Share

Bab 36. KINCIR RAKSASA

Penulis: MN Rohmadi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-26 10:17:55

Bab 36. KINCIR RAKSASA

“Ini Kartu Banknya, bayar semua belanjaan istri dan anak saya.”

Darko kembali menyerahkan Kartu Bank yang sebelumnya diserahkan pelayan senior ini.

Kali ini pelayan senior tidak banyak bertanya lagi, dia langsung menyuruh rekannya untuk membungkus pakaian milik Faizi, setelah itu dia bertanya kepada pelayan yang sedari tadi melayani Angeline.

“Apa pakaian nyonya ini sudah kamu kemas?”

“Belum kak.”

“Cepat dibungkus semua pakaian yang sudah dipilih nyonya ini, nanti saya akan ke toko wanita untuk memindainya.”

Mendengar perkataan pelayan senior ini, pelayan yang sedari awal melayani Angeline tidak langsung pergi menjalankan perintahnya.

Pelayan wanita ini malah berdiri sambil menatap kepala toko di depannya dengan perasaan enggan.

Tentu saja dalam pikiran pelayan wanita ini enggan untuk pergi, dia berpikir kalau penjualannya hari ini akan direbut oleh kepala toko.

“Kenapa masih diam saja? Pergi cepat bungkus belanjaan nyonya
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Menantu sang Jendral Besar S2    Bab 37. ANGELINE DI GANGGU DUA PRIA

    Bab 37. ANGELINE DIGANGGU DUA PRIA “Ibu…? Kenapa ibu gak ikut, kan jadi tidak asik kalau ibu gak ikut naik kincir raksasa itu?” “Kamu sama ayah saja ya, ibu takut.” “Ha ha ha ha… masa ibu takut naik kincir raksasa. Bukankah ibu sudah besar, Izi yang masih kecil saja berani.”Bukannya marah, Faizi malah menertawakan ketakutan Angeline yang tidak berani naik kincir raksasa. “Faizi sama ayah saja ya? Biarkan ibu menunggu kita di bawah.”Darko segera mengerti ketakutan pada diri Angeline yang tidak berani naik kincir raksasa. Darko sangat memaklumi hal ini, karena memang ada sebagian orang yang phobia dengan ketinggian demikian juga dengan Angeline. “Ayah, kenapa ibu takut naik kincir raksasa? Ibu kan sudah besar, masa takut sih?” “Ibu itu wanita, jadi kamu sebagai anak laki-laki harus memakluminya. Yang penting Ayah tidak takut naik kincir raksasa bersama Faizi.” Setelah di hibur Darko, akhirnya Faizi tidak mempermasalahkan ketidak ikutan ibunya untuk

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-26
  • Menantu sang Jendral Besar S2    Bab 38. BUNUH DIRI

    Bab 38. BUNUH DIRI Angelina semakin panik melihat tidak ada orang yang membantunya, saat dia melihat kearah kincir raksasa, suaminya masih berada di puncak tertinggi. Kincir raksasa ini sedang berhenti dan membiarkan semua penumpangnya yang ada di sangkar burung raksasa melihat pemandangan kota Silangit dari ketinggian. Angeline hanya bisa mengigit giginya dengan kuat, Angeline bersiap untuk melawan kedua pria yang mengganggunya karena tidak mungkin dia mengharapkan bantuan dari Darko. Sementara itu Darko yang sedang bercanda dengan Faizi tanpa sadar memandang kebawah, lebih tepatnya kearah ruang tunggu di samping loket masuk ke wahana kincir raksasa. “Angeline… apa yang terjadi dengan Angeline?”Darko tampak bergumam saat melihat ada dua orang pria yang sedang mengganggu Angeline sambil mengerutkan keningnya. Ekspresi wajah Darko tiba-tiba menggelap saat melihat salah seorang pria sedang berusaha menyentuh dagu Angeline. “Kurang ajar!” “Ayah ad

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-28
  • Menantu sang Jendral Besar S2    Bab 39. PENGECUT

    Bab 39. PENGECUT “Kalian benar-benar orang yang ingin mencari mati, apa kalian tidak takut di tangkap Petugas keamanan kalau membuat onar di tempat ramai seperti ini?”Darko berkata dengan rasa penasaran sambil menatap ke arah kedua pria di depannya ini. “Ha ha ha ha… kamu mengancam kami dengan petugas keamanan taman bermain ini? Apa kamu tahu siapa kami?”Leo berkata dengan congkak, di wajahnya terlihat sikap angkuh dan sombong. Seakan di dunia ini tidak ada yang membuat mereka takut. Mendengar perkataan Leo, Darko segera menyebarkan pandangannya ke sekeliling. Seketika itu juga Darko bisa melihat, tak jauh dari wahana kincir angin ada segerombol petugas keamanan yang sedang bersembunyi, seakan tidak mau melihat apa yang sedang dilakukan Leo bersama temannya. “Dasar orang-orang pengecut, apa gunanya ada kalian menjaga taman bermain ini kalau membiarkan setiap orang membuat onar?” Geram Darko dalam hatinya. Setelah tahu situasinya, Darko segera menatap kedua

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-29
  • Menantu sang Jendral Besar S2    Bab 40. AURA MEMBUNUH YANG MENGHANCURKAN

    Bab 40. AURA MEMBUNUH YANG MENGHANCURKAN “Faizi, apa kamu masih ingin mencoba wahana bermain yang lain?’ “Mau, mau, Izi masih mau bermain. Ayo Yah, kita mencoba wahana yang lain.”Seperti tidak terjadi apa-apa, Darko dan keluarga kecilnya langsung pergi begitu saja meninggalkan wahana kincir raksasa. Darko sama sekali tidak peduli dengan dua pria yang baru saja di hajar olehnya, menurut Darko urusan mereka menjadi tanggung jawab manajemen taman bermain ini. Darko tentu saja lebih mengutamakan kegembiraan anaknya daripada mengurusi keributan yang baru saja ditimbulkannya. Hari ini mereka bergembira tanpa terjadi masalah yang tidak perlu, Darko dan Angeline juga sangat senang melihat kebahagian anak satu-satunya yang sudah lama tidak bertemu dengan ayahnya. Setelah hampir tiga jam bergembira di taman bermain, Darko segera keluar saat menjelang sore. Sesuatu yang mengejutkan menyambutnya sesaat setelah mereka keluar dari loket masuk taman bermain.

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-30
  • Menantu sang Jendral Besar S2    Bab 41. MATINYA BANG ROZAK

    Bab 41. MATINYA BANG ROZAK Melihat ratusan preman yang sebelumnya begitu garang kini berlutut di tanah dengan tubuh gemetaran, Darko tersenyum dingin. Bahkan di sela-sela kakinya terlihat air menggenang membasahi celana sebagian preman yang berbaris di bagian depan. Tatapan Darko masih terlihat dingin saat menatap semua preman ini, mereka sama sekali tidak berani menatap langsung ke arah mata Darko. Saat Darko akan memberi pelajaran lagi kepada para preman ini, tiba-tiba dia berhenti melangkah dan menengokkan wajahnya ke arah Angeline dan Faizi. Pada saat matanya bertemu pandang dengan mata Angeline dia tampak termangu. Karena pada saat itu juga Angeline memberi kode dengan matanya sambil mengarahkan matanya ke arah Faizi yang sedang di peluk sambil membenamkan matanya ke tubuhnya, agar Faizi tidak melihat ke hororan yang dilakukan Darko. Seketika jantung Darko seperti berhenti berdetak saat melihat kode mata yang ditunjukkan Angeline. Seketika

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-30
  • Menantu sang Jendral Besar S2    Bab 42. KEMBALI KE KOTA MANDIRAJA

    Bab 42. KEMBALI KE KOTA MANDIRAJA Ucap Rossa dengan nada tak percaya. Tentu saja Rossa dan Abimanyu tidak tahu kalau Angeline dan yang lainnya pergi ke kota Silangit yang jaraknya dua ratus kilometer jauhnya dari kota Mandiraja. Keesokan paginya setelah sarapan seadanya dengan apa yang ada di dalam lemari pendingin, mereka bertiga berniat untuk kembali ke kota Mandiraja lebih tepatnya ke kecamatan Karangkobar, dimana Rossa dan Abimanyu berada. Dengan mengendarai mobil sportnya, Darko mengemudikan mobilnya dengan cepat membelah lalu lintas kota Silangit menuju kota Mandiraja. Darko tidak langsung menuju kecamatan Karangkobar dimana rumah tua Angeline berada, dia malah mengajak anak dan istrinya berkeliling kota Mandiraja. Tentu saja apa yang dilakukan Darko membuat Angeline merasakan sebuah nostalgia yang selama lima tahun ini tidak pernah dia pikirkan. Apalagi Darko membawa mobil sportnya melewati perusahaan yang sebelumnya dimiliki Angeline yaitu

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-31
  • Menantu sang Jendral Besar S2    Bab 43. MENDAPAT KUNJUNGAN NENEK WIBISONO

    Bab 43. MENDAPAT KUNJUNGAN NENEK WIBISONO Drttt… drttt… drttt…Belum juga memasuki area jalan menuju bukit, dimana Villa yang akan dituju Darko tiba terdengar suara getaran dari tas kecil milik Angeline. Angeline segera membuka tas kecilnya begitu tahu kalau ada panggilan masuk di ponselnya. Begitu mengambil ponselnya, Angeline segera melihat nama kontak yang menelepon. Seketika ekspresi wajahnya berubah setelah tahu siapa orang yang melakukan panggilan telepon. Angeline tidak langsung menerima panggilan ini, dia malah menoleh ke arah Darko dan berkata, “Kak Darko?” Darko segera menoleh kearah Angeline tanpa berkata apa-apa, dia hanya tersenyum seakan tahu apa yang ingin dikatakan istrinya. “Ibu menelepon.” “Terima saja, siapa tahu ada yang penting.” Setelah mendapat persetujuan dari Darko, Angeline segera menekan tombol terima di ponselnya. “Angeline! Dasar anak brengsek, kemana saja kamu semalaman tidak pulang? Cepat pulang ada nenek d

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-02
  • Menantu sang Jendral Besar S2    Bab 44. MENANDATANGANI DOKUMEN MISTERIUS

    Bab 44. MENANDATANGANI DOKUMEN MISTERIUS Suara mobil yang berhenti di depan rumah membuat semua orang yang sedang berada dalam situasi tegang, langsung mengalihkan pandangannya ke arah halaman. Sementara itu Angeline langsung turun dari taksi sambil membawa Faizi begitu taksi yang mereka naiki berhenti, sedangkan Darko membayar ongkos taksi. “Sepertinya Angeline sudah pulang.”Rossa segera berlari keluar rumah untuk memastikan siapa yang baru turun dari mobil yang berhenti di depan rumah. “Ibu, ada apa? Kenapa nenek datang ke tempat kita?”Angeline yang melihat Rossa keluar dari rumah dan menyongsongnya segera bertanya dengan ekspresi penasaran. “Ibu tidak tahu, kamu cepat masuk biar Faizi sama ibu.” Setelah mendengar perkataan Rossa, Angeline segera masuk kerumah untuk menemui nenek Wibisono. “Nenek.”Angeline segera menjabat tangan nyonya besar Wibisono dan mencium tangannya sebagai bentuk penghormatan kepada orang yang lebih tua di keluarganya.

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-03

Bab terbaru

  • Menantu sang Jendral Besar S2    Bab 216. AKHIR BAHAGIA

    Bab 216. AKHIR BAHAGIA Kini Rossa dan Abimanyu baru tersadar kalau pesan kakek Wibisono ternyata sangat benar dan bukan omong kosong biasa. Akan tetapi kekecewaan dan penyesalan pasti selalu datang terlambat setelah semuanya terjadi dan terlewati, apalagi saat ini kebesaran keluarga besar Wibisono benar-benar sudah musne Pepatah asli dari Indonesia bisa mengungkapkan apa yang dialami keluarga besar Wibisono yaitu ‘Ibarat nasi sudah menjadi bubur’. Maka tidak ada yang bisa dilakukan keluarga besar Wibisono yang sudah hancur, sekarang yang ada hanya keluarga besar Mangkusadewo, karena Angelina sebagai generasi ketiga keluarga besar Wibisono sudah menjadi istri dan bagian dari keluarga besar Mangkusadewo. Kenapa menjadi keluarga Mangkusadewo bukannya keluarga besar Tegar dan Siti, hal ini disebabkan kedua orang tua kandung Darko tidak ingin merubah nama Darko yang memakai nama Mangkusadewo sejak kecil atau sejak mereka tinggalkan di depan pintu panti asuhan A

  • Menantu sang Jendral Besar S2    Bab 215. WASIAT KAKEK WIBISONO

    Bab 215. WASIAT KAKEK WIBISONO Keinginannya Rossa untuk membelot dan menolak permintaan Darko seketika menghilang setelah di bentak oleh pengawal yang bersama mereka. Dengan gugup dan dengan hati yang dipenuhi rasa penasaran mereka berdua berjalan memasuki Bandar udara kota Mandiraja tanpa tahu akan dibawa kemana oleh Darko. Hingga akhirnya ketika mereka melihat ada sebuah pesawat jet pribadi yang sangat indah berada di depan mata mereka, seketika rasa bingung dan shock mulai menghantui pikiran Rossa dan Abimanyu. Darko dan Angelina sama sekali tidak banyak bicara selama perjalan hingga memasuki jet pribadi milik Darko, hingga saking tidak sabarnya ingin tahu mereka akan dibawa kemana oleh Darko, Rossa memberanikan diri berbicara. “Darko, sebenarnya kami akan kamu bawa kemana? Dan kenapa kita naik jet pribadi yang begini bagus, apa maksudnya?” “Diamlah, jangan banyak bicara atau kalian akan saya lempar keluar dari pesawat.”Darko yang merasa kesal kep

  • Menantu sang Jendral Besar S2    Bab 214. NYALI ROSSA MENCIUT

    Bab 214. NYALI ROSSA MENCIUT Sebelum Rossa tersadar dengan apa yang terjadi, Angelina sudah ditarik Darko ke sisinya. Seketika wajah Rossa menjadi jelek mengetahui Angelina sudah berpindah tempat lebih tepatnya di samping menantu yang tidak berguna itu. Ekspresi wajah Angelina juga terlihat sangat terkejut ketika tiba-tiba tubuhnya bergeser kesamping Darko sesaat setelah terdengar suara Darko memanggil pengawal. Apalagi Rossa emosinya seakan meluap mengetahui Angelina sudah berdiri di samping Darko. Pada saat dia akan menarik tangan Angeline kembali, tiba-tiba ada sesosok tubuh kekar berdiri tepat di depannya seakan sebuah benteng yang kokoh sebagai pembatas antara dirinya dengan Angelina. “Minggir, jangan halangi jalanku.”Dengan kasar Rossa berusaha mendorong pengawal kekar yang diperintahkan Darko untuk melindungi Angelina. “Argh… Lepaskan.”Rossa menjerit kesakitan mengetahui tangan yang sebelumnya akan digunakan untuk mendorong pria kekar di depa

  • Menantu sang Jendral Besar S2    Bab 213. DOKUMEN DARI MAHKAMAH AGUNG

    Bab 213. DOKUMEN DARI MAHKAMAH AGUNG Hal ini tentu saja menimbulkan kecurigaan di pihak kepolisian yang menyelidiki musibah kebakaran ini. Mereka sama sekali tidak tahu kalau sumber bencana itu ada didepan mereka, andai saja mereka tahu tentu Darko akan langsung ditangkap dan dimintai keterangan. Akan tetapi saat ini orang yang sudah membuat keonaran itu ekspresinya tampak datar dan tidak menunjukkan ekspresi wajah sedih maupun belasungkawa mengetahui salah satu kerabatnya mengalami musibah. Untungnya tidak ada yang mencurigai Darko, karena banyak juga warga sekitar yang menonton lokasi kebakaran dengan ekspresi datar seperti halnya Darko. Angelina menangis di pelukan Rossa seakan dia lupa kalau sebelumnya Rossa sangat jahat kepada dirinya. Bagi Angelina sejahat apapun Rossa dia sudah sangat memahami sifatnya yang seperti flamboyan selalu berubah-ubah mengikuti arah angin. Meskipun dia selalu tidak setuju dengan nasehat serta saran Rossa, sebag

  • Menantu sang Jendral Besar S2    Bab 212. PULANG KE KOTA MANDIRAJA

    Bab 212. PULANG KE KOTA MANDIRAJA Darko tetap diam tidak ada satu katapun keluar dari mulutnya setelah Widyawati menyuruhnya untuk pergi ke kota Mandiraja melihat situasi terkini keluarga Wibisono. Hal ini membuat Widyawati menatap tajam ke arahnya, sementara itu Angelina sudah menghentikan tangisannya dan mengusap air mata yang terus mengalir di pipinya sambil menunggu jawaban Darko dengan hati berdebar-debar. “Baiklah, saya akan mengajak Angelina menengok keluarga Wibisono. Ibu saya titip Faizi bersama kalian.”Setelah menghela nafas sebentar Darko menyetujui saran Widyawati untuk pergi ke kota Mandiraja, tak lupa dia menitipkan Faizi dalam pengawasan dua neneknya ini. Dengan mengatakan hal ini maka secara otomatis dia hanya ingin berdua saja tanpa mengajak Faizi maupun yang lainnya. “Kamu tenang saja, Faizi pasti akan kami jaga dengan baik. Pergilah, jangan lama-lama di rumah ingat kamu harus menjaga menantu ibu yang cantik ini dengan baik.” “Ba

  • Menantu sang Jendral Besar S2    Bab 211. PERINTAH WIDYAWATI

    Bab 211. PERINTAH WIDYAWATI Widyawati membelai punggung Angelina untuk menenangkannya sambil menghibur agar Angelina tidak khawatir dengan Darko. “Tapi ibu?”Angelina masih khawatir kalau Darko tidak mengizinkan dia pulang ke kota Mandiraja untuk melihat dan mencari informasi lebih jelas keadaan nyonya besar Wibisono. Karena Angelina tahu kalau Darko sangat membenci keluarga nya, lebih utamanya kepada nenek dan pamannya. Karena hal inilah dia merasa sangat tertekan dan hanya bisa menangis saja. Melihat Angelina tampak bersedih seakan perkataan Widyawati masih belum cukup untuk membuatnya tenang. Hal ini membuat Widyawati segera mengambil ponselnya dan menelepon seseorang. Angelina masih diam dengan air mata terus membasahi pipinya. Sebenci apapun dia kepada nenek dan pamannya sebagai bagian dari keluarga besar Wibisono, tentu saja hatinya akan merasa sedih melihat mereka mati terpanggang oleh kebakaran di villanya. Sedangkan

  • Menantu sang Jendral Besar S2    Bab 210. KEPANIKAN ANGELINA, ROSSA DAN ANGELINA

    Bab 210. KEPANIKAN ANGELINA, ROSSA DAN ABIMANYU Abimanyu yang sedang dalam keadaan shock menoleh ke arah Rossa dan menatapnya dengan tatapan sayu dengan mata memerah dan hanya bisa menganggukkan kepalanya saja untuk mengiyakan perkataan Rossa. “Ibu….” terdengar gumaman sendu dari bibir Abimanyu yang sedang dalam kondisi mental terendah dalam hidupnya. Meskipun selama ini dia sering direndahkan dan tidak dianggap oleh nyonya besar Wibisono, akan tetapi saat mendengar ibunya mati dengan cara mengenaskan tentu saja jiwanya langsung terpukul. Sebagai anak meskipun Abimanyu selalu dianggap sebagai anak yang tidak berguna, dia masih tetap menganggap nyonya besar Wibisono sebagai ibu kandungnya. Setelah mendapat persetujuan, pada akhirnya mereka berdua segera pergi mengunjungi villa keluarga Wibisono yang sudah menjadi abu. Sesampainya di Villa keluarga Wibisono, taksi yang mereka naiki ditahan petugas yang menjaga kawasan ini dan tidak membiarkan warga

  • Menantu sang Jendral Besar S2    Bab 209. TANGISAN ABIMANYU

    Bab 209. TANGISAN ABIMANYU Ekspresi wajah Darko tidak berubah dan tetap datar seakan tanpa ekspresi apapun, bagi Darko membunuh sudah menjadi pekerjaannya selama di medan perang. Meskipun dia sudah terbiasa membunuh di medan perang, tapi sekarang adalah pertama kalinya membunuh orang yang bukan musuh di medan perang tapi musuh yang sudah berulang kali menyakiti anak dan istrinya. Meskipun mereka masih keluarga Angelina tapi kelakuannya bukan seperti seorang keluarga, maka hukuman yang pantas adalah kematian. Sebelumnya Darko sudah pernah menghukum Rinto Wibisono atau pamannya Angelina yang sering mengganggu. Akan tetapi setelah penyakit yang disebabkan Darko sembuh, bukannya berhenti mengganggu Angeline, Rinto masih saja mengganggunya bahkan meminta Angelina bercerai dengan Darko. Karena hal inilah Darko tidak ingin kejadian serupa tidak terulang lagi terhadap Angelina dan Faizi. Dari keluarga besar Wibisono yang tersisa adalah Rossa dan Abimanyu

  • Menantu sang Jendral Besar S2    Bab 208. MUSNAHNYA KELUARGA BESAR WIBISONO

    Bab 208. MUSNAHNYA KELUARGA BESAR WIBISONO Setelah mengakhiri pengawal keluarga Wibisono yang bernasib sial, Darko segera melanjutkan langkahnya memasuki Villa. Namun teriakan pengawal yang sebelumnya yang menghardik Darko terdengar oleh rekan-rekannya, sehingga beberapa pengawal keluar dari Villa dengan rasa penasaran ingin tahu siapa orang yang memasuki Villa Wibisono ini. Begitu memasuki pintu Villa, Darko langsung berpapasan dengan beberapa pengawal yang mau keluar. “Siapa kamu? Kenapa kamu masuk ke Villa keluarga Wibisono begitu saja sebelum melaporkan kedatanganmu?” Prok prok prokDarko tidak buru-buru menanggapi pertanyaan para pengawal keluarga Wibisono, emosinya sudah meluap merasakan tekanan penderitaan yang selama ini diderita Angelina. Tanpa banyak bicara dia langsung melambaikan tangannya ke arah kepala para pengawal ini, dan seperti teman mereka yang sudah menjadi mayat, pengawal-pengawal ini juga langsung mati begitu saja dengan kepala

DMCA.com Protection Status