“Kamu lupa aku tahu dirimu bahkan lebih dari dirimu sendiri,” dia duduk di bangku sebrangku. “Ava,” namanya terselip keluar dari mulutku dengan nada sedih. “Kamu peduli padanya.”“Tentu saja aku peduli padanya. Dia Ibu dari anakku,” kataku dengan ketus, merasa frustasi. Semuanya membuatku frustasi. Dia lepas kendali dan aku tidak tahu bagaimana membantunya. Aku tidak tahu bagaimana menjadi apa yang dia butuhkan. Aku telah menghabiskan begitu banyak waktu untuk mendorongnya menjauh, sehingga aku tidak tahu apa yang membuatnya tergerak. “Ini lebih dari sekedar saran, kakak laki-laki. Kamu hanya menolak untuk membuka matamu dan melihatnya,” selorohnya. Dia terus-menerus membahas satu masalah itu. Bahwa kepedulianku terhadap Ava berasal dari perasaan yang jauh lebih dalam. Kami terus berdebat tentang hal itu. Kurasa aku akan tahu kalau aku jatuh cinta padanya. Aku peduli padanya, dan aku punya perasaan yang tidak bisa kugambarkan, tapi cinta? Aku kira tidak demikian. “Bagaimana kabar
Last Updated : 2024-07-17 Read more