All Chapters of Menjadi Pengasuh Anak Presdir yang Kutinggalkan: Chapter 71 - Chapter 80

317 Chapters

BAB 71. SEBUAH KECUPAN YANG MENDEBARKAN

"Kau tidak tidur, Dalena?" Suara Damien membuat Dalena menoleh cepat. Laki-laki itu mendekatinya saat Dalena berdiri di depan jendela besar di lantai dua."Aku akan tidur sebentar lagi, masih belum mengantuk," jawab wanita itu tersenyum tipis. Damien menghela napasnya pelan, ia duduk di sofa menatap punggung Dalena yang begitu ringkih. "Aku akan pergi ke luar kota besok," ujar Damien tiba-tiba. "Ke luar kota? Berapa lama?" tanya Dalena berjalan mendekati Damien. "Hanya dua hari saja," jawab laki-laki itu menarik pelan pundak Dalena untuk dekat dengannya. "Apa ada oleh-oleh yang sekiranya kau inginkan, hem?" "Tidak ada, kembalilah dengan selamat dan baik-baik saja. Anak-anak pasti akan ribut mencarimu, mereka pasti akan terus mengoceh merindukan Papi, merindukan Daddy, seperti itu terus sepanjang waktu," ujar Dalena sembari menunjukkan senyuman di bibir tipisnya. Senyuman cantik yang tidak pernah Damien lihat dari wanita manapun. Laki-laki itu menyunggar rambut hitamnya dengan
last updateLast Updated : 2024-06-15
Read more

BAB 72. DAMIEN, AKU MERINDUKANMU

Si kembar bersekolah hari ini, tepatnya sehari setelah Damien ke luar kota. Dalena lah yang menemani mereka. Kedua anaknya nampak asik di area taman sekolah. Sedangkan Dalena duduk di luar, di sebuah bangku dengan beberapa wali murid lainnya. Namun Dalena tidak begitu dekat dengan mereka. "Ngomong-ngomong, katanya Mamanya Cassel itu juga mengasuh anak dari Tuan Muda Escalante, ya?" "Katanya sih iya, mereka seperti anak kembar juga. Wajahnya sama, mereka jangan-jangan memang kembar!" "Pasti menjadi kesempurnaan bagi Mamanya Cassel untuk mendekati Tuan Damien. Sudah tampan, kaya raya, dari keluarga ternama pula!" Dalena mendengar suara ocehan gerombolan para wanita yang duduk tak jauh darinya. Ia mencoba untuk tidak menyentak mereka semua. Sampai akhirnya ponsel milik Dalena berdering. Di sana, terlihat jelas nama Damien yang menghubunginya dengan panggilan video. Dalena tersenyum menjawabnya. "Halo Sayang..." Ia menyapa dengan lembut.Sengaja Dalena melakukannya agar orang-oran
last updateLast Updated : 2024-06-15
Read more

BAB 73. HADIAH UNTUK DALENA

Kejadian semalam membuat Dalena merasa terselamatkan karena teriakan Cassel dan tangisan Raccel. Hampir saja ia dan Damien terhanyut dalam situasi yang mendebarkan. Namun pagi ini, Damien tetap biasa-biasa saja seperti tak ada apapun. Mungkin semua laki-laki seperti itu, pikir Dalena. "Mami kenapa? Kok diam saja sih?" Cassel mencekal pergelangan tangan Dalena. "Tidak papa Sayang. Mami hanya sedikit capek," jawab Dalena tersenyum pada Cassel. Raccel yang duduk di samping Dalena lantas memeluknya. "Mommy kalau malam jangan tinggalin Raccel dong, Raccel takut tahu!" Anak itu cemberut mengerucutkan bibirnya. "Kalian kan sudah besar, sudah mau lima tahun nanti. Harus berani tidur sendiri," sahut Damien kini mendekati mereka. "Terus Mommy?" Raccel menatap Daddy-nya. "Tentu saja dengan Daddy, kan sudah Daddy bilang kalau Mommy, punya Daddy!" jawab Damien dengan sangat yakin. "Emm, tidak boleh!" Cassel cemberut menatap Damien sembari memeluk Dalena. Si kembar begitu posesif pada Dal
last updateLast Updated : 2024-06-16
Read more

BAB 74. KEHANGATAN YANG DIINGINKAN

Damien tidak mengantarkan Dalena pulang setelah membelikan sebuah hadiah, melainkan ia mengajak wanita cantiknya ini ke perusahaan di mana ia bekerja. Semua orang di sana dibuat bingung dengan siapa yang datang bersama Damien, bahkan semua orang juga sudah tahu kalau calon istri Damien adalah Sabrina. Jelas saja kehadiran Dalena menimbulkan banyak tanda tanya. Dalena meremas kuat telapak tangan Damien. "Kenapa semua orang melihatku seperti itu?" tanya Dalena bingung dan takut. "Karena kau cantik," jawab Damien. "Ya ampun, Damien," lirih Dalena cemberut. Laki-laki itu melepaskan genggaman tangannya dan beralih merangkul pinggang Dalena. Tatapan semua orang sungguh mengerikan, sorot mata penuh kata-kata pedas dan tidak enak. Dalena mampu merasakannya. "Permisi Pak Presdir, ada sesuatu yang harus ditandatangani sebentar," ujar seorang karyawan perempuan yang kini mendekati Damien. "Oh ya, berikan berkasnya," pinta Damien. Laki-laki itu menoleh pada Dalena. "Sayang, tunggu di si
last updateLast Updated : 2024-06-16
Read more

BAB 75. IZINKAN AKU PERGI DARIMU

Kabar kedekatan Damien dan Delana sudah terdengar jelas di telinga kedua orang tuanya. Kelvan sendiri mendengar tentang Damien membawa Dalena ke kantornya dan mengenalkan sebagai calon istrinya. Hal ini membuat Kelvan dan Lora memutar otak, mereka berdua menemui Dalena secara sembunyi-sembunyi dari Damien. Mereka bertiga kini berada di sebuah cafe elit tempat yang diminta Lora. "Dalena, kau sudah dari tadi?" tanya Kelvan menatap Dalena yang duduk di hadapannya. "Sudah Tuan," jawab Dalena. "Heem, baguslah." Laki-laki itu duduk dan mengangguk. Di sampingnya ada Lora yang memesan minuman. Wanita setengah baya dengan blazer merah itu menatap Dalena sinis. "Damien tidak tahu kan kalau kau ke sini bertemu dengan kami?!" "Tidak tahu Nyonya, saya pergi setelah mengantarkan anak-anak ke sekolah." Lora mengangguk seraya mengusap keningnya. "Semenjak kau datang semuanya jadi kacau, Delana! Aku tidak tahu kau ini Mama kandungnya Raccel atau bukan, yang jelas kau mengacaukan semua rencan
last updateLast Updated : 2024-06-17
Read more

BAB 76. MEMBUATMU BERTAHAN DI SAMPINGKU

Damien memeluk Delana erat-erat, wanita itu menangis sesenggukan tanpa menjelaskan apapun padanya. Bahkan sampai Raccel tidur dengan sendirinya di ruang tengah. Dalena masih menangis sesenggukan. "Ceritakan semua padaku pelan-pelan, apa yang sebenarnya terjadi?" Damien mengusap pipi Delana yang basah. Sorot matanya menunjukkan betapa sedih hati Delana. Perlahan dia meringkuk memeluk tubuh kekar Damien dan menyandarkan Kepalanya di dada bidangnya. "Jangan marah," lirihnya. "Tidak, aku tidak akan marah kalau kau jujur," bisik Damien mengecup pucuk kepala Dalena. Dalena memejamkan matanya pelan. "Mama dan Papamu tadi bertemu denganku. Mereka memintaku mengatakan apapun yang aku inginkan asal aku meninggalkan kau dan Cassel," ujar Dalena sembari mendongak menatap Damien. "Tapi aku tidak bisa, Damien. Aku tidak bisa pergi meninggalkan Cassel, aku juga tidak bisa pergi meninggalkan Raccel. Tapi... Tapi kita tidak akan pernah bisa bersama-sama. Impian memberikan keluarga untuk si kemb
last updateLast Updated : 2024-06-17
Read more

BAB 77. TEKANAN KELUARGA ESCALANTE

Damien dan Dalena kembali tertidur setelah mereka terbangun beberapa jam lamanya. Hingga saat menjelang pagi hari, mereka belum juga bangun. Di depan pintu kamar terdengar bisikan-bisikan mungil menggemaskan dari Cassel dan Raccel yang mencari Maminya. "Jangan nangis! Nanti kalau nangis Cassel tinggal di sini nih, gelap nih! Tinggal ya sama Kakak!" seru Cassel menatap Raccel yang menangis memeluk boneka Bibby miliknya. "Tidak boleh, ihhh Cassel!" pekik Raccel memeluk tubuh Cassel erat-erat. "Nakal tapi cengeng, giliran dibalas malah kenceng nangisnya!" omel Cassel kesal sendiri. Anak laki-laki itu merangkul pundak kembarannya, sebagai seorang Kakak meskipun mereka lahir bersamaan, Cassel sangat bertanggung jawab dan peduli pada Raccel. Tidak seperti Raccel yang isi kepalanya hanya kejahilan dan hal-hal nakal yang membuat Cassel menangis. "Mami... Papi...! Adik Raccel nangis lagi nih, pecah kepala Cassel rasanya, adik cengeng sekali!" pekik Cassel mendorong pintu di depannya. "
last updateLast Updated : 2024-06-18
Read more

BAB 78. RENCANA PERGI DALENA DAN DIKETAHUI DAMIEN

"Dalena, kau harus memikirkan baik-baik sebelum kau menjalin hubungan dengan Damien lebih serius lagi! Pikirkan!" Seruan itu terucap dari bibir Melinda, sahabat Dalena, istri Heins yang kini tengah Dalena kunjungi bersama si kembar. Dalena ingin meminta pertimbangan pada sahabatnya mengenai hubungannya dengan Damien kedepannya. Ia tidak tenang, Dalena terus dihantui rasa takut. "Keluarga Escalante bukanlah keluarga gampangan, dia bisa membuatmu celaka kapan saja," seru Melinda lagi. "Aku tahu Damien mencintaimu, tapi dia tidak selalu full sehari semalam di sampingmu. Keluarganya yang jahat pasti mencari celah untuk menyakitimu.""Tapi Mel, terlepas dari Damien tidak semudah seperti yang aku bayangkan," ujar Delana menyeka air matanya. Dalena menangis sejak tadi menceritakan semuanya pada Melinda. "Damien sungguh berharap bisa memperbaiki semuanya demi anak-anak, dia ingin menikahiku, Mel." Satu tangan Dalena digenggam oleh Melinda dengan hangat. "Pikirkan anak-anakmu dan tujuanmu
last updateLast Updated : 2024-06-18
Read more

BAB 79. PERGI, DAN TINGGALKAN KEMBAR BERSAMAKU

"Kenapa wanita selembut dirimu harus terlihat jahat di hadapanku..." Damien berucap dingin sembari menatap Dalena yang tengah tertidur di atas ranjangnya. Rasa marah membucah di dada Damien. Terasa sesak, mengingat Cassel menangis, anak berusia empat tahun hingga memohon-mohon untuk tidak ditinggalkan olehnya."Aku membenci isi kepalamu, Dalena," bisik Damien. Laki-laki itu mendekatkan wajahnya pada Delana, tak ingin dia membangunkan Dalena dengan kemarahan yang membara. Damien menarik tengkuk leher Dalena dan mengecup bibir wanita itu dengan rakus hingga membuat Delana langsung tersentak dan terbangun saat itu juga. "Damien," lirihnya mendorong dada bidang Damien untuk mundur. "A-apa yang kau lakukan?" "Melakukan apa yang aku inginkan," balas laki-laki itu tersenyum sengit. Perasaan tak nyaman mulai merasuki Dalena. Ia mengerjapkan kedua matanya dan berusaha untuk bangkit, namun posisinya sungguh terkunci. Iris mata hitam itu kelam, tajam, mengancamnya. Seribu kemarahan terek
last updateLast Updated : 2024-06-19
Read more

BAB 80. Di MANA MOMMY KAMI, DADDY?!

"Siapa yang membuatmu seperti ini, Dalena?!" Pekikan keras itu terdengar dari Heins. Laki-laki itu terkejut melihat Delana ke rumahnya tengah malam berjalan kaki dengan keadaan kacau. Di musim dingin akhir tahun. Dalena hanya dengan berbalut gaun tidur tanpa lapisan penghangat apapun. "Dalena siapa yang membuat keningmu terluka seperti ini?! Ini rahangmu kenapa memar seperti ini?! Katakan Dalena?!" teriak Heins mencengkeram kuat pundak sahabatnya itu. Dalena hanya bisa menangis menatap Heins dan Melinda. Sampai akhirnya Heins memeluk Dalena dengan erat, Melinda mengusap pundak sahabatnya itu dengan hangat. "Tenang Delana, tenanglah... Ceritakan pelan-pelan," bisik Melinda. "Aku... Aku kehilangan anak-anak, Heins," tangis Delana begitu kuat ia mencengkeram punggung Heins. "Ke-kehilangan bagaimana hah?! Apa maksudmu kehilangan?!" pekik Heins menarik Dalena dari pelukannya. Wajah Dalena sangat sembab, luka di keningnya seperti benturan keras, juga dagu bekas memerah di dagunya jel
last updateLast Updated : 2024-06-19
Read more
PREV
1
...
678910
...
32
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status