Home / Fantasi / Menantu sang Jendral Besar S2 / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Menantu sang Jendral Besar S2 : Chapter 31 - Chapter 40

194 Chapters

Bab 31. DIPANDANG RENDAH

Bab 31. DIPANDANG RENDAH Darko keheranan melihat sikap pelayan toko pakaian bermerek ini, entah kenapa tiba-tiba saja Darko merasa respek saja dengan pelayanan mereka. “Kami tidak pernah memandang rendah siapapun pelanggan yang datang ke toko kami. Saya persilahkan tuan untuk melihat-lihat semua produk kami.” Kepala Darko tampak terangguk-angguk mendengarkan penjelasan pelayan toko, dia semakin senang saja dengan toko ini dan dia ingin melihat apa pelayanan mereka benar-benar seperti yang mereka katakan. Benar saja seperti perkataan mereka, Angeline terlihat sedang dilayani dengan baik oleh salah seorang pelayan dan sedang mencoba beberapa pakaian wanita. “Faizi, apa kamu juga mau membeli pakaian baru?” “Mau, mau, tentu saja Faizi mau beli pakaian baru.”Faizi berteriak kegirangan mendengar tawaran yang diberikan Darko. Siapapun orangnya baik anak kecil maupun orang dewasa tentu saja akan sangat senang jika ditawari untuk membeli baju baru, demikian
Read more

Bab 32. SALDO TAK TERBATAS

Bab 32. SALDO TAK TERBATAS Darko sama sekali tidak peduli dengan perubahan ekspresi wajah pelayan wanita yang menemaninya. Bagi Darko yang tidak ingin membuat hari-hari Faizi saat bersamanya terganggu yang akan membuat kebagiaannya berkurang oleh sikap para pelayan toko dan pengunjung toko yang mengganggunya. Setelah menerima kartu Bank Internasional milik Darko, pelayan toko dengan tangan gemetaran segera meminta salah satu rekannya untuk mengambil mesin EDC. “Ambilkan mesin EDC.” Begitu mesin EDC sudah berada di depannya, pelayan toko segera memasukkan Kartu Bank milik Darko untuk di pindai. Begitu Kartu Bank milik Darko masuk ke mesin EDC, pelayan toko segera mengetik beberapa kata yang tak lama kemudian muncul nama pemilik Kartu Bank milik Darko. “Name : Darko Mangkusadewo, pekerjaan : Rahasia, alamat : Rahasia, Saldo : tak terbatas.”Mata pelayan toko seakan mau keluar dari rongganya setelah membaca apa yang tertera di mesin EDC. “Ini…. in
Read more

Bab 33. DIPECAT

Bab 33. DIPECAT “Eh maaf.”Bambang yang langsung tersadar kalau dia telah berbicara terlalu keras saat ditanya Darko segera saja meminta maaf. Sedangkan Darko hanya tersenyum mendengar kegugupan Bambang saat di tegur olehnya. Tentu saja dia tidak mungkin marah mendengar suara Bambang yang terdengar seperti membentaknya, karena dia tahu kalau Bambang hanya reflek saja karena terkejut mendengar perkataan Darko. “Apa? Jendral Darko sekarang ada di kota Silangit? Dengan siapa anda di sana?”Bukannya segera menjawab pertanyaan Darko, Bambang malahan menanyakan keberadaannya pada saat ini. “Saya sedang bersama anak dan istri, apa kamu bisa panggilkan Trimo untuk datang ke Mall ini?” “Bisa, bisa, saya akan segera menghubungi Trimo.”Setelah Bambang menyanggupi untuk menghubungi Trimo, Darko segera mengakhiri panggilan teleponnya. “Trimo, kamu segera pergi ke toko X yang ada di Mall kota Silangit. Kamu harus segera membereskan anak buahmu yang telah mengganggu tu
Read more

Bab 34. KEPANIKAN ANGELINE

Bab 34. KEPANIKAN ANGELINE “Boss, tolong maafkan kesalahan saya yang tidak bisa mendidik bawahan.”Trimo memberi hormat dan menundukkan kepalanya tanpa berani menatap wajah Darko dengan tubuh gemetar setelah berada didekat Darko. Tadi saat dia masuk ke toko X, dia langsung mengenali sosok Darko yang sebelumnya dia memang pernah bertemu dengannya. Trimo juga melihat Ratman dan istrinya yang sedang menghina Darko, emosi Trimo langsung meluap melihat pemandangan ini, sehingga dia langsung memarahi Ratman hingga akhirnya sekarang dia sedang menundukkan kepala sambil kedua telapak tangannya ngapurancang di depan perut. Mata Darko menatap tajam Trimo yang sedang menunduk di hadapannya, ingatan Darko yang tajam segera ingat dengan sosok Darko yang ada di depannya. Darko bukanlah orang yang pemarah maupun suka mencari kesalahan bawahannya. Melihat penampilan Trimo yang tampak ketakutan berdiri dengan tubuh gemetaran di depannya, seketika sudut bibirnya tersenyum ke
Read more

Bab 35. PANGERAN KECIL

Bab 35. PANGERAN KECIL “Ada apa nyonya?” Pelayan yang menemani Angeline memilih pakaian, menyapa ketika melihat Angeline tampak sedang kebingungan dan seperti tidak fokus memilih pakaian untuknya. “Saya tidak melihat anak dan suami saya.” Angeline menjawab pertanyaan pelayan toko tanpa menoleh kepadanya, kemudian dia pergi begitu saja meninggalkan pelayan dan pakaian yang baru saja di pilihnya. Pelayan toko yang sedari tadi menemani Angeline juga langsung mengikuti di belakangnya. “Sri, kamu tahu dimana anak dan suami nyonya ini?” Pelayan yang berjalan di belakang Angeline bertanya kepada rekannya yang sedang berdiri menunggu kunjungan pelanggan lainnya. “Tadi mereka ke toko pakaian pria,” sahut Sri sambil menunjuk ke arah toko pria yang ada di samping toko wanita dimana Angeline berada. Setelah tahu kalau suami dan anak wanita ini pergi ke toko pakaian pria yang merupakan masih satu perusahaan, seketika hati pelayan yang menemani Angeline merasa tenang demikian juga den
Read more

Bab 36. KINCIR RAKSASA

Bab 36. KINCIR RAKSASA “Ini Kartu Banknya, bayar semua belanjaan istri dan anak saya.”Darko kembali menyerahkan Kartu Bank yang sebelumnya diserahkan pelayan senior ini. Kali ini pelayan senior tidak banyak bertanya lagi, dia langsung menyuruh rekannya untuk membungkus pakaian milik Faizi, setelah itu dia bertanya kepada pelayan yang sedari tadi melayani Angeline. “Apa pakaian nyonya ini sudah kamu kemas?” “Belum kak.” “Cepat dibungkus semua pakaian yang sudah dipilih nyonya ini, nanti saya akan ke toko wanita untuk memindainya.” Mendengar perkataan pelayan senior ini, pelayan yang sedari awal melayani Angeline tidak langsung pergi menjalankan perintahnya. Pelayan wanita ini malah berdiri sambil menatap kepala toko di depannya dengan perasaan enggan. Tentu saja dalam pikiran pelayan wanita ini enggan untuk pergi, dia berpikir kalau penjualannya hari ini akan direbut oleh kepala toko. “Kenapa masih diam saja? Pergi cepat bungkus belanjaan nyonya
Read more

Bab 37. ANGELINE DI GANGGU DUA PRIA

Bab 37. ANGELINE DIGANGGU DUA PRIA “Ibu…? Kenapa ibu gak ikut, kan jadi tidak asik kalau ibu gak ikut naik kincir raksasa itu?” “Kamu sama ayah saja ya, ibu takut.” “Ha ha ha ha… masa ibu takut naik kincir raksasa. Bukankah ibu sudah besar, Izi yang masih kecil saja berani.”Bukannya marah, Faizi malah menertawakan ketakutan Angeline yang tidak berani naik kincir raksasa. “Faizi sama ayah saja ya? Biarkan ibu menunggu kita di bawah.”Darko segera mengerti ketakutan pada diri Angeline yang tidak berani naik kincir raksasa. Darko sangat memaklumi hal ini, karena memang ada sebagian orang yang phobia dengan ketinggian demikian juga dengan Angeline. “Ayah, kenapa ibu takut naik kincir raksasa? Ibu kan sudah besar, masa takut sih?” “Ibu itu wanita, jadi kamu sebagai anak laki-laki harus memakluminya. Yang penting Ayah tidak takut naik kincir raksasa bersama Faizi.” Setelah di hibur Darko, akhirnya Faizi tidak mempermasalahkan ketidak ikutan ibunya untuk
Read more

Bab 38. BUNUH DIRI

Bab 38. BUNUH DIRI Angelina semakin panik melihat tidak ada orang yang membantunya, saat dia melihat kearah kincir raksasa, suaminya masih berada di puncak tertinggi. Kincir raksasa ini sedang berhenti dan membiarkan semua penumpangnya yang ada di sangkar burung raksasa melihat pemandangan kota Silangit dari ketinggian. Angeline hanya bisa mengigit giginya dengan kuat, Angeline bersiap untuk melawan kedua pria yang mengganggunya karena tidak mungkin dia mengharapkan bantuan dari Darko. Sementara itu Darko yang sedang bercanda dengan Faizi tanpa sadar memandang kebawah, lebih tepatnya kearah ruang tunggu di samping loket masuk ke wahana kincir raksasa. “Angeline… apa yang terjadi dengan Angeline?”Darko tampak bergumam saat melihat ada dua orang pria yang sedang mengganggu Angeline sambil mengerutkan keningnya. Ekspresi wajah Darko tiba-tiba menggelap saat melihat salah seorang pria sedang berusaha menyentuh dagu Angeline. “Kurang ajar!” “Ayah ad
Read more

Bab 39. PENGECUT

Bab 39. PENGECUT “Kalian benar-benar orang yang ingin mencari mati, apa kalian tidak takut di tangkap Petugas keamanan kalau membuat onar di tempat ramai seperti ini?”Darko berkata dengan rasa penasaran sambil menatap ke arah kedua pria di depannya ini. “Ha ha ha ha… kamu mengancam kami dengan petugas keamanan taman bermain ini? Apa kamu tahu siapa kami?”Leo berkata dengan congkak, di wajahnya terlihat sikap angkuh dan sombong. Seakan di dunia ini tidak ada yang membuat mereka takut. Mendengar perkataan Leo, Darko segera menyebarkan pandangannya ke sekeliling. Seketika itu juga Darko bisa melihat, tak jauh dari wahana kincir angin ada segerombol petugas keamanan yang sedang bersembunyi, seakan tidak mau melihat apa yang sedang dilakukan Leo bersama temannya. “Dasar orang-orang pengecut, apa gunanya ada kalian menjaga taman bermain ini kalau membiarkan setiap orang membuat onar?” Geram Darko dalam hatinya. Setelah tahu situasinya, Darko segera menatap kedua
Read more

Bab 40. AURA MEMBUNUH YANG MENGHANCURKAN

Bab 40. AURA MEMBUNUH YANG MENGHANCURKAN “Faizi, apa kamu masih ingin mencoba wahana bermain yang lain?’ “Mau, mau, Izi masih mau bermain. Ayo Yah, kita mencoba wahana yang lain.”Seperti tidak terjadi apa-apa, Darko dan keluarga kecilnya langsung pergi begitu saja meninggalkan wahana kincir raksasa. Darko sama sekali tidak peduli dengan dua pria yang baru saja di hajar olehnya, menurut Darko urusan mereka menjadi tanggung jawab manajemen taman bermain ini. Darko tentu saja lebih mengutamakan kegembiraan anaknya daripada mengurusi keributan yang baru saja ditimbulkannya. Hari ini mereka bergembira tanpa terjadi masalah yang tidak perlu, Darko dan Angeline juga sangat senang melihat kebahagian anak satu-satunya yang sudah lama tidak bertemu dengan ayahnya. Setelah hampir tiga jam bergembira di taman bermain, Darko segera keluar saat menjelang sore. Sesuatu yang mengejutkan menyambutnya sesaat setelah mereka keluar dari loket masuk taman bermain.
Read more
PREV
123456
...
20
DMCA.com Protection Status