Elvis berdiri di samping Chris dan berkata,"Tuan muda Chris, Nanti paman akan menunjukan kamarmu," ujar Elvis."Paman, Aku ingin tidur dengan mama. Aku tidak perlu kamar sendiri," jawab Chris.Wilson tersenyum bahagia melihat putra yang dia rindukan selama ini berdiri di hadapannya," Chris, apa yang kamu inginkan, Kamu bisa beritahu paman. Jangan sungkan!" ujar Wilson.Chris tersenyum," Aku tidak butuh apa-apa lagi, Paman. Asalkan ada tempat tinggal dan makan 3 kali sudah cukup buatku. Aku makan juga tidak banyak dan tidak perlu makan yang mahal-mahal. Hanya saja...," jawab Chris yang terhenti."Hanya apa? Apakah ada butuh sesuatu?" tanya Wilson."Laptopku belum diambil, sebelumnya di rumah sakit tempat mama rawat inap," jawab Chris sambil mengaruk kepalanya. Binggung."Barangmu sudah paman bawa pulang, dan ada di kamarmu," ucap Elvis.Chris tersenyum semangat," Benarkah?" tanyanya."Benar! Pakaian juga sudah disediakan, Tuan muda bisa pilih pakaian yang Anda suka," jawab Elvis.Tak l
"Jadi, di usiamu yang sudah memasuki 41 tahun, kenapa tidak menikah? Apakah karena Viyone atau putramu?" tanya Monica.Tanpa menjawab sepatah kata, Wilson melangkah masuk menghampiri Viyone yang tertidur dengan pulas setelah beberapa malam ditahan di dalam sel.Wilson duduk di tepi kasur dengan wajah sedih dan menatap Viyone yang terbaring lemah. Tangannya perlahan menyentuh wajah wanita itu yang masih pucat akibat penderitaan yang dialaminya. Mata Wilson berkaca-kaca, perasaan bersalah meliputi seluruh jiwanya. "Viyone, maafkan aku. Aku penyebabnya yang membuatmu menderita," ucap Wilson dengan suara bergetar, "Aku juga membawa pergi salah satu anak yang kamu lahirkan. Kamu tidak tahu kalau kamu telah memberiku anak kembar yang pintar dan cerdas. Vic sangat merindukanmu selama ini. Aku berharap kita bisa tinggal bersama. Aku akan melindungi keluarga kita. Aku janji, Viyone." lanjut Wilson.Wilson kemudian menyentuh gelang yang melingkar pergelangan tangan Viyone. Terlihat batu Giok k
"Mamaku dan papamu tidak ada hubungan sama sekali, mereka baru berkenalan. Jadi, mana mungkin aku anak papamu," jawab Chris."Iya, juga. Kalau begitu ulang tahunmu tanggal berapa?" tanya Vic dengan rasa penasaran, menatap wajah Chris yang tampak ragu-ragu untuk menjawab"Aku tidak pernah merayakan ulang tahun, karena Papa Jeff tidak izinkan," jawab Chris dengan suara lirih dan menundukkan kepalanya, seolah mencoba menyembunyikan rasa sedih yang terselip di balik kata-katanya. "Papamu jahat sekali," ujar Vic dengan nada kesal, merasa simpati kepada teman barunya itu. "Kalau aku setiap tahun pasti dirayakan. Walau hanya cake dan kado, tapi sangat mewah bagiku," tambahnya sambil tersenyum lebar, mengingat kebahagiaan yang ia rasakan saat merayakan ulang tahun. "Kenapa tidak merayakan besar-besaran? Kamu pasti punya banyak teman, kan?" tanya Chris dengan penasaran. menatap Vic yang tampak ceria. "Papaku mengatakan jangan suka pamer, agar tidak menarik perhatian. Setiap tahun aku dapat
"Tuan muda Chris, kalau tinggal di sini Anda akan memiliki segalanya, Jadi tidak akan kekurangan apa pun," ucap Elvis dengan senyum"Paman, semua yang ada di sini bukan milikku, karena di sini bukan rumahku. Aku juga tidak memiliki papa. Aku tidak sedih tanpa merayakan ulang tahun. Aku hanya sedih karena tidak pernah merasakan disayang oleh seorang papa. Aku sangat merindukan kehadiran seorang papa. Tapi, aku tidak bisa memberitahu mama," ujar Chris.***Chris membuka pintu kamarnya perlahan, langkah kakinya terasa berat seakan membawa beban. Dalam hati, dia merasa hancur karena sosok seorang ayah yang dia rindukan tidak ada di sampingnya untuk merayakan ulang tahunnya. Ia menghela napas panjang, kemudian duduk di kursi di depan meja gambar. Tangannya mulai menggambar sesuatu dengan perlahan, raut wajahnya muram dan sedih. Di ruang pribadi Wilson, terlihat sebuah kado merah tergeletak di atas meja. Wilson tersenyum lebar saat melihat kado itu, seolah merasakan kebahagiaan yang akan
Wilson tersenyum dan menyentuh wajah anak itu," Chris, Kamu dan Vic seumuran. Anggap saja rumah ini adalah rumahmu. Kamu dan mamamu bukan orang luar. Kalau butuh sesuatu katakan saja!" ujar Wilson."Apakah Paman selalu baik pada semua orang? Aku yakin Vic pasti sangat bahagia karena memiliki seorang papa yang hebat," kata Chris dengan senyum."Paman juga beruntung dan bahagia karena memilikimu dan Vic. Bukalah kadonya! Apa kamu suka dengan isinya?" ucap Wilson dengan penuh semangat. Chris, yang penasaran dengan kado tersebut, tersenyum bahagia dan duduk di lantai. Dengan hati berdebar, ia mulai membuka bungkusan kado tersebut. Setelah bungkus kado terlepas, terlihatlah sebuah mobil mainan mewah berwarna silver hitam yang dilengkapi dengan remot kontrol. "Wah...mobil yang mewah! Bukankah ini mirip dengan mobil paman?" seru Chris dengan antusias, sambil memegangi mobil tersebut. Dia menyadari ada logo naga yang sama seperti mobil Wilson di bagian depan mobil mainan itu. "Lihat, di dep
Viyone dan Wilson yang tersadar dan langsung beralih pandangan."Tuan Zavierson, Kenapa Anda ada di sini?" tanya Viyone yang sedikit gugup.Wilson yang beralih ke arah lain, kemudian menatap wanita itu dan menjawab," Aku hanya ingin memastikan apakah Chris sudah tidur apa belum. Tadinya aku mengira kalau dia tidur di sini.""Aku sedang mencarinya juga," ujar Viyone."Kamar Chris ada di ujung sana, Kamu bisa pergi ke kamarnya, untuk periksa apakah dia sudah tidur apa belum," kata Wilson sambil menatap ke arah kamar itu. "Baiklah, Sebelumnya aku ingin mengucapkan terima kasih. Karena sudah menyelamatkan anakku dan membantuku juga," ucap Viyone."Tidak masalah! Hanya masalah kecil!" jawab Wilson dengan wajah datar dan kemudian beranjak dari sana. Ia melangkah menuju ke anak tangga. Sementara Viyone masih terdiam dan menyentuh bagian dadanya."Kenapa jantungku berdetak dengan kencang? Ada apa denganku?" gumam Viyone yang kemudian melangkah keluar menuju ke kamar putranya.Wilson membuka
Chris melangkah gegas menuju ruang tamu sambil mengusap matanya yang masih mengantuk. "Paman, Mama, selamat pagi!" sapanya dengan semangat. Mendengar suara Chris, Wilson yang tengah berdiri di depan anak tangga segera menoleh dan tersenyum. "Chris, selamat pagi. Kamu sudah bangun!" sahutnya. "Apakah Paman akan berangkat kerja?" tanya Chris penasaran, sambil berlari ke arah Wilson dengan semangat yang terpancar di wajahnya. "Paman akan ke luar negeri untuk beberapa hari, Chris. Temani mama dan Vic di sini, ya!" jawab Wilson dengan suara lembut, seraya menatap mata Chris yang bersinar. "Baik, Paman. Hati-hati di jalan. Aku akan menemani Vic di sini," jawab Chris dengan penuh keyakinan."Anak pintar," ucap Wilson sambil mengelus kepala Chris dengan penuh kasih sayang. Viyone merasa aneh melihat kedekatan putranya dan Wilson. Tentu reaksi Wilson yang begitu akrab dengan Chris membuat Viyone menjadi curiga."Kenapa Chris bisa begitu dekat dengan tuan Zavierson, dan mereka juga sangat
Di sisi lain, Di tengah pertempuran sengit, Mike berdiri tegak di wilayah yang direbut oleh Richard Calvot. Dengan mantap, ia menggenggam pistolnya dan menembak tanpa henti ke arah musuh-musuhnya. Peluru-pelurunya menembus dada lawan-lawannya, menghujam jantung mereka satu per satu. "Panggil bos kalian keluar sekarang juga!" teriak Mike dengan suara keras dan penuh amarah, sambil terus menembak anggota lawan. "Dor! Dor!" bunyi tembakan bergema di udara. "Kalian dari Kelompok Dragon? Berani sekali datang kemari!" bentak seorang anggota lawan dengan penuh kebencian dan ketakutan di matanya. "Kalian semua hanyalah semut di mata kami," sahut Mike dengan wajah kesal dan tatapan tajam. Tak lama kemudian, lawan-lawan Mike mulai membalas tembakan dengan gesit, berusaha melumpuhkan Mike. "Dor! Dor!" bunyi tembakan saling bersahutan, menciptakan kekacauan di medan pertempuran. Mike yang hanya seorang diri tidak butuh bantuan sama sekali, Ia tidak kesulitan untuk mengalahkan mereka yang ju
Matahari pagi bersinar cerah di langit kota San Fransisco, menandakan awal dari hari baru. Chris dan Vic, si kembar yang baru saja pindah ke kota ini bersama keluarga mereka, bersiap untuk menghadapi hari pertama mereka di sekolah baru. Mereka berdua tidak sabar untuk menjelajahi dunia baru mereka, mengejar cita-cita mereka, dan berteman dengan orang-orang baru. Di sisi lain, Wilson, ayah mereka, merasa lega bisa kembali ke San Fransisco bersama keluarganya. Ia ingin anak-anaknya tumbuh dalam lingkungan yang baik dan mendapatkan pendidikan terbaik. Oleh karena itu, ia mendaftarkan Chris dan Vic ke sekolah yang terbaik di kota ini. Hari demi hari berlalu, Chris dan Vic mulai menyesuaikan diri dengan kehidupan baru mereka. Mereka giat belajar, dan mereka berhasil menjalin persahabatan yang erat dengan teman-teman sekelas mereka. Selain itu, mereka juga berlatih memanah setelah pulang sekolah. Nick dan Ethan, pelatih memanah yang juga bekerja di Markas Dragon, mengajari mereka dengan p
Beberapa bulan telah berlalu sejak Wilson terpilih sebagai pemimpin mafia di seluruh dunia. Kini, ia mengundang para ketua mafia dari berbagai negara untuk berkumpul dalam sebuah perjamuan mewah. Viyone dan kedua putranya yang kini telah menjadi bagian dari organisasi tersebut, juga ikut hadir dan memperkenalkan diri mereka. Chris dan Vic, putra-putra Wilson yang menjadi calon penerus, diwajibkan hadir dalam acara penting tersebut. Di sebuah ruangan mewah dengan pencahayaan yang temaram, suara gelas beradu satu sama lain menggema di seluruh ruangan. Para mafia, yang mengenakan setelan jas hitam rapi, tampak saling bersulang dengan anggur merah di tangan mereka. Tawa dan candaan terdengar di antara mereka, menciptakan suasana yang damai dan harmonis, seolah melupakan sisi gelap kehidupan yang mereka jalani. Wilson, yang duduk di ujung meja dengan kursi yang lebih besar dan mewah, menjadi pusat perhatian para mafia. Ia tersenyum lebar, menunjukkan kepercayaan diri yang tinggi sebagai
Wilson memandang Markus dengan tatapan dingin sambil melepaskan tembakan."Aahh!" jeritan Markus yang kesakitan terdengar ketika dua tembakan menembus lututnya. Darah keluar mengotori lantai restoran, namun suara pistol yang digunakan oleh Wilson tidak mengeluarkan suara, sehingga tidak mengejutkan pengunjung lainnya.Markus terduduk, berusaha menahan sakit. "Kau...," ujarnya terhenti, menahan rasa sakit yang menyiksa.Wilson mendekat, matanya penuh kebencian yang telah terkubur selama bertahun-tahun. "Putraku telah menyadarkan aku. Aku telah menderita akibat dendam. Kematian kedua orang tuaku adalah sesuatu yang tidak bisa aku lupakan. Aku membiarkanmu hidup supaya kamu menjalani sisa hidupmu dengan penuh penderitaan. Semua anggotamu sudah ditahan oleh orang-orangku. Jangan berharap ada yang bisa menyelamatkanmu."Markus mengerang, keringat dingin membasahi wajahnya. "Kau menggunakan cara ini untuk menyiksaku," ujarnya dengan napas terengah-engah."Aku dan Viyone adalah korbanmu. Dua
"Untuk apa kau memberitahu aku semua ini?" tanya Markus dengan nada marah dan bingung, tatapannya tajam menelusuri setiap gerakan Wilson. "Aku hanya ingin kamu sadar, Sifatmu, yang selalu dianggap tidak peduli, justru dikalahkan oleh seorang anak lima tahun. Dia tahu caranya menyayangi keluarganya. Dia tahu cara menghargai siapapun. Sedangkan dirimu, Markus, ambisimu begitu tinggi sehingga kamu tidak peduli pada orang di sekitarmu. Contohnya adalah istri dan putrimu sendiri. Mereka harus menderita karena keegoisanmu. Dan kini, semua penyesalan itu tidak akan ada gunanya," ucap Wilson dengan suara tegas namun penuh dengan kepedihan.Markus terdiam, kata-kata Wilson menghantamnya seperti palu godam. Ingatan-ingatan tentang istri dan putrinya yang tersisih oleh ambisinya sendiri mulai menghantui pikirannya.FlashbackSehari sebelum Chris dan Vic diculik, suasana di rumah Wilson sangat tegang. Wilson duduk di meja makan bersama istri dan kedua anaknya, membicarakan sesuatu yang sangat se
Dalam perjalanan menuju restoran, kelompok Markus mengalami hambatan serius ketika mereka dihadang oleh anggota kelompok Wilson. Sejumlah mobil diparkir strategis di tengah jalan, menghalangi perjalanan mereka dan menciptakan situasi tegang. Nick, pemimpin kelompok Wilson, berdiri di sana dengan tenang, namun penuh kewaspadaan, sambil memegang senapannya dengan erat. Nick, bersama teman-temannya, dengan cepat menodongkan senjata masing-masing ke arah anggota kelompok Markus. Anggota kelompok Markus, yang tidak menyangka akan dihadang, tampak waspada dan bersiap-siap menghadapi kemungkinan terburuk."Gawat! Mereka sudah merencanakan dari awal. Bagaimana dengan bos kita?" tanya salah satu anggota Markus yang di dalam mobil.Para anggota Markus keluar dari mobil mereka dengan wajah penuh ketegangan. Suasana di sekitar terasa mencekam saat kedua kelompok berdiri saling berhadapan, masing-masing memegang senjata.Nick, dengan tatapan tajam, menodongkan senjatanya ke arah mereka. "Kalian
Markus sambil memikirkan ulang sejak Stuart yang menculik si kembar dan begitu mudahnya bisa lolos, berkata, "Pengawasan wilayah tempat tinggal Wilson tiba-tiba saja dikurangi. Dengan sifat mereka yang begitu teliti, tidak mungkin anak mereka begitu mudah diculik. Sementara si kembar yang baru sadar juga tiba-tiba saja mengakuiku sebagai kakek mereka. Sifat mereka berubah sama sekali dengan pertemuan terakhir sebelumnya. Apakah dua bocah ini sudah permainkan aku sejak awal?" gumam Markus.Markus kemudian melangkah keluar dari ruangan itu dengan langkah mantap. Ia mengeluarkan pistol dari balik jaketnya, merasakan dinginnya logam yang menyentuh kulitnya memberikan ketenangan tersendiri. Matanya tajam menyisir sekeliling ruangan, mencari tanda-tanda bahaya yang mungkin tersembunyi. Dia berjalan menuju ke pintu belakang sambil menghubungi anggotanya melalui ponsel."Hubungi semua anggota kita. Kita sudah masuk perangkap sejak awal!" perintah Markus dengan nada tegas dan tanpa kompromi."
Wilson dan anggotanya melaju dengan tenang di jalan menuju restoran, sementara di dalam mobil, suasana sedikit tegang. Wilson dan Viyone sesekali melihat ponsel mereka, memastikan bahwa Chris dan Vic berada dalam posisi yang aman."Apakah Chris dan Vic akan dalam bahaya setelah Markus tahu rencana kita?" tanya Viyone dengan nada cemas. Ia duduk di samping suaminya, menggenggam tangannya erat."Tenang saja, Viyone. Mereka sangat pintar. Bukankah mereka juga berhasil mengelabui Stuart dan Markus? Jadi, mereka tahu cara menemukan jalan keluar," jawab Wilson dengan yakin, menenangkan istrinya."Aku berharap begitu juga. Aku tidak menyangka mereka sangat berani," ujar Viyone dengan nada khawatir."Karena mereka mirip denganku," ucap Wilson sambil tersenyum, mencoba mencairkan suasana.Sementara itu, di dalam restoran, Vic berlari ke sana ke mari, penuh energi setelah makan."Vic, kamu baru saja selesai makan. Jangan lari-lari!" seru Chris yang mengikuti adiknya dengan cemas.Markus, yang b
"Kakek, apakah kakek tahu betapa jantungku ini sangat merindukanmu siang dan malam, Aku berharap bisa bertemu denganmu selma ini. tapi karena aku selalu diawasi oleh paman-paman sehingga aku tidak bebas," ucap Vic sambil menangis.Chris, dengan tatapan tajam," menjawab, "Yang benar adalah hatimu, bukan jantung," ujarnya sambil mengeleng kepalanya.Markus, yang menyaksikan pertukaran emosi itu, tersenyum dan bertanya, "Ha ha ha...kalian sangat lucu sekali. Chris, Vic, apakah benar kalian merindukan kakek?""Iya," jawab sikembar dengan serentak sambil mengangguk.Namun, Markus menyampaikan pemikirannya, "Anak yang pintar, Kakek mengira selama ini kalian tidak mengakui ku lagi."Dengan jujur, Chris dan Vic menjawab, "Kami hanya berpura-pura di depan papa dan mama."Vic lalu mengajukan pertanyaan yang menggugah, "Apakah kakek dan mama tidak bisa berbaikan lagi?"Sementara itu, Chris menyuarakan kekhawatirannya, "Kakek dan papa apakah harus bermusuhan?"Markus menyadarkan mereka, "Urusan k
"Bertindak ceroboh?" tanya Stuart yang tidak paham."Kau akan segera paham," jawab Wilson dengan senyum.Stuart kemudian dibawa oleh Steven ke tempat kurungan di Markas Dragon. Tempat itu suram dan penuh dengan kegelapan, bau lembap menyengat hidung Stuart saat ia dilemparkan ke dalam salah satu sel. Terdengar suara pintu besi yang berderit saat ditutup, meninggalkan Stuart dalam kegelapan total.Sementara itu, di tempat lain, Chris dan Vic baru saja sadar. Mereka saling memandang bingung, menyadari bahwa mereka berada di kamar yang asing."Kakak, apakah kita pindah alam?" tanya Vic yang melirik sana sini, mengamati semua perubahan di kamar itu."Kita berada di kamar orang lain," jawab Chris sambil mengucek matanya dan mencoba mengingat kejadian terakhir yang mereka alami."Kamar siapa? Kenapa kita bisa ada di sini?" tanya Vic dengan penuh kekhawatiran."Sepertinya tempat dia," jawab Chris yang merujuk pada seseorang, dengan nada suara yang mengisyaratkan bahaya.Si kembar itu kemudia