Home / Pernikahan / Pemikat Hati Sang Kapten / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Pemikat Hati Sang Kapten: Chapter 31 - Chapter 40

47 Chapters

Ketahuan 3

Pria bermata legam itu lantas berdiri, sorot matanya menajam dengan rahang yang mengetat. Kekhawatiran akan tragedi kemarin akan terulang lagi disaat dirinya tidak ada. Galuh cepat berbalik, dan napasnya hampir tercekat kala tiga pasang mata menatap ke arahnya dengan ekspresi yang berbeda-beda. Raut wajah Galuh yang awalnya menegang segera memudar, netranya menutup sesaat dengan helaan napas lega yang terdengar oleh Arjuna membuat pria itu semakin geram. "Kenapa Kamu ada di sini?" tanya Arjuna datar. Tak ada sedikit keramahan di sana. Hanya ada tatapan tak suka lebih tepatnya tak sudi. Galuh memasang wajah tenang, menaiki satu undakan dengan kaki telanjangnya dan mendekati Arjuna. Pria itu tak langsung menjawab, lebih baik menyalami mertuanya itu seperti tadi pagi. Karena uluran tangannya tak mendapat sambutan, Galuh beralih mendekati Rahayu dan menggamit tangan Ibu mertuanya kemudian mencium punggung tangan Rahayu. "Maaf Saya belum sempat berkunjung ke rumah untuk menemui Pap
Read more

Permintaan Maaf Asmara

Mobil melaju membelah jalanan kota dengan hanya ditemani suara radio yang memberitahukan bahwa malam itu akan terjadi hujan dan petir. Padahal sudah hampir dua Minggu berlalu dan hujan tak lagi menyapa bumi, membuat wanita yang memiliki lesung pipi itu sedikit kehilangan aroma yang paling ia sukai. Namun baru saja seorang penyiar radio mengatakan akan turun hujan dan tak berselang lama rintikan hujan mulai berjatuhan. Membasahi kaca mobil hingga membentuk sebuah aliran air yang kecil. Lagi-lagi seakan menambah kesan sendu yang tengah dialami para manusia yang sedang berada di dalam mobil tersebut. Sangat berbanding terbalik karena yang terjadi jauh berbeda. Tiap-tiap orang tengah menyimpan rasa khawatir, gusar, kecewa dan ketakutan. Seperti Asmara. Wajahnya sudah tak enak dilihat semenjak keluar dari gedung Griya Tawang milik Gendis dan itu membuat Gendis berkali-kali lipat menahan diri untuk tak tertawa. Gendis tebak Asmara tengah menyiapkan diri untuk menebalkan jiwa ka
Read more

Menghadiri Sidang

Satu pekan berlalu begitu lambat, sepi dan hampa terasa menghantam jiwa sang kapten kala wanita yang sedang ia perjuangan tahtanya, tak lagi bisa ia temui. Beberapa kali terdengar helaan napas yang membuat rekan lainnya merasa terganggu hingga menaruhkan diri dan mendekati pria yang terkenal kaku itu. Tak ada Rafael atau Pak Hari di sana untuk bisa mereka suruh meredam badai yang tengah Galuh alami, sangat tak nyaman karena tatapan Galuh yang begitu tajam dengan kerutan menakutkan pada paras pria itu. "Kopi Gal," tawar Ferdinand dengan satu cup kopi di tangan. Pria berperawakan tegap dan gagah itu mengangsurkan kopi ke meja Galuh. "Oh makasih." Galuh sedikit tersentak kaget kala suara rekannya terdengar. Setelah mengucapkan rasa terima kasihnya Galuh mengambil kopi tersebut dan menenggaknya hingga tersisa separuh. "Panas Gal," ucap Ferdi lagi. "Tidak, Saya tidak panas." "Yaelah Gal, kopinya yang panas. Lidahmu nggak kebas." Galuh sejenak terdiam, merasakan rasa ha
Read more

Pengaman Bolong di Pengadilan

Wajah Galuh berseri, seakan memancarkan sinar matahari kala ketukan palu terdengar beberapa menit yang lalu. Keputusan hakim yang menyetujui permintaannya dan menolak pengajuan Gendis tentu membawa angin segar pada pria itu. Dadanya terasa penuh dengan sensasi yang seakan-akan ada ribuan kupu-kupu beterbangan. Walaupun tadi Galuh harus beradu argumen dengan Gendis yang membuat kemarahan wanita itu berkali-kali lipat kala ia mengeluarkan bukti bahwa Gendis tengah mengandung anaknya. Istrinya .... Senyum Galuh berpendar, debarannya tak bisa ia kontrol sampai ia beberapa kali harus mengusap wajahnya sendiri karena merasa panas. Gendis sudah keluar lebih dulu ketika hakim akhirnya memberi putusan akhir. Beruntungnya ia membawa sisa kondom juga bukti kehamilan Gendis. Kalau tidak mungkin dirinya akan kalah menghadapi pengacara kondang pilihan mertuanya. Di saat seperti ini sebenarnya gugatan Gendis bisa lolos ke sidang berikutnya dan ia tak memiliki kesempatan lagi bila Istr
Read more

Anak Gendis dan Galuh

Galuh mencoba menyusul langkah Gendis yang begitu cepat, seakan-akan takut akan ia sergap. Padahal tadi Galuh hanya meminta Gendis untuk menunggu dirinya agar bisa menemui orang tua Gendis bersama-sama. "Assalamualaikum Mah." "Waalaikumussalam Mbak, akhirnya sampai juga di rumah." Gendis mendekat kemudian menyalami tangan Rahayu. Wajahnya yang lesu membuat Rahayu menghela napas. Pengacara Gendis tadi sudah menelponnya dan memberi tahu perihal gugatan yang Gendis layangkan pada Galuh. Gagal .... Dan Galuh memenangkan persidangan dengan alasan bayi yang sedang Gendis kandung. "Minum susu dulu yah, tadi Mbak lupa susunya nggak diminum. Mama buatin yang baru." Gendis mengangguk, melepas pelukannya dan beralih merebahkan diri pada sofa empuk yang ada di sana. "Assalamualaikum Mah." Suara tebal Galuh menarik atensi Rahayu, pria itu mendekat untuk menyalami tangan mertuanya. Kemudian meminta izin untuk duduk di dekat Gendis yang memilih memunggungi Galuh kala suaminya itu terlihat b
Read more

Gelisah Entah Karena Apa

Arjuna tiba-tiba ingat bahwa baru-baru ini salah satu anak buahnya melapor bahwa Galuh menangkap penguntit di gedung putrinya. Ia juga mendapat laporan bahwa Galuh sudah menyelesaikan hal tersebut tanpa melibatkan pihak berwajib. Bukan tak percaya, namun Arjuna berpikir bahwa semua itu hanya akal-akalan Galuh untuk menarik perhatian Gendis lagi. "Trik Kamu boleh juga Gal, tapi jangan harap Kami percaya," ucap Arjuna datar. Gendis mengangkat wajahnya, melihat paras Arjuna dan Galuh bergantian. "Apa Papa mengira Saya yang mengirim penguntit itu?" Salah satu alis Arjuna naik, senyum sinisnya terpatri membuat keadaan semakin panas. Gendis yang melihatnya ingin berteriak minta tolong karena dirinya merasa terhimpit diantara dua tiang kokoh yang sama-sama tingginya. Namun ucapan Arjuna cukup memantik rasa penasaran Gendis. Benarkah itu salah satu rencana Gendis? Ah tidak-tidak. Jelas-jelas tak pernah ada orang lain masuk ke gedungnya selama ia tinggal di sana. Keterangan
Read more

Kalaupun Amnesia, Kamu Tetap Akan Mas Ingat

Karena rencana yang super dadakan, semua persiapan juga serba dadakan. Untungnya Sarah selaku owner catering yang Gendis percaya bisa menghandel pesanannya dengan baik. Area luar sudah dibersihkan mulai semalam dan menyisakan sedikit pot pot berisi tanaman milik Rahayu. Adapun tenda baru pagi tadi yang terpasang. Sesuai permintaan Gendis yang menginginkan nuansa putih juga ada sedikit warna baby blue yang membuat kesan lembut dan hangat. Berbagai makanan, buah, dan kue tertata apik di meja bagian samping kiri, dan bungkusan untuk para anak panti sudah berjejer di bagian kanan.Arjuna, Rahayu, sudah ada di depan, sedang Asmara mengejar waktu dengan menjemput Kakek buyutnya yang tiba-tiba mengabari bahwa rombongan dari Jawa sudah tiba di bandara.Alhasil Wanita itu lekas menjemput bersama sopir dengan membawa dua mobil sekaligus. Takut-takut ada kerabat lain yang ikut. Padahal itu akal-akalan Asmara saja karena sang tunangan juga ikut untuk merayakan acara empat bulanan Gendis."Uda
Read more

Rayuan Sang Kapten

Nuansa khidmat begitu kental tatkala semua anak-anak panti mengaji, tak ada dari mereka yang bergurau. Begitu pula ketika salah satu ustadz membimbing doa. Suara menggema mengucap Aamiin menelusup ke dalam jiwa Gendis. Netranya berkaca-kaca, dadanya sesak karena rasa haru, bahagia dan sedikit kesedihan di dalam sana. Dalam bisik doanya kali ini, ia berharap Tuhan melindungi buah hatinya dan memberi takdir yang jauh lebih indah dari pada dirinya sendiri. Beribu-ribu maaf ia ucapkan pada buah hati yang Gendis kandung, wanita itu merasa telah egois karena menginginkan sang bayi disaat pria yang menjadi suaminya ternyata tak menginginkan kehadiran bayi mereka. Bening menetes membasah pipi kemerahan wanita itu. Kelopak matanya tertutup sempurna, dengan tangan menyembunyikan parasnya yang sendu. "Tuhan, tuliskan sebuah cerita yang indah untuk hadiah yang Engkau amanahkan pada hamba," batin Gendis. "Alfatihah ...." Gendis menghela napas pelan, meraup pelan wajahnya dengan bi
Read more

Menyebalkan dan Menyusahkan

Sebenarnya Kakung dan Eyang putri Gendis tadi hampir memarahi Rahayu sebab tak ada ketupat, lepet juga urap dalam sajian empat bulanan Gendis. Namun ketika keluarga Galuh datang dipertengahan acara tadi, kegusaran Kakung hilang karena besan putrinya itu membawakan semua itu. Ketupat, lepet ketan, lauk urap adalah jajanan yang harus ada ketika mengadakan acara seperti sekarang. Rahayu mendekati Sri dengan seutas senyum di wajahnya, "Maaf Bu, baru bisa nemuin." "Oh nggak apa Bu, Kami juga ke sini tanpa pemberitahuan lebih dulu," sahut Sri menyambut pelukan Rahayu. Wanita dengan keramahan yang luar biasa membuat Sri selalu bersyukur karena putranya mendapatkan mertua seperti Rahayu. "Apa kalau ada acara memang selalu mengundang anak-anak Bu?" "Iya Bu, Gendis selalu meminta agar kami mengundang anak-anak dari yayasan Bu. Putri Saya memang suka anak kecil. Katanya lucu, mungkin karena anak-anak itu masih polos nggeh Bu." Sri mengangguk, memang ... selama ini Gendis menunju
Read more

Kecurigaan Galuh

"Nduk, Kakung dengar, Kamu Ndak mau ikut suami pulang yah? Kenapa? Dosa lho." Pertanyaan pertama dari Kakung membuat Gendis menghela napas. Tadi ia menolak keras permintaan Galuh pada orang tuanya kala pria itu hendak kembali ke daerah dimana pria itu bertugas. Gendis mementahkan semua permintaan Galuh juga keluarga pria itu. Terlihat jelas mereka sedih, tapi Gendis tak percaya bahwa perlakuan mereka akan berubah. Lebih baik Gendis tinggal bersama Arjuna dan Rahayu agar mentalnya sehat disaat hamil seperti ini. "Enggih Kung, soale Gendis masih harus rutin periksa kehamilan. Kalau ikut pulang, jarak rumah sama klinik jauh," dusta Gendis lancar. "Benar? Bukan karena Kamu enggan memberi Galuh kesempatan?" Entah mengapa Gendis merasa Kakungnya ini sekarang berpihak pada Galuh. Manik Gendis melirik Asmara disaat wanita itu juga tengah melihat pada Gendis. Mengisyaratkan permintaan tolong agar Mara membawanya dari ruang keluarga. Seharian kemarin ia sudah direcoki dengan ked
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status