. "Jadi, itu anak Saya?" gumam Galuh masih setengah tak percaya. Alis Bu Hari bertautan, sama hal nya dengan sang suami yang kini memandang Galuh heran. Apa pria muda di depannya ini meragukan kesetiaan istrinya sendiri? Begitulah pikir Pak Hari. "Tunggu dulu, Apa Kapten nggak percaya sama Bu Gendis?" tanya Bu Hari mulai kehilangan antusiasmenya. Ekspresi Bu Hari berubah, tak ada lagi senyum pada wajah wanita itu, yang ada hanya pandangan menyelidik membuat Galuh menghela napas. "Iya Bu, karena sempat ada berita miring sebelumnya kalau istri Saya memiliki seorang seli —" "Astaghfirullah, Saya saja lho ndak percaya kalau Bu Gendis perempuan ndak bener. Anaknya santun, baik, ndak pelit sudah gitu dia sangat bertanggung jawab dengan gelar yang disandan
Baca selengkapnya

Sepupu Dari Jogja

"ALLO! ASSALAMUALAIKUM CALON MAMI!" Pagi hari yang awalnya damai, dan tenang dengan nuansa hangat berubah gempar kala suara lengkingan sepupu dari Gendis membuka paksa pintu kamar wanita itu. Telinganya berdenging keras membuat Gendis harus menutupinya, "waalaikum salam. Bisa nggak sih nggak usah teriak gitu," dengus Gendis dengan dua tangan mengusap daun telinganya. "Yo ndak bisa tho Yu, kan wes dari pabreknya gitu," sahut Sang Sepupu ringan. Gendis mencebikkan bibir. Memang, putri dari Kakak Mamanya ini petakilan bukan main. Kadang Rahayu saja tidak sanggup menghadapi keribetan dan keriwehan Asmara ketika berkunjung ke rumahnya seperti saat ini. Sehingga Rahayu memilih jalan aman dengan membiarkan apapun yang ingin Asmara lakukan. Kalau tidak diizinkan maka Asmara akan mendebatnya. Seperti memasakkan mereka makan malam, mencuci beberapa mobil yang ada di garasi, juga menguras kolam renang yang terletak tepat di samping kamar Gendis. Keribetan yang sebenarnya meringa
Baca selengkapnya

Asmara Perisai Gendis

"Gendis mau makan Mar?" Rahayu bertanya kala netra wanita itu melihat Asmara memasuki area dapur dengan baki ditangannya. "Enggeh Bu De, Gendis makan kok. Cuma katanya enakan nasi Padang dari pada bubur." "Kamu itu lho Mar, senengane bercanda terus." Asmara tergelak, namun kemudian kembali berkata bahwa ia tak bohong. Gendis ingin makan nasi padang untuk sarapan hari ini. "Dimana ada warung naspad jam segini Mar? Lagi ngidam kali yah?" Asmara hanya mengendikkan bahu lalu menganggukkan kepala menyetujui ucapan Rahayu. Ia juga bingung sendiri kalau begini, di Jogja mau cari sarapan jam empat pagi ya pasti ada. Tapi ini Jakarta! Adakah warung nasi Padang yang buka jam segini? Ke dua wanita itu sama-sama menghela napas panjang hingga suara Arjuna masuk ke dapur dan menyapa Rahayu yang terlihat lesu. "Kenapa? Ada apa?" "Ini lho Pah, Gendis kepengen nasi Padang katanya." "Ya beli saja Mah, uang yang Papa transfer kemarin sudah habis?" Rahayu berdecak, "bukan masalah ua
Baca selengkapnya

Perjuangan Sang Kapten 1

Malam dimana Gendis dikabarkan sudah pindah rumah sakit, membuat Galuh gusar. Ada amarah yang mencokol di dalam sudut hatinya. Namun meski begitu pria itu lekas keluar dari klinik, segera melajukan sepeda motornya ke rumah Arjuna dan Rahayu, mertuanya. Ia yakin Gendis ada di sana. Tak mungkin rasanya jika Istrinya itu pulang ke apartemen Gendis sendiri mengingat kondisi kesehatan Gendis yang harus dalam pantauan. Sesampainya di kediaman orang tua Gendis, pria itu memarkir motornya tepat di depan gerbang, memandang ke atas gerbang sembari menghela napas panjang. Gerbang kokoh itu seakan mengejek Galuh, bukan tentang bagaimana lempengan besi itu menyembunyikan Gendis di dalam sana, melainkan perekonomian keluarga wanita itu sendiri. Rasa tak percaya dirinya sempat timbul ke permukaan, teringan akan permintaan kesempatan ke duanya pada Gendis. Dari segi ekonomi ia jauh berada di bawah level Gendis, kenapa pula ia dulu merasa bahwa Gendis beruntung mendapatkan dirinya. Rasa
Baca selengkapnya

Perjuangan Sang Kapten 2

Galuh menoleh, tangannya sigap menyalami uang dengan nominal seratus ribuan, "nggak ada apa-apa Bang. Ini kembaliannya buat Abang saja." Tanpa menunggu lama lagi Galuh menaiki motornya dan mengejar mobil merah yang berada di depan. Manik pekat Galuh berusaha mencari celah untuk mengetahui plat mobil tersebut. Sampai akhirnya senyum berpendar serta garis pada dahi pria itu memudar ketika mobil incarannya berhenti tak jauh dari jangkauannya. Itu mobil Gendis, Galuh masih ingat betul beberapa stiker yang tertempel dibelakang mobil juga plat mobil itu sendiri. Tanpa membuang waktu Galuh memarkirkan sepeda tak jauh dari mobil tersebut. Hendak menghampiri Gendis namun langkahnya terhenti ketika seorang wanita yang tak ia kenal turun dari kendaraan tersebut. Lagi-lagi semangat Galuh seakan menguap habis. Ia kira Tuhan masih bisa memberi kesempatan untuk memperbaiki ibadah yang selama ini ia rusak. Galuh berjalan lesu, berdiri dan menyandarkan tubuhnya pada salah satu tiang rekl
Baca selengkapnya

Apartemen 1

Sunyi .... Hening .... Hanya suara napas yang terdengar selama perjalanan, hanya keheningan yang menyelimuti para manusia yang berada di dalam mobil milik Gendis. Gendis melempar pandangan ke luar jendela, meskipun lehernya sudah terasa lelah, Gendis tetap mempertahankan posisinya karena ia tahu sejak tadi Galuh melihat ke arahnya. Sedang Asmara yang sudah duduk di depan sesekali mencuri pandang. Merasa tak nyaman karena kali ini dirinya lah penyebab kerumitan yang akan terjadi ke depannya. Galuh mengancam Asmara bahwa pria itu akan melaporkan Asmara jika Gendis tak bersedia merawat luka Galuh. Bahkan pria itu bersedia saja ketika tadi Asmara mengatakan kalau Galuh akan diamuk oleh Pak De-nya. Tsk! Benar kata Gendis. Kali ini Asmara salah langkah. Harusnya tadi ia lempar saja gerobak bubur kacang hijaunya ke arah Galuh. Kalau gini kan nanggung. Sudah kena omel Gendis, sekarang malah harus ikut rencana Gendis demi keamanan dirinya sendiri. Asmara menarik napas panjang
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status