Semua Bab Anak Kembar sang Mafia: Bab 31 - Bab 40

146 Bab

Permintaan Pengacara Harry

Wilson menatap Viyone dengan tatapan penuh kekhawatiran, tak henti-hentinya. Dia mencemaskan kondisi wanita itu. Sementara itu, Viyone merasa sangat tertekan dan beralih pandangan ke arah pengacara suaminya, Ferry, yang berdiri di sisi lawan. Ferry menatap Viyone dengan senyuman yang sinis dan percaya diri, seolah-olah dia telah memegang kunci kemenangan dalam persidangan ini. Viyone merasa semakin putus asa, menilai peluang dirinya untuk bebas dan bisa bertemu anaknya semakin mengecil. Namun, tiba-tiba Harry, pengacara yang duduk di samping Viyone, berbisik padanya, "Jangan takut! Ada pertunjukan hebat yang harus anda lihat setelah persidangan." Viyone menoleh ke arah Harry dan mencoba tersenyum, meski masih diliputi rasa cemas. "Iya," jawabnya dengan suara parau, berusaha meyakinkan diri bahwa ada harapan untuknya. Saat persidangan berlanjut, Viyone terus berusaha untuk tetap kuat, berpegang pada kata-kata Harry. Di benaknya, dia terus mendoakan agar bisa melewati segala cobaan
Baca selengkapnya

Wilson Membuka Suara di Persidangan

Hakim Marcos berusaha bersikap tenang dan mengetuk palunya di saat situasi ruangan persidangan mulai tidak tenang."Pengacara Harry! Apakah Anda tahu apa yang Anda katakan? di mana-mana tidak ada peraturan menganti Hakim. Anda bisa dikeluarkan dari persidangan ini jika tidak mematuhi aturan!" kecam Hakim dengan nada tegas.Harry dengan tersenyum mengatakan," Saya hanya ingin melindungi klien saya dari pertanyaan yang menyakitkan. Semua pertanyaan yang dilontarkan oleh pengacara Ferry dianggap adalah kesengajaan dan tidak profesional untuk seorang pengacara. Kasus yang kita bicarakan bersangkutan dengan tindakan kekerasan yang dilakukan oleh korban terhadap anak tirinya dan juga tersangka melukai korban. yang kita harus ketahui adalah penyebab semua ini terjadi. Lalu, kenapa kita harus mengungkap masa lalu yang tidak ada hubungan dengan kasus tersebut," kata Harry yang berdiri di hadapan Hakim."Apa pun alasanmu, Tidak ada pergantian hakim. Ini tidak akan terjadi. Kalau Anda masih bert
Baca selengkapnya

Rekaman Tersebar

Suara keras Wilson menggema di dalam ruangan pengadilan. Semua orang, termasuk hakim, juri, dan para pengunjung, langsung memandang ke arah Wilson yang berdiri tegak di bangku hadirin dengan wajah penuh kemarahan. "Tuan, Anda siapa? Mengapa anda ikut bersuara? Apakah mengenal korban atau tersangka?" tanya Ferry dengan nada tinggi. "Tidak perlu tahu siapa aku, karena orang sepertimu tidak layak sama sekali," jawab Wilson dengan senyum mengejek yang membuat Ferry semakin merasa terhina. Ferry mengepalkan tangannya, berusaha keras menahan emosi yang memuncak. Tak lama kemudian, suasana pengadilan semakin menjadi-jadi. Para hadirin, beserta pengacara Harry dan Ferry, mulai sibuk menatap handphone mereka. Ternyata, sebuah rekaman tindakan kekerasan yang dilakukan oleh Jeff Hamilton terhadap Chris. tersebar luas di media sosial. Rekaman tersebut menampilkan Jeff yang dengan brutalnya menganiaya korban hingga tak berdaya. Wajah Ferry memucat seketika, menyadari bahwa kejadian yang dire
Baca selengkapnya

Persidangan Keputusan Hakim

Pengacara Harry menerima amplop tersebut dan memberikan kepada Hakim Marcos.Hakim Marcos merasa terkejut dengan amplop yang diberikan oleh Wilson, Isi amplop tersebut berupa foto-foto. Raut wajah hakim Marcos tampak pucat dan ketakutan. Sementara itu, Pengacara Ferry dan Pengacara Harry yang sedang menatap hakim dengan penasaran, tampak terperanjat saat menyadari apa yang ada di dalam foto tersebut.Wilson tersenyum tipis melihat reaksi hakim itu. Ia pun kembali duduk di bangkunya."Yang Mulia, Kita telah memilik bukti yang kuat. Bahwa korban sebagai pelaku kekerasan beserta dia telah merekayasa cerita membohongi kita semua. Saya berharap Jeff Hamilton menerima hukuman sesuai undang-undang yang telah ditentukan," ucap Harry.Ferry berusaha menghentikan niat Harry yang ingin membebaskan Viyone Florencia, "Yang Mulia, tersangka telah melukai suami sendiri karena kecemburuannya yang berlebihan. Perbuatannya telah menghancurkan hidup seorang pria yang berhati mulia. Kini, klien saya mas
Baca selengkapnya

Tuan, Apakah Kita Pernah Bertemu?

Setelah jeda dua jam yang membuat suasana pengadilan semakin tegang, Hakim Marcos akhirnya kembali ke ruang sidang dengan wajah yang sangat serius. Suasana cemas terasa begitu tebal, terlihat dari wajah Viyone yang pucat pasi dan kedua pengacara yang saling bertukar pandang. Hakim Marcos duduk di kursinya, merapikan kacamata dan membuka berkas yang ada di hadapannya. Semua orang di ruang sidang menahan napas, menunggu keputusan yang akan diumumkan. Tak ada yang berani bersuara, bahkan detak jantung mereka terdengar lebih keras dari biasanya. "Viyone Florencia sebagai tersangka dinyatakan bebas!" ucap Hakim Marcos dengan tegas dan lantang. Suasana ruang sidang yang sebelumnya hening, seketika bergemuruh dengan sorak sorai kegembiraan. Viyone menutup wajahnya, menangis bahagia. Wilson bernafas lega dan melirik wanita itu yang menangis haru. Harry tersenyum lebar dan menenangkan Viyone. Tak hanya mereka, para hadirin yang menonton jalannya persidangan ikut bersorak gembira mendengar
Baca selengkapnya

Viyone di Bawa Pulang ke Rumah Wilson

Mata Viyone terasa berat dan pandangannya mulai kabur. Tak lama kemudian, tubuhnya ambruk ke lantai dengan lemas. Wilson, yang berdiri di hadapannya. sontak kaget dan segera menopang tubuh wanita itu agar tidak jatuh keras. "Viyone!" seru Wilson, wajahnya penuh kecemasan. "Mama!" pekik Chris, anak mereka yang melihat kejadian itu dengan air mata berlinang. "Tenang, Chris. Mama hanya pingsan karena tubuhnya masih lemah," ujar Wilson dengan suara tenang, berusaha menenangkan putranya. Ia bisa melihat ketakutan yang terpancar dari mata anaknya. "Elvis, tolong hubungi dokter dan minta datang ke rumah segera!" perintah Wilson kepada Elvis. Ia tahu kondisi Viyone butuh perawatan segera dan tak ingin membuang waktu. Wilson menggendong tubuh Viyone yang masih tak sadarkan diri, ingin segera meninggalkan pengadilan demi keselamatan wanita itu. Namun, sebelum mereka bisa keluar, Hakim menghentikan langkah mereka. "Tunggu sebentar! Nona Viyone masih harus diproses untuk beberapa hal sebelu
Baca selengkapnya

Penyesalan Wilson

Elvis berdiri di samping Chris dan berkata,"Tuan muda Chris, Nanti paman akan menunjukan kamarmu," ujar Elvis."Paman, Aku ingin tidur dengan mama. Aku tidak perlu kamar sendiri," jawab Chris.Wilson tersenyum bahagia melihat putra yang dia rindukan selama ini berdiri di hadapannya," Chris, apa yang kamu inginkan, Kamu bisa beritahu paman. Jangan sungkan!" ujar Wilson.Chris tersenyum," Aku tidak butuh apa-apa lagi, Paman. Asalkan ada tempat tinggal dan makan 3 kali sudah cukup buatku. Aku makan juga tidak banyak dan tidak perlu makan yang mahal-mahal. Hanya saja...," jawab Chris yang terhenti."Hanya apa? Apakah ada butuh sesuatu?" tanya Wilson."Laptopku belum diambil, sebelumnya di rumah sakit tempat mama rawat inap," jawab Chris sambil mengaruk kepalanya. Binggung."Barangmu sudah paman bawa pulang, dan ada di kamarmu," ucap Elvis.Chris tersenyum semangat," Benarkah?" tanyanya."Benar! Pakaian juga sudah disediakan, Tuan muda bisa pilih pakaian yang Anda suka," jawab Elvis.Tak l
Baca selengkapnya

Kecurigaan Vic

"Jadi, di usiamu yang sudah memasuki 41 tahun, kenapa tidak menikah? Apakah karena Viyone atau putramu?" tanya Monica.Tanpa menjawab sepatah kata, Wilson melangkah masuk menghampiri Viyone yang tertidur dengan pulas setelah beberapa malam ditahan di dalam sel.Wilson duduk di tepi kasur dengan wajah sedih dan menatap Viyone yang terbaring lemah. Tangannya perlahan menyentuh wajah wanita itu yang masih pucat akibat penderitaan yang dialaminya. Mata Wilson berkaca-kaca, perasaan bersalah meliputi seluruh jiwanya. "Viyone, maafkan aku. Aku penyebabnya yang membuatmu menderita," ucap Wilson dengan suara bergetar, "Aku juga membawa pergi salah satu anak yang kamu lahirkan. Kamu tidak tahu kalau kamu telah memberiku anak kembar yang pintar dan cerdas. Vic sangat merindukanmu selama ini. Aku berharap kita bisa tinggal bersama. Aku akan melindungi keluarga kita. Aku janji, Viyone." lanjut Wilson.Wilson kemudian menyentuh gelang yang melingkar pergelangan tangan Viyone. Terlihat batu Giok k
Baca selengkapnya

Chris Yang Bersikap Dewasa

"Mamaku dan papamu tidak ada hubungan sama sekali, mereka baru berkenalan. Jadi, mana mungkin aku anak papamu," jawab Chris."Iya, juga. Kalau begitu ulang tahunmu tanggal berapa?" tanya Vic dengan rasa penasaran, menatap wajah Chris yang tampak ragu-ragu untuk menjawab"Aku tidak pernah merayakan ulang tahun, karena Papa Jeff tidak izinkan," jawab Chris dengan suara lirih dan menundukkan kepalanya, seolah mencoba menyembunyikan rasa sedih yang terselip di balik kata-katanya. "Papamu jahat sekali," ujar Vic dengan nada kesal, merasa simpati kepada teman barunya itu. "Kalau aku setiap tahun pasti dirayakan. Walau hanya cake dan kado, tapi sangat mewah bagiku," tambahnya sambil tersenyum lebar, mengingat kebahagiaan yang ia rasakan saat merayakan ulang tahun. "Kenapa tidak merayakan besar-besaran? Kamu pasti punya banyak teman, kan?" tanya Chris dengan penasaran. menatap Vic yang tampak ceria. "Papaku mengatakan jangan suka pamer, agar tidak menarik perhatian. Setiap tahun aku dapat
Baca selengkapnya

Merindukan Sosok Seorang Ayah

"Tuan muda Chris, kalau tinggal di sini Anda akan memiliki segalanya, Jadi tidak akan kekurangan apa pun," ucap Elvis dengan senyum"Paman, semua yang ada di sini bukan milikku, karena di sini bukan rumahku. Aku juga tidak memiliki papa. Aku tidak sedih tanpa merayakan ulang tahun. Aku hanya sedih karena tidak pernah merasakan disayang oleh seorang papa. Aku sangat merindukan kehadiran seorang papa. Tapi, aku tidak bisa memberitahu mama," ujar Chris.***Chris membuka pintu kamarnya perlahan, langkah kakinya terasa berat seakan membawa beban. Dalam hati, dia merasa hancur karena sosok seorang ayah yang dia rindukan tidak ada di sampingnya untuk merayakan ulang tahunnya. Ia menghela napas panjang, kemudian duduk di kursi di depan meja gambar. Tangannya mulai menggambar sesuatu dengan perlahan, raut wajahnya muram dan sedih. Di ruang pribadi Wilson, terlihat sebuah kado merah tergeletak di atas meja. Wilson tersenyum lebar saat melihat kado itu, seolah merasakan kebahagiaan yang akan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
15
DMCA.com Protection Status