All Chapters of RANJANG BERDARAH: Chapter 11 - Chapter 20
40 Chapters
Tentang Organisasi
"Zidan masih belum turun?" Pertanyaan Pak Ridwan membuat Jihan terlonjak tanpa alasan. Di tengah makan siang. "A ... belum, Yah. Mungkin Zidan kecapean, karena semalam hampir nyasar. Untung dia menemukan hotel di tengah perjalanan." Jihan terpaksa berbohong tentang kebenaran Zidan yang menginap di kediaman Nisya dan Bu Yuli. Kalau dia mengatakan kebenarannya bisa-bisa Pak Ridwan jantungan. "Jadi, dia belum cerita tentang keluarga calon istrinya?" tanya Pak Ridwan lagi. Jihan kembali menggeleng. Sebenarnya dia tak tahu sampai kapan harus menyembunyikan ini. Terlebih Zidan yang tiba-tiba menutup diri, lalu mendekam di kamar. "Anak-anak juga belum pulang. Mungkin itu salah satu alasan yang buat ruang makannya kelihatan sepi," cetus Jihan. Gerakan Pak Ridwan yang hendak menyendok nasi ke dalam mulut, tiba-tiba terhenti. "Kalau itu bukan masalah. Lagi pula sudah lebih dari lima belas tahun ayah terbiasa makan sendiri. Sejak ibumu pergi, sejak kamu menikah, dan sejak Zidan mem
Read more
Nova, Bahar, dan Rahasia
Jihan termangu sepanjang perjalanan pulang. Tatapannya lurus menatap lalu-lalang kendaraan yang melintas di samping dan di hadapan. Sesak di dadanya kian terasa menekan, kala membayangkan suami yang selama ini begitu dia hormati ternyata sering kali menghabiskan waktu dengan wanita berbeda tiap akhir pekan. Senja mulai berpendar di langit Jakarta, tetapi tak mampu membiaskan warna kelam di hatinya. Dia menyesal karena tidak menyadarinya sejak awal. Sekarang apa yang bisa dilakukan bila yang bersangkutan sudah menghilang dari pandangan? Terkadang kenyataan bisa lebih pahit daripada campuran kopi tanpa gula. Tidak ada yang bisa dinikmati selain getir yang tersisa di rongga-rongga dada. Kebenaran sering kali menyiksa ketika terungkap saat tersangka tak ada lagi di dunia. Apa yang bisa dilakukan selain pasrah dengan keadaan? "Apa pihak kepolisian tidak bisa menginterogasi keluarga korban lebih mendalam? Bila dengan tekanan siapa tahu mereka bisa mengaku." Jihan tiba-tiba memecah ke
Read more
Perpisahaan
"Akhirnya setelah sekian lama kamu dan Nova bisa akur juga. Aku jadi makin semangat untuk mempersiapkan pinangan setelah kamu selesai melewati masa iddah nanti. Sepertinya Nova akan senang kalau di rumah ini ada teman." Deg! Nova menatap Jihan dengan pandangan yang sulit diartikan. Namun, mengingat mereka sesama perempuan Jihan cukup mengerti tatapan macam apa itu. Senyum Bahar tersungging nakal, tangannya mulai terulur hendak melecehkan Jihan. "Maaf, Mas!" Bergegas Jihan bangkit, lalu menepis tangan Bahar. "Aku tidak berniat menerima pinangan siapa pun dalam waktu dekat ini," tegas Jihan. "Jihan ... Jihan ... sejak dulu kamu memang sulit sekali ditaklukkan. Padahal aku mempunyai semua kriteria yang hampir disukai banyak wanita. Tampan, kaya, memiliki kedudukan, dan yang pasti mampu mencintaimu sepenuh hati. Apa yang kurang?" "Akhlak," cetus Jihan dengan tatapan tajam. "Kamu tidak punya itu, Mas. Rasa malu pun sudah kamu kuliti hingga yang tersisa hanya kebodohan." Sesaat Ba
Read more
Penyesalan
"Cepat atau lambat aku dan Mama juga akan datang untuk menjemput Galih dan si kembar. Sampai hari itu tiba persiapkan dirimu untuk perpisahan paling menyakitkan!" Jihan termenung memikirkan kalimat terakhir yang Bahar ucapkan sebelum mereka benar-benar pergi meninggalkan tempat itu. Di tempat yang sama Nova masih terisak setelah Jihan mengungkap semua kebenaran yang dia ketahui terkait keluarga Bu Yuli. Kenyataan kembali menghantam Jihan bertubi-tubi ketika laporan hasil tes DNA yang sampelnya sudah lama dia berikan pada dokter keluarga baru saja keluar tadi. Laporan itu menyatakan bahwa Galih dan si kembar memiliki kecocokan DNA dengan mendiang Burhan. Tabir kelam tentang pesugihan yang dilakukan keluarga Burhan, berhasil menemukan titik terang. Fakta demi fakta yang terungkap semakin membuat Jihan bertanya-tanya. Tentang dirinya. Dirinya yang begitu bodoh hingga mampu bertahan dengan lelaki yang benar-benar tergelam bersama kesesatan. Jatuh terperosok pada lubang hitam yang d
Read more
Awal Pertemuan
Januari 2002Senja baru saja tenggelam digantikan awan hitam yang menggumpal di permukaan langit Jakarta. Lagu Januari milik Glenn Fredly yang baru rilis itu mengalun lembut di dalam Honda Civic Ferio keluaran tahun 90-an. Gadis berusia dua puluh dua tahun yang duduk di balik kemudi tersebut terlihat menikmati alunan musik serta suara merdu sang musisi ternama di tengah perjalanan pulang meski penatnya mengejar kelas tambahan menyebabkan binar di mata indahnya meredup sayu. Beberapa saat kemudian suara Glenn Fredly telah digantikan dengan kumandang azan, begitu juga dengan yang terdengar di luar-- berasal dari surau-surau terdekat yang dilewati kendaraan roda empat tersebut. Gadis dengan sweater putih dipadukan jins cutbray dan jilbab yang dililit ke leher itu menepikan mobilnya. Kemudian berjalan menuju salah satu masjid sederhana yang terletak di pinggiran kota. Dikelilingi pohon-pohon rindang berseberangan dengan pemukiman kumuh yang ada di tempat sama. Di dekat batas suci dia
Read more
Tak Direstui
Empat bulan kemudian .... Entah sejak kapan singgah, memiliki arti menetap bagi Jihan. Sudah empat bulan sejak dia rutin menyempatkan diri datang ke daerah tempat tinggal Burhan dan bermain dengan anak-anak meski harus memutar jalan tiap pulang kuliah. Membuat ayahnya juga sedikit heran dengan perubahan sikap putrinya yang kembali ceria seperti dulu. Ada yang terisi di dalam relung hati yang sebelumnya hampa dan sepi. Jihan merasa mempunyai keluarga baru yang tiba-tiba hadir dalam kehidupannya yang kelabu semenjak kepergiaan sang ibu. Apa lagi sosok Burhan. Rasa kagumnya pada lelaki itu telah berubah menjadi benih cinta yang menggebu, kebahagiaan itu bertambah tatkala Burhan mengungkapkan isi hatinya yang sama dan berniat mempersuntingnya dalam waktu dekat ini. Di pekarangan masjid Al-Jami Burhan menemui Jihan yang tengah duduk dengan anak-anak di daerah itu. Hari dia sengaja izin kuliah setelah Burhan mengutarakan keinginannya untuk melamar Jihan pada Ridwan. "Jihan ...." Lembut
Read more
Mulai Berubah
Satu tahun sudah berlalu sejak hari itu. Hari ini juga bertepatan dengan satu tahun pernikahan Jihan dan Burhan. Cobaan demi cobaan mulai menerpa rumah tangga mereka. Tinggal di hunian tua pinggir sungai yang seringkali kebanjiran kala hujan deras melanda, perekonomian yang semakin memprihatinkan, serta kesehatan Jihan yang terus menurun akibat kesulitan menyesuaikan lingkungan. Sudah dua kali kebun yang dikelola Burhan gagal panen dan berakhir merugi. Mondar-mandir dia mencari bantuan yang sudi meminjamkan uang untuk sekadar makan atau membeli obat Jihan. Di atas dipan kayu beralaskan kasur tipis itu dia melihat tubuh istrinya menggigil kedinginan. Wajah jelita yang dulu selalu tampak berseri dihiasi bedak tipis dan perona merah muda, kini pucat pasi dan cekung tak terurus. Hatinya nyeri melihat saat mengingat bagaimana sang istri rela meninggalkan segala kemewahan hanya untuk bersamanya dengannya seorang. Perlahan dia menghampiri tubuh Jihan yang terbaring dengan posisi meny
Read more
Keajaiban
Di hadapan gundukan tanah dengan nisan bertuliskan Burhan Hakim itu, Jihan duduk bersimpuh dengan kedua tangan mengepal. Sebulan sudah berlalu sejak suaminya pergi dengan berbagai misteri yang ditinggalkan. Baru kali ini tangis perempuan itu tumpah di atas pusara terakhir lelaki yang dulu begitu dia kagumi sebagai sosok seorang imam. Pertahan yang sudah lama dia bangun kokoh, harus roboh ditelan kenyataan yang begitu menyakitkan tentang kisah kelam yang baru dimulai. Rasa sesak akibat pengkhianatan tak seberapa pedih dibandingkan fakta yang baru terkuak setelah salah satu pihak meninggal dengan mengenaskan. Siapa? Siapa yang bisa disalahkan sekarang? Apa yang bisa Jihan lakukan bila yang bersangkutan tak lagi ada dalam genggaman tangan? "Seandainya ... seandainya saat itu aku memaksakan diri untuk pulang, seandainya ... seandainya saat itu aku tak terbuai akan lantunan ayat yang kamu kumandangkan. Seandainya kita tak pernah bertemu. Mungkin aku tak perlu menerima siksaan seke
Read more
Pilihan Sulit
"Galiiihh tolongg ...." "Hos, hos, hos ...." Galih terbangun dari tidurnya dengan keringat dingin yang bercucuran dari pelipis. Hampir semalaman dia tak bisa tidur karena gangguan makhluk astral yang terus mengikutinya semenjak pulang dari Rumah Gina. Bahkan dia juga mendapati sesosok hantu bergaun putih yang menghuni lantai dua di sekolahnya. Baru sejam sejak memejamkan mata, setelah memastikan Jihan baik-baik saja-- sebuah mimpi menyeramkan mengusiknya. Dalam mimpi itu Galih melihat dirinya, Gina, adik-adik, juga beberapa anak lain diikat dalam sebuah papan berbentuk melingkar, mengelilingi sebuah pohon besar yang dihuni Ular Putih besar yang lebih dulu mengigit Gina tepat di tanda lahir mereka. Entah apa artinya, yang pasti Galih semakin gelisah dibuatnya. Ranjang yang nyaman, kasur empuk, juga suasana kamar yang damai sama sekali tak mampu mengusir ketakutan yang semakin hari semakin kuat dia rasakan. Di tengah kecemasan itu, tiba-tiba Galih merasakan ranjangnya berguncang,
Read more
Terpengaruh?
"Saya terima nikah dan kawinnya Nisya Zahira binti Sandi Septian dengan maskawin tersebut. Tunai!""Sah."Akad lantang dan gema suara saksi itu masih terngiang di telinga Nisya sepanjang perjalanan menuju kediaman barunya yang sudah Zidan persiapkan di luar ibukota. Tepatnya, Kota Hujan, Bogor. Hatinya bergemuruh senang, tapi di satu sisi juga bimbang. Entah apa yang menyebabkan perasaannya begitu tak tenang bahkan dalam kebisuan. Erat jemari lentik itu menggenggam tangan besar yang tertaut di atas paha, sementara sang empunya sibuk memfokuskan pandangan ke jalanan di depan."Apa pun yang terjadi kamu tak akan pernah meninggalkanku, kan, Mas?" Nisya mengiba. Nanar tatapan itu dia arahkan pada Zidan yang masih fokus menyetir."Kita baru saja menikah, Sya. Kenapa kamu harus berpikir jauh tentang itu?" Zidan balik bertanya dengan nada lembut yang sedikit ditekan.Sejenak Nisya terdiam, dia mencondongkan tubuh lalu menyandarkan kepala di bahu suaminya. "Entah, aku hanya takut saja," aku
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status