All Chapters of Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir: Chapter 151 - Chapter 160

166 Chapters

Bab 151

Wajah Nathan merah padam ketika mendengar laporan dari salah seorang bodyguard nya.Melihat Eliza diperlakukan dengan semena-mena oleh keluarga suaminya, membuat Nathan emosi. "Kenapa bisa seperti ini? Aku meminta kalian untuk melindungi nona Eliza, tapi mengapa orang itu bisa menyerang nya dan memukuli nya?"Bug!Satu pukulan keras mendarat di perut pria bertubuh tinggi tersebut.Pria itu hanya diam ketika Nathan meninjau perutnya. Bahkan posisi berdirinya tidak bergeser sedikitpun. Namun tetap saja wajahnya tampak menahan sakit."Kami sudah melakukan sesuai dengan perintah tuan, hanya saja nona Eliza tidak mau kami dekat dengannya. Nona meminta agar kami memantau dari jauh. Jika terjadi sesuatu hal, kami tidak diperbolehkan untuk mendekat dan cukup menyaksikan saja," jelas pria tersebut.Nathan mengeratkan giginya. Laporan yang diberikan oleh bodyguard nya sungguh membuat dia marah dan mengamuk. "Jika hanya seperti itu yang bisa kau lakukan, apa gunanya aku membayar mahal?" "Maaf
Read more

Bab 152

Setelah Aldo pergi kini Ilham yang datang. Pria itu sudah duduk di depan Nathan. "Apa anda tahu mengapa Saya memanggil anda ke sini?" tanya Nathan dengan wajah suram. Tatapannya yang gelap membuat orang yang duduk di depannya merasa ketakutan."Maaf Pak, saya tidak tahu," jawab Ilham gugup. Selama bekerja di perusahaan HR grup ini merupakan pertemuan yang ke tiga kali bersama dengan Natan."Apa kamu mengenali wanita gila yang ada di video ini?" Nathan menunjukkan pemeran kekerasan yang sedang menarik rambut seorang wanita. "Istri saya pak," jawab Ilham dengan bibir bergetar. Karena wajah wanita di video diblur, ia tidak tahu siapa yang sedang dihajar oleh istrinya.Plak!Nathan memukul meja dengan keras hingga pria yang duduk di depannya terkejut. "Video ini sudah tersebar luas di internet."Wajah Ilham pucat pasih mendengar perkataan dari Nathan. Jika video sudah tersebar di internet itu artinya istrinya mungkin sudah ada di kantor polisi. "Istrimu melakukan tindakan kejahatan d
Read more

Bab 153

Nathan berlari menuju ke ruangan interogasi. Di sana dia melihat Eliza duduk sendiri dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dari penyelidik. "Apa saya boleh masuk?" tanya Nathan yang sudah berdiri diambang pintu."Pak Nathan, silakan," jawab petugas yang merupakan reserse kriminal. Nathan memandang Eliza dengan perasaan bercampur aduk. Melihat wajah Eliza yang memar, bahkan sudut bibirnya juga terluka, membuat ia marah. Ingin mengamuk dan melampiaskan kemarahannya dengan Wati, Tina dan Tia. Namun sayang, mereka para wanita. Nathan tidak akan menjatuhkan harga dirinya hanya karena memeluk perempuan."Saya datang bersama pengacara. Untuk kasus ini pengacara saya akan langsung menanganinya." Nathan duduk di sebelah Eliza sedangkan pengacara Edwin duduk di sampingnya. "Saya senang Elisa mendapatkan pengacara sehebat Pak Edwin. Sangat sulit bagi tersangka untuk bisa lolos dari jeratan hukum. Karena kita memiliki bukti yang lengkap," kata petugas kepolisian tersebut.Eliza memandang Nathan
Read more

Bab 154

Jujur saja jantung Nathan sampai berhenti berdetak beberapa saat ketika melihat video kekerasan yang dialami oleh Eliza."Liza tahu, tapi masalah ini tidak sesederhana yang Mas pikir. Apa mungkin Liza diam aja ketika diperlakukan seperti binatang? Mereka benar-benar membuat Liza seperti orang bodoh, manusia dungu, dan badut lucu. Mereka tertawa terbahak-bahak di saat Liza kesakitan. Mereka tertawa ngakak ketika melihat Liza tersiksa. Mereka tertawa penuh kemenangan ketika melihat tubuh Liza penuh luka dan berdarah. Mereka menghajar mental Liza hingga babak belur. Jika seandainya Liza tetap bertahan di keluarga iblis itu, bisa dipastikan hanya ada dua kemungkinan. Jika tidak mati bunuh diri pasti gila. Jika Mas yang selesaikan masalah ini, sudah pasti mas akan membayar semua uang tuntutan yang di minta Wati. Karena bagi Mas uang bukanlah segala-galanya." Nathan diam mendengar perkataan Eliza. Jika ia yang menyelesaikan masalah ini sudah pasti akan melunasi semua hutang Eliza dan Eli
Read more

Bab 155

Jam 03.00 sore pesawat yang ditumpangi Sandy mendarat di bandara Sukarno Hatta. Dengan tergesa-gesa pria itu turun dari pesawat dan langsung mengaktifkan ponselnya. Kerinduannya terhadap Eliza sudah begitu besar sehingga membuat ia ingin segera bertemu. Namun ketika ponsel aktif yang diterimanya adalah panggilan telepon dari salah seorang teman di kantor. "Halo," jawab Sandy. "Halo Pak Sandy, akhirnya saya bisa menghubungi bapak." Terdengar wanita itu menghembuskan napas lega. Sandy mengerutkan keningnya ketika mendengar suara wanita. "Ya halo, ini siapa?" "Pak Sandy, saya Lusi, saya berada bagian pemasaran sama dengan ibu Mirna." Wanita itu menjelaskan dengan terbata-bata. Kejadian yang baru saja dilihatnya membuat tubuh wanita itu lemas. "Terus ada apa?" Sandy malas meladeni wanita itu basa-basi. Ia ngin segera mengakhiri panggilan telepon agar bisa menghubungi Eliza."Ibu Mirna mengalami pendarahan sejak jam 01.00 siang tadi. Saat ini saya ada di rumah sakit Pak. Saya suda
Read more

Bab 156

Mirna memandang ke arah Sandy dengan penuh kemarahan. Sikap Sandy yang seperti ini membuatnya merasa kecewa. Seharusnya pria itu lebih mementingkan dirinya yang akan melahirkan, bukan Eliza."Sakit, sakit sekali dokter." Mirna mencekam tangan perawat yang berada di dekatnya. Kukunya yang panjang membuat tangan perawat itu berdarah."Ibu tidak boleh menjerit, karena akan mengurus tenaga. Sebaiknya ibu diam," Kata dokter itu sambil melepaskan kuku-kuku panjang Mirna yang menancap di tangan perawatnya. Sedangkan perawat wanita itu sudah tampak kesakitan dan bahkan matanya sudah berkaca-kaca"Dokter bisa mengatakan seperti ini karena dokter tidak merasakan seperti apa sakit yang saya rasakan." Mirna berkata dengan keras. Rasa sakit yang melanda, membuat tubuhnya gemetar. Kebanyakan pasien, tidak sadarkan diri jika mengambil pendarahan seperti ini. Berbeda dengan Mirna, yang harus merasakan kesakitan yang luar biasa setiap detiknya. Dokter itu sudah tidak berkata-kata lagi. Sejak tadi d
Read more

Bab 157

Setelah melakukan transfusi darah Sandy duduk di depan ruang operasi istrinya sambil meminum air kacang ijo yang disediakan oleh pihak rumah sakit. Tubuhnya terasa sangat lemas, kepala pun pusing. Setelah menghabiskan 2 kotak air kacang ijo, barulah ia menghubungi rekan kerjanya di kantor. Ia harus mencari 5 orang pendonor dengan golongan darah B+Sandy juga membuat informasi di grup karyawan, bahwa ia membutuhkan pendonor dengan golongan darah B+.Setelah memberikan pengumuman, masuklah beberapa jawaban dari rekan kerjanya. Ada 5 orang yang mengatakan golongan darah B+ dan akan langsung ke RS untuk melakukan transfusi darah. Hal ini yang membuat Sandy merasa lega. Sewaktu Eliza melahirkan dan butuh transfusi darah, ia mencari pendonor di sekitar rumah sakit. Beberapa 3 orang ojol yang menjadi pendonor nya. Itupun Sandy mencari pendonor selama 3 jam lebih. Tidak seperti Mirna, yang langsung lewat grup chat karyawan. Dalam hitungan menit, 5 orang pendonor langsung didapatkan."Apa be
Read more

Bab 158

Hati Sandy terasa sakit seperti diiris ketika melihat kekejaman Wati, Tia, dan Tina. Dengan kejamnya mereka mengeroyok Eliza dan memukulnya. dengan anarkis. Lidah mereka begitu ringan ketika menghina, mencaci dan memaki Eliza.Peristiwa seperti ini sudah sering sekali dilihatnya. Bahkan selama ini dia selalu diam setiap kali melihat Eliza diperlakukan dengan kasar oleh Mama serta kedua kakaknya. Namun tidak untuk sekarang, Sandy merasakan sakit yang luar biasa. Seharusnya dia menonton video itu hingga habis namun ternyata sandy mematikan layar handphonenya. Sandy kembali menghubungi nomor Marwan, dan sambungan telepon pun langsung diangkat oleh sang papa. "Pa, aku sudah melihat beritanya. Mengapa mereka tega melakukan ini terhadap Eliza?""Mengapa bertanya kepadaku? "Marwan justru balik tanya. "Mengapa Mama, kak Tia dan juga kak Tina dengan tega memperlakukan Eliza seperti itu? " Sepertinya Sandy masih belum bisa memahami dengan jelas maksud dari video tersebut. Bahkan dia tidak
Read more

Bab 159

"Mereka tidak mungkin di penjara, Eliza tidak akan menuntut mama, dan kakak-kakak, aku. Aku sangat tahu seperti apa sifat Eliza." Sandy berkata dengan yakin."Ya kita lihat saja nanti seperti apa perkembangan kasusnya. Oh iya papa lupa memberitahumu kalau papa akan melakukan akad nikah minggu depan di hotel berlian," kata Marwan."Papa tidak sedang bercanda?" Tanya Sandy dengan nada tidak suka. Saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk bercanda."Papa tidak bercanda, kamu silakan datang. Acara akad dimulai jam 09.00 pagi dan dilanjut dengan acara resepsi hingga jam 04.00 sore. Namun jika kamu tidak bisa, ya tidak apa-apa.""Papa, aku lagi pusing jadi jangan bercanda seperti ini." Sandy berulang kali menghirup napas panjang dan kemudian menghembuskan secara berlahan-lahan."Papa tidak bercanda, Kamu boleh datang jika tidak percaya." Marwan berkata dengan serius."Mama sedang mengalami musibah pa, begitu juga dengan kedua anak papa. Apa papa tidak punya hati sedikitpun?" Sandy berkata de
Read more

Bab 160

Hermawan yang sedang memimpin rapat menghentikan ucapannya ketika asisten pribadinya masuk ke dalam ruangan tersebut. Biasanya asisten pribadinya akan melakukan hal tersebut jika ada sesuatu hal yang dianggap darurat. "Maaf Pak, Ibu Mawar ada di ruangan bapak. Beliau mengatakan ada hal buruk yang terjadi terhadap nona Eliza. Ibu Mawar meminta agar anda segera ke ruangan." Pria bertubuh tinggi itu sedikit membungkuk dan berbisik di dekat telinga Hermawan. Jantung Hermawan seakan berhenti berdetak ketika mendengar apa yang dikatakan oleh asisten pribadinya. Setelah diam beberapa detik barulah Hermawan menarik napas panjang dan kemudian menghembuskannya. "Untuk saat ini rapat saya ditunda," Hermawan beranjak dari duduknya dan langsung keluar dari ruangan. Dengan langkah cepat ia langsung berjalan menuju ke ruangannya. Begitu sampai di ruangannya, Hermawan langsung masuk dan melihat Mawar yang sedang menangis. "Mami, ada apa ini?" Hermawan bertanya dengan wajah cemas. "Papi, Eliza."
Read more
PREV
1
...
121314151617
DMCA.com Protection Status