Home / Romansa / BAYI YANG KUBAWA PULANG / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of BAYI YANG KUBAWA PULANG: Chapter 31 - Chapter 40

53 Chapters

BERULAH

“Selamat pagi, Sayangnya Ayah.”David mengangkat Mora yang sedang duduk di kursi bayi lalu mencium pipi gembulnya dengan gemas. Zahra yang sedang menyiapkan sarapan mencuri pandang ke arah mereka dan tersenyum saat melihat Mora tertawa karena David tak henti-henti menciumnya.Seperti biasa, saat memasak sarapan Zahra akan selalu ditemani Mora karena anak itu selalu bangun lebih awal. Ia tak mau selalu merepotkan Wati karena wanita itu pun punya banyak pekerjaan yang harus diselesaikan setiap pagi. “Ayo kita lihat Bunda,” ucap David berjalan mendekati Zahra.Ada desiran aneh yang terasa saat David selalu menyebutnya dengan panggilan Bunda. Antara bahagia dan tak percaya jika saat ini ia telah memiliki suami dan anak yang cukup memberi warna dihidupnya.“Bunda masak apa?”“Na-nasi goreng.” Zahra melirik pada lelaki yang kini berdiri tepat di sampingnya. Dagu David yang hampir menyentuh pundaknya berhasil membuat tubuhnya sedikit gemetar.“Cicip dong, Bunda. Kelihatannya enak,” ujar Dav
Read more

BUAYA

Zahra terus mengecek jam diponselnya. Berkali-kali ia melongok keluar jendela berharap lelaki yang sedari tadi ditunggu menampakkan ⁷batang hidungnya. Sudah jam sembilan malam, tapi belum ada tanda-tanda jika suaminya akan pulang. David sudah telat tiga jam dari jam pulang biasanya dan itu cukup membuatnya was-was. Sejak pagi perasaannya sudah tak karuan, bahkan seharian ia sama sekali tak melakukan aktivitas apa pun termasuk makan dan mengasuh Mora. Seharian anak itu full dipegang oleh Wati bahkan hingga saat ini pun anak itu tidur bersama Wati.Keringat dingin mulai membasahi tubuh Zahra, rasa mual, pusing dan lemas mulai terasa. Berkali-kali ia melihat deretan foto yang semalam dikirimkan oleh Andin. Foto yang berisi gambar kakaknya dengan suaminya dengan pose mesra cukup membuat hatinya tak karuan.Cemburu? Bukan cemburu, lebih tepatnya tak rela jika lelaki yang telah menjadi miliknya ternyata masih menemui mantan kekasihnya. Pagi tadi Zahra sangat syok saat melihat pesan yang d
Read more

SESEORANG

Huqbungan Zahra dan David kembali dingin seperti semula. Rumah yang tadinya mulai ramai, kini kembali sepi. Jarang ada obrolan saat sarapan atau setelah makan malam seperti biasanya. Lagi pula akhir-akhir ini David terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Meski tak pernah pulang telat tapi lelaki itu malah membawa kerjaannya ke rumah. Alhasil saat di rumah sebagian besar waktu David dihabiskan di depan laptop.“Ngapain pulang kalo masih kerja?” sindir Zahra. Entah mengapa setelah tahu David bertemu Andin, perasannya selalu sensitif dan selalu ingin marah.“Aku enggak mau kamu curiga gara-gara pulang terlambat, makanya aku bawa pulang kerjaannya,” jelas David.“Alasan! Aku juga enggak bakal marah kok kamu mau pulang jam berapa.”“Oh, ya? Nanti tengah malam marah-marah kayak kemarin.”David berusaha menggoda Zahra. Meski ia sendiri kerepotan meladeni kemarahan istrinya, tapi David jujur saja David suka melihat sikap Zahra
Read more

SADAR

“Gimana perkembangannya?” tanya seorang lelaki yang berdiri dibalik meja bar.“Nihil!” Andin menyesap rokok putihnya kuat-kuat lalu mengembuskan asapnya ke atas.“Gimana tanggapan adikmu?” Sahid menuang beberapa jenis minuman dari botol lalu memberikannya pada Andin.“Entahlah, paling dia udah terkena gombalan David. Maklum gadis bodoh.”Ruangan dentuman suara musik yang keras, lampu kelap-kelip yang cukup remang menjadi tempat kerja Andin sejak ia mengenal kerasnya kehidupan di kota. Nekat merantau dengan modal minim pendidikan juga keahlian membuat Andin memilih jalan pintas. Awalnya Andin memang bekerja di toko roti, tapi hasilnya hanya cukup untuk makan saja. Hal itulah yang membuatnya menerima ajakan seseorang untuk terjun ke dunia malam. Bermodal wajah cantik dan tubuh indahnya Andin bisa cepat di terima dan terkenal di kalangannya.“Ndin, yang itu cowok tajir tapi sayang istrinya penyakitan, coba kamu dekatin,”
Read more

SAAT YANG TIDAK TEPAT

“Aduh, jangan tanya-tanya terus, Mbak bos. Aku pusing! Yang jelas hubungan Mas bos sama mendiang Bu Alin itu rumit, paham! Kalo mau tahu kejelasannya mending Mbak bos tanya orangnya langsung. Aneh, orang suami istri kok enggak terbuka. Cuma dikamar aja terbukanya,” sindir Wati.“Coba ulangi!” Zahra memandang tajam ke arah Wati.“Maaf, Mbak bos. Piss ...” Wati mundur perlahan.“Sekali lagi bahas gituan, aku tahan gaji kamu tiga bulan!” ancam Zahra.“Jangan Mbak bos, nanti aku enggak bisa kirim emak uang. Kasihan dikampung lagi musim paceklik, banyak kondangan pula.”Zahra terkikik melihat wajah memelas Wati. Meski kadang sikapnya absurd tapi hanya Wati satu-satunya hiburan Zahra, kecuali Mora tentunya.Sepanjang perjalanan pulang, Zahra terus berpikir tentang hubungan masa lalu David. Benarkah David tersiksa di pernikahan sebelumnya sehingga terpaksa mencari pelampiasan yang akhirnya mempertemukannya
Read more

KEMARAHAN

“Gimana? Berhasil?” Johan menyulut rokoknya lalu mengepulkan asapnya kuat ke udara.“Semua sempurna, David kelihatannya marah banget.” Andin tertawa lebar.“Kamu yakin mereka akan berpisah?”“Mungkin, apa sih yang David harapkan dari cewek udik itu?”“Hey, cewek itu adikmu!” Johan tak terima.“Ups ... ada fansnya di sini. Lupa aku.” Andin terkekeh.Andai saja bukan urusan Zahra, sebenarnya Johan enggan berurusan dengan wanita seperti Andin. Tapi cinta harus diperjuangkan, apalagi lelaki itu tahu jika Zahra hanya dijadikan tumbal oleh kakak dan bapaknya.“Zahra kayaknya udah cinta sama David,” ujar johan.“Ya namanya juga gadis lugu, dirayu dikit ya jatuh.Kamu juga jangan terlalu banyak berharap, pasti dia dah buka segel.” Andin kembali tertawa.Ya, itulah yang David takutkan, gadis pujaanya kini telah jatuh pada lelaki yang seharusnya menikahi kakaknya.
Read more

CERITA MASA LALU

David mengulas senyum saat mendengar informasi dari seseorang kepercayaannya. Bukan berita penting sebenarnya, hanya saja ia menjadi tahu mengapa Andin tak berhenti mengganggunya selama ini. Alasannya hanya Andin tak menemukan lelaki lain yang bisa mencukupi hidupnya sebaik dirinya.Baru saja David tahu jika rumah yang dulu pernah ia berikan kini sudah berpindah tangan. Sebenarnya tak menjadi masalah karena ia pun sudah mengikhlaskan itu menjadi milik Andin sepenuhnya dan ia pun bukan tipe lelaki yang suka mengungkit pemberiannya pada orang lain. Hanya saja semua itu membuatnya miris karena secara tak langsung ia menjadi tahu jika Andin kini berada dalam posisi yang tak berkecukupan.Tak begitu mengherankan sebenarnya, sebagai lelaki yang menjalin hubungan cukup lama, David tahu jika kebutuhan Andin bisa dibilang tak sedikit. Terutama kebutuhan untuk memenuhi gaya hidupnya yang hedon. Ia tahu wanita itu tak hanya butuh uang untuk makan atau hanya sekedar memenuhi kebutuhan pokok hidup
Read more

ADA APA

“Jadi begini kerjaan Nyonya David Ardian setiap harinya? Pantas aja kamu betah,” ucap seorang wanita berambut pirang yang sebagian besar wajahnya tertutup masker. “Ka-kamu siapa?”"Sombong sekarang kamu, ya, mentang-mentang udah jadi istri orang kaya."Zahra beringsut mundur. Ia teringat pada sosok wanita yang dulu pernah tiba-tiba masuk rumahnya yaitu Marta. Tapi jika dilihat-lihat postur tubuh keduanya berbeda. Meski hanya bertemu satu kali, Zahra ingat betul jika tubuh Marta lebih langsing dan lebih tinggi dari wanita di depannya."Sudah cukup kamu menikmati apa yang seharusnya bukan menjadi hakmu!" ucap Wanita itu seraya menurunkan maskernya."M-Mbak Andin? Bagaimana kamu bisa masuk ke sini?""Zahra, Zahra kamu masih aja jadi gadis bodoh kayak dulu." Andin tertawa mengejek."Wati! Wati kamu di mana?" teriak Zahra. Wanita itu baru saja berpamitan untuk menyapu di halaman samping.
Read more

PENYELAMAT

Zahra masih memejamkan mata saat tubuhnya terasa melayang di udara. Meski hatinya sudah sedikit tenang tapi ia masih tak yakin jika dirinya telah selamat. Lamat-lamat orang berbicara terdengar bersamaan dengan suara wanita menjerit tak begitu jelas tertangkap telinga. Beberapa saat kemudian ia merasakan orang yang membawanya seperti menaiki tangga hingga telinga menangkap suara knop pintu dibuka.“Kamu aman, Sayang.”Zahra memberanikan diri membuka mata mendengar suara barusan. Ya, itu suara David, suaminya.“Ini aku, Sayang,” ujar David setelah menurunkan Zahra di atas ranjang.Air mata Zahra mulai menitik saat ia melihat wajah David tengah tersenyum padanya.“Aku takut, Mas! Mbak Andin sudah gil4, Johan juga, semua sudah gil4!” racau Zahra.“Sst... semua sudah selesai, Sayang, kamu aman.”David meraih tubuh istrinya yang kembali bergetar. Ia tahu bagaimana perasaannya saat ini karena
Read more

TAK MENYANGKA

Seminggu  berlalu, kini kondisi Zahra sudah berangsur kondusif. Tiga hari yang lalu Wati sudah keluar dari rumah sakit namun langsung dijemput keluarganya untuk pulang dan menjalani masa pemulihan di rumahnya. Wati diberi cuti tak terbatas waktu hingga wanita itu benar-benar siap untuk kembali bekerja dan tentu saja dengan bayaran tetap setiap bulannya ditambah bonus yang dijanjikan oleh David. Semenjak Wati pulang kampung Zahra memilih menghandel semua urusan rumah termasuk mengasuh Mora sendiri karena ia enggan diberi asisten rumah tangga baru. Lagi pula Zahra masih butuh ketenangan untuk menyembuhkan trauma dihatinya. Dengan banyak menyibukkan diri Zahra bisa sedikit mengurasi rasa takut yang selalu menghantuinya.“Apa Mbak Andin akan dipenjara lama?” tanya Zahra setelah menidurkan Mora. “Em ... mungkin.” David menutup laptopnya.Sudah beberapa hari ini David tak pernah datang ke kantor dan mengerjakan semua pekerjaannya d
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status