Home / Rumah Tangga / Akad Tanpa Malam Pertama / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Akad Tanpa Malam Pertama : Chapter 61 - Chapter 70

80 Chapters

PoV Adnan

Pov Adnan “Adnan, bangun Sayang … bangun, Nak ….” Aku membuka mata perlahan, rasanya berat sekali. Saat menoleh ke arah cermin, dapat terlihat dengan jelas mataku yang bengkak dan sembab. Ibu langsung memelukku dengan erat tanpa aba-aba setelah melihat aku membuka mata. Dia menangis tersedu-sedu, sementara aku terlalu sibuk dengan kejadian kemarin. “Astagfirullah, Nak! Kamu bikin Ibu takut sekali! Ibu takut kalau kamu kenapa-napa, Adnan!” Ibu melepas pelukan. Lalu mengobrak abrik isi lemari dan laci yang ada di samping kamar, lalu menemukan sesuatu yang mungkin dicarinya. “Kamu tidak melakukan hal yang bodoh lagi kan, Adnan? Kenapa botolnya kosong?!” Botol kemasan pil tidur itu Ibu sodorkan sambil memberondongku dengan pertanyaan dan wajahnya yang penuh emosi. “Botolnya memang sudah lama kosong, Bu. Aku tidak minum lagi.” “Kamu tidak membohongi Ibu, kan? Lalu, kenapa tadi susah dibangunkan? Ini sudah siang, Adnan, kamu lewatkan Salat Subuh dan Zuhur, makanya Ibu taku
last updateLast Updated : 2024-07-16
Read more

Kecelakaan

Bab 62:Kecelakaan Sudah beberapa hari berlalu semenjak kejadian itu, dan Aisyah sama sekali tidak membalas pesan-pesan yang aku kirim, atau bahkan sekadar membacanya. Telepon juga tidak pernah diangkat sama sekali, padahal aku sangat khawatir dengan keadaan Aisyah. Menerima kenyataan pahit seperti itu pasti sangat tidak mudah baginya. Di saat Aisyah sudah berusaha untuk ikhlas dengan semua masalah yang disebabkan oleh Azmina dan mencoba untuk menyatukan kembali keluarganya, dia gagal. Karena itu, aku berharap, setidaknya bisa menjadi seseorang yang berada di samping nya saat keadaan mentalnya sangat buruk, saat semua masalah mencoba untuk menjeratnya ke dalam lubang gelap yang sangat dalam. “Pak? Bapak? Bapak mendengar penjelasan saya barusan, kan?” tanya Tiara dengan wajah kesal. Aku tidak sadar dia sedari tadi fokus untuk menjelaskan masalah perusahaan, sementara pikiranku penuh dengan praduga keadaan Aisyah saat ini. “Yud, bisa serius sedikit tidak, sih? Akhir-akhir ini
last updateLast Updated : 2024-07-17
Read more

Aisyah kenapa?

Bab 63 Aisyah Kenapa? Hal pertama yang aku rasakan saat pertama kali membuka mata, adalah kepala yang berdenyut nyeri. Lalu saat membukanya lebih lebar, aku merasakan serangan cahaya lampu menusuk indra penglihatanku dan semuanya kelihatan serba putih … “Aku di mana? Tempat apa ini?” “Aduh!” Sakit sekali rasanya! Semakin aku sadar, semakin sakit pula seluruh bagian tubuhku, apalagi di bagian kepala dan sekujur tangan yang saat kulihat dengan teliti, terdapat lilitan perban di sana. “Astagfirullah apa ini? Tangan dan kepalaku terluka, sebenarnya apa yang sudah terjadi?” tanyaku keheranan, berharap ada seseorang yang bersedia menjawabnya, padahal ruangan itu kosong hanya ada diriku. “Aisyah!” Segera kuberanjak dari ranjang dengan jarum infus yang masih tertancap sempurna di punggung tangan. Perasaan takut itu seakan membunuhku! Dan rasanya lebih menakutkan, lebih sakit daripada luka-luka yang aku derita. Aku takut Aisyah kenapa-napa! Karena hal terakhir yang bisa kuingat dar
last updateLast Updated : 2024-07-18
Read more

Pertolongan

Bab 64 Pertolongan “Ayah! Astagfirullah, Ya Allah, Ayah kenapa?” Perasaanku tiba-tiba menjadi semakin risau, pikiran kacau! Pergerakanku tiba-tiba berhenti untuk beberapa saat. Karena entah bagaimana, tiba-tiba semuanya terasa kosong, terasa sunyi, dan tidak ada satupun keputusan yang bisa aku ambil di tengah kebingungan yang melanda diri ini. Apakah aku harus terus berlari ke ruangan Dokter Pram agar nyawa Aisyah tertolong? Atau, apakah aku aku harus berbalik arah, menolong Om dengan risiko bahwa semuanya akan terlambat bagi Aisyah … keputusan mana … yang harus aku ambil sebenarnya? “Yudha!” Tiba-tiba suara Tante Renita yang sangat lantang dan keras membuat lamunanku buyar. “Pergi ke ruangan Dokter Pram! Cepat. Sekalian kamu minta bantuan tenaga medis, siapa saja untuk menangani Aisyah! Urusan Om, biar Tante yang urus! Kamu cari saja pertolongan untuk Aisyah!” Dorongannya membuatku sedikit lega. Aku jadi bisa memutuskan tanpa merasa bersalah. Langsung saja kaki ini kembali b
last updateLast Updated : 2024-07-19
Read more

Sebuah Pengakuan

Bab 65Sebuah Pengakuan “Apa? Siapa? Siapa yang mau mendonorkan darah untuk Aisyah?” tanyaku pada Dokter Pram. Dokter Pram mengerutkan kening dan menjawab sebelum akhirnya pergi dengan tergesa-gesa, “Kami sedang sibuk. Kalau kamu mau Aisyah selamat, simpan pertanyaan itu untuk nanti kalau keadaannya sudah membaik.” “Siapkan ruangan dan alat medis untuk memulai tindakan,” ucap Dokter Pram pada perawat yang sedang berjalan beriringan dengannya, tidak jauh dari tempatku berdiri. Perasaan lega menguasai hatiku saat ini. Berkali-kali aku mengucapkan syukur pada Tuhan, setelah dengan tidak tahu malu merutuk kasar pada takdir yang Dia berikan. Aku sujud di atas lantai rumah sakit, tidak memedulikan orang-orang yang melihatku berbisik-bisik atau mengatai aku sebagai orang yang aneh. “Terimakasih, Ya Allah. Terimakasih banyak. Hamba minta maaf untuk semua ucapan dan prasangka buruk, untuk semua perasaan putus asa padahal di sana selalu ada Engkau yang menolong hamba-Mu dengan cara yan
last updateLast Updated : 2024-07-21
Read more

Pengakuan Azmina

Bab 66Pengakuan Azmina“Kedua, masalah pernikahan Aisyah dengan Adnan, yang membuat pernikahan mereka hancur adalah ….” Aku menelan ludah, rasanya semua suara tiba-tiba menghilang kecuali deru napas Azmina, dan kata-kata yang aku takutkan keluar dari mulutnya …. “Aku.” … akhirnya tertangkap oleh indera pendengaranku. “A-apa? Maksud kamu—” Aku tidak mampu berkata-kata lagi. Semua alfabet yang sejak dulu kupelajari, setiap kalimat dan kata yang aku tahu, tiba-tiba menghilang begitu saja dari kepala. Dada ini terasa sesak, detakan jantungku terasa lebih cepat, lebih keras, dan aku mulai membekap mulut dengan kedua tangan, berusaha memahami bahwa memang inilah kenyataannya. “Dasar wanita sialan!” ucapku pada akhirnya usai semua kejadian buruk yang menimpa Aisyah berhenti berputar dalam kepalaku. Aku jadi tahu apa yang harus kukatakan pada wanita jahat ini! “Apa kamu tidak tahu seberapa terpuruknya Aisyah gara-gara fitnah keji kamu?! Gara-gara semua yang kamu lakukan, dia dicera
last updateLast Updated : 2024-07-22
Read more

PoV Rahadi

Bab 67 PoV Rahadi Apakah aku adalah seorang Ayah yang buruk? Apakah ucapan dan tindakanku selama ini sering menyakiti perasaan anak-anakku, keluargaku, bahkan diriku sendiri? Selama beberapa hari usai diperbolehkan pulang dari rumah sakit, aku memikirkan ucapan-ucapan Yudha yang merasuk ke dalam pikiranku … sangat dalam. Sementara Aisyah masih dirawat di rumah sakit, sayangnya aku tidak bisa berlama-lama meninggalkan urusan di kantor. “Aku hanya ingin yang terbaik untuk kita semua,” begitu pikirku, sampai Aisyah menyahut dari atas ranjangnya dengan suara yang lemah. “Mungkin Ayah berpikir kalau mengatakan hal-hal kasar padaku, pada Azmina, dan memperlakukan kami dengan sangat buruk di saat Ayah seharusnya menjadi seseorang yang paling melindungi kami, mempercayai kami terlepas dari semua orang yang memandang kami sebagai gadis jahat … bagi Ayah, perilaku yang Ayah lakukan itu adalah usaha untuk mendapatkan semua yang terbaik bagi kami? Menurut Aisyah, itu jauh dari kata ‘ba
last updateLast Updated : 2024-07-23
Read more

Mencari Azmina

Bab 68Mencari Azmina “Aw sialan!” Dia berteriak dengan sangat kencang sehingga mengundang beberapa polisi yang berjaga datang untuk memeriksa keadaan. Tubuhnya oleng dan terjatuh, sementara aku masih dengan amarah yang sangat besar berusaha untuk melepaskan jeruji besi yang menghalangi kami, mengguncang-guncangkannya. “Hei mundur! Anda tidak boleh membuat kegaduhan di sini!” Dua orang polisi mencegahku, menarik tanganku ke belakang sehingga aku tidak bisa bergerak bebas. Aku berusaha memberontak, tetapi percuma ketika sebuah borgol mengunci rapat kedua tangan ini. Tubuhku ditarik dengan sangat kasar oleh dua orang polisi tadi. Ketika melihat ke belakang, Dani, menatapku dengan nyalang, sekaligus mempertanyakan sikap kasarku padanya. “Duduk!” Titah salah satu polisi. “Bapak ini bagaimana, sih?! Sudah kami izinkan untuk bertemu dengannya, malah membuat kegaduhan. Ini kantor polisi, Pak! Bisa-bisanya bikin masalah di kantor polisi!” bentaknya dengan keras sambil menggebrak meja
last updateLast Updated : 2024-07-24
Read more

Terjebak

Bab 69_Terjebak “Azmina!” Wanita itu menoleh, dia tersenyum dengan sangat lebar. Dia berjalan mendekat, “Udah lama di sini?” ucap wanita itu pada … temannya. Aku terduduk lemah di kursi bar. Dia bukan Azmina. Wanita itu ternyata menoleh karena temannya memanggil. “Tolong aku, Tuhan. Ke mana lagi aku harus mencari anakku? Apakah tidak ada pintu maaf Azmina bagiku?” Menutup wajah dengan kedua tangan, frustrasi. Aku sangat kesal pada diri sendiri. Entah apa yang membuat diri ini menjadi sangat arogan dan temperamental. Apakah karena kehidupanku yang dulu sangat sulit untuk dijalani? Tidak, biar begitu, semua ini bukan salah Azmina maupun Aisyah. Aku tidak berhak meluapkan kekesalan pada mereka karena anak-anak itu … kami yang meminta kehadiran mereka pada Tuhan. Saat sedang berpikir keras mengenai kesalahan-kesalahan yang aku perbuat, tiba-tiba sepasang tangan menyentuh leherku, menggerayangi dadaku dari arah belakang. Aku yang sangat terkejut tidak sempat bereaksi, dan pelaku
last updateLast Updated : 2024-07-25
Read more

Pencarian yang Berakhir di Rumah Sakit

BAB 70_Pencarian yang Berakhir di Rumah sakitKepala ini terasa sakit sekali. Aku mulai membuka mata dan mengerjap-ngerjap. Cahaya dari lampu di atas kepala sungguh sangat menyilaukan. Aku mengedarkan pandangan ke sekeliling dan mulai menangkap sesosok bayangan yang tepat berada di depanku. Wajah yang sangat aku kenali itu terlihat begitu cemas. “Akhirnya kamu siuman juga,” ucapnya sembari menghela napas lega.“Aku ada di mana sekarang?” tanyaku sambil tetap memegangi kepala. Dia tidak menjawab pertanyaanku, melainkan tangannya menunjuk ke arah sebuah tulisan. Ru-ang Me-la-ti No 3. Aku mengejanya dalam hati dan sadar kini bahwa aku sedang terbaring di ranjang rumah sakit. Namun, bagaimana bisa aku berakhir di sini? “Kau berhutang banyak penjelasan padaku, Sayang. Tetapi itu bisa dipikirkan nanti saja. Sekarang lebih baik kau makan agar nanti bisa minum obat,” kata istriku sambil tangannya sibuk membuka wadah yang terbuat dari stainless. Wajah istriku yang semula terlihat sangat kh
last updateLast Updated : 2024-07-26
Read more
PREV
1
...
345678
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status