Beranda / Romansa / Jeratan Mantan Suami / Bab 641 - Bab 650

Semua Bab Jeratan Mantan Suami: Bab 641 - Bab 650

661 Bab

Bab 641

Tyara tertegun, dia sama sekali tidak menyangka Mahendra akan bertanya padanya seperti itu. Dia membuka mulutnya dan bertanya dengan suara pelan, “Boris, kamu nggak percaya padaku?”“Tyara, aku percaya atau nggak tergantung jawabanmu.” Suara Boris serak, terdengar sedikit acuh tak acuh.Tyara mengerutkan bibirnya. Dia terdiam sejenak, lalu berkata, “Aku benar-benar nggak ada hubungan apa pun dengan Mahendra. Aku dan dia nggak pernah jadian. Dia nggak suka aku. Di hatinya ada perempuan lain. Audy salah paham mungkin karena aku pernah bertemu beberapa kali dengan Mahendra. Tapi setiap kali kami bertemu pasti karena dia ancam aku. Boris, aku nggak punya alasan untuk berbohong padamu.”Boris menyipitkan mata dan tidak bicara. Suasana tiba-tiba menjadi sunyi senyap. Melihat situasi saat ini, Tyara spontan melirik ke arah Zola, lalu berusaha memanasi Boris.“Boris, Zola cantik dan hebat. Kalau aku seorang pria, aku juga akan suka padanya. Jadi gimana mungkin Mahendra bisa memilih aku daripad
Baca selengkapnya

Bab 642

Namun nyatanya, Boris sengaja berkata seperti itu. Dia hanya ingin buat Tyara turunkan kewaspadaannya. Jika Tyara dan Mahendra sungguh memiliki rahasia yang tidak dapat diungkapkan, maka pasti akan ada tindakan lain.Oleh karena itu, yang harus lakukan hanya menunggu. Dia hanya perlu menunggu dengan tenang hingga mangsa memakan umpan yang dia siapkan. Namun, Tyara sama sekali tidak tahu apa yang ada di pikiran Boris. Dia sungguh mengira kalau Boris sudah tidak peduli dengan Mahendra lagi. Bagaimanapun juga, Mahendra sudah kalah. Apa lagi yang perlu Boris khawatirkan darinya?Setelah dipikir-pikir, rasanya masuk akal juga. Tyara merasa tidak rela. Awalnya dia sudah sangat senang ketika dia melihat berita tentang hubungan Zola dan Boris sedang retak. Setelah itu, Zola menghilang selama beberapa hari. Ditambah lagi karena ucapan Mahendra. Tyara semakin yakin kalau Boris dan Zola sedang mengalami konflik. Jadi dia memiliki kesempatan.Namun siapa sangka kalau Tyara akan bertemu dengan Zola
Baca selengkapnya

Bab 643

Maksud perkataan Zola adalah bagian yang berkaitan dengan Mahendra. Tidak bertanya, tidak bergosip, tidak penasaran, maka tidak akan ada konflik.Kata-kata Zola membuat semua orang merasa tenang. Setelah Zola kembali ke kantornya, Caca pun melaporkan pekerjaan selama beberapa hari terakhir. Selain itu, juga tentang rancangan desain.“Selama Bu Zola nggak ada, Bobi dan yang lainnya nggak berhenti menggambar rancangan. Tapi mereka masih nggak yakin. Jadi apakah kita akan terus ikut kompetisi?”“Tentu saja,” jawab Zola tanpa ragu.Caca mengerutkan bibir dan bertanya, “Kalau begitu, Bu Zola juga ikut? Tinggal beberapa hari lagi. Masih terkejar, nggak?”“Caca, kamu sudah bekerja di sini sejak perusahaan ini berdiri. Kamu seharusnya tahu sifatku. Aku nggak suka orang yang nggak percaya diri. Meskipun orang lain kasih kamu kesempatan, kamu juga nggak akan berani pergi perjuangkan kesempatan itu. Jadi jangan katakan hal-hal yang buat kamu tertekan sendiri, oke?”Caca baru menganggukkan kepala.
Baca selengkapnya

Bab 644

Jeni menggelengkan kepalanya. “Aku nggak bodoh. Kenapa aku harus lakukan hal itu? Kalau pasangan suami istri, belum tentu. Tapi kalau nggak ada peluang sama sekali dengan orang itu, kenapa aku harus korbankan semuanya?”“Benar, kan? Kenapa harus lakukan hal seperti itu? Rasanya benar-benar nggak masuk akal. Sejak awal aku nggak pernah merasa Mahendra suka sama aku sampai dia bersedia korbankan segalanya untuk aku.”Senyuman mengejek di bibir Zola semakin kentara. Dia sungguh tidak percaya di dunia ini ada orang yang tidak mementingkan dirinya sendiri, kecuali mereka bisa mendapatkan benefit dan imbalan yang lebih besar. Kalau tidak, siapa yang mau berkorban secara cuma-cuma?Zola terdiam. Tidak peduli asumsi apa yang dia buat, dia tetap tidak tahu apa tujuan Mahendra. Dia mengangkat tangan dan mengusap pelipisnya. Ada emosi yang tak terlukiskan di hatinya.“Jeni, menurutmu dia masih hidup, nggak?” tanya Zola.“Mahendra?”“Hmm.”Jeni berpikir dengan serius. “Biasanya, saat seseorang jat
Baca selengkapnya

Bab 645

Namun, untuk saat ini tidak perlu terburu-buru. Yang lebih penting sekarang adalah kompetisi. Meskipun Zola begitu percaya diri saat bicara dengan Caca, sebenarnya Zola sendiri tidak begitu yakin. Dia merasa masalah yang datang beruntun telah membuatnya kelelahan.Apalagi saat ini Zola dalam kondisi hamil. Rasanya otaknya tidak bekerja sebaik sebelumnya. Dia mengerutkan kening dan menatap Jeni dengan serius.“Sebentar lagi kompetisi dimulai. Aku nggak punya inspirasi sama sekali. Gimana, ya?” tanya Zola.Jeni mengerti maksud Zola, juga tahu dari mana datangnya tekanan Zola. “Jadi kamu mau mundur, nggak? Maju dengan terpaksa juga bukanlah pilihan bagus. Nanti kamu akan jadi lebih cemas. Itu nggak baik untuk kamu dan anakmu.”Zola tampak khawatir. “Aku tahu. Tapi Caca dan yang lainnya sudah persiapkan sejak begitu lama juga sangat serius. Kalau aku mundur, gimana dengan mereka? Bukankah itu nggak adil bagi mereka?”“Aku mengerti apa yang kamu khawatirkan. Begini saja, jangan katakan apa
Baca selengkapnya

Bab 646

“Tedy apanya? Aku hanya ungkapkan apa yang terpikirkan olehku. Kamu jangan ngomong sembarangan.” Jeni bersikap seperti baru saja mendengar sesuatu yang sangat menjijikkan. Dia segera mengibaskan tangannya dan menyangkal.Akan tetapi, perubahan emosional di matanya tertangkap oleh Zola. Zola hanya menatapnya dengan tenang, lalu berkata, “Mungkin, tapi dia nggak pernah bahas soal ini denganku.”“Tapi bukankah semua pria lebih suka anak laki-laki? Meskipun mereka bilang kalau anak perempuan lebih menggemaskan, anak perempuan adalah kekasih mereka di kehidupan sebelumnya, tetap saja mereka lebih suka punya anak laki-laki.”“Mungkin saja, tapi dia nggak pernah bilang apa-apa.”“Iya juga, sih. Ini baru anak pertama kalian. Mau anak laki-laki atau anak perempuan juga nggak masalah. Dalam keluarga seperti keluarga Morrison, paling nggak kalian akan punya tiga anak, kan?”Zola sedikit tercengang. Pipinya seketika terasa panas. Saat matanya bertemu dengan mata Jeni, dia baru menyadari Jeni sedan
Baca selengkapnya

Bab 647

Zola pun tidak berdaya menghadapi kekeraskepalaan Jeni. Toh, Jeni bersikeras demi anak angkatnya, bukan demi Zola. Setelah mematikan lampu dan berbaring, keduanya tidak kunjung tidur, tidak merasa mengantuk.Zola pun bertanya, “Kamu sudah cukup lama di Kota Binru. Kamu kapan pulang?”“Kamu nggak punya hati nurani, La. Jangan bilang kamu mau usir aku?”“Iya, aku lagi usir kamu.”“Oh, kalau begitu usir saja. Toh, aku juga nggak akan pergi.”Zola tidak menggoda Jeni lagi. Kali ini, dia bertanya dengan serius, “Keluargamu nggak desak kamu pulang?”“Untuk apa desak aku pulang? Aku hanya orang yang nggak penting. Ada aku atau nggak, nggak masalah bagi keluarga Sianta. Aku rasa, ada yang berharap aku nggak pernah pulang ke sana.”Jeni tertawa pelan, nada bicaranya seperti sedang mengejek dirinya sendiri. Akan tetapi, dia memiliki hati yang sensitif. Meskipun dia tidak memiliki hubungan darah dengan keluarga Sianta, Zola tahu Jeni masih sangat peduli dengan sikap keluarga Sianta terhadapnya.K
Baca selengkapnya

Bab 648

Zola mengerutkan bibirnya, raut wajahnya datar. Rosita tidak tahu kalau mereka berdua tidak tinggal bersama tadi malam. Jadi dia tanpa sadar bertanya pada Zola, “Kamu beritahu dia, La?”“Nggak, Ma,” jawab Zola sambil menggelengkan kepala.Rosita mengerutkan kening, tampak kaget. “Kalau begitu, kenapa dia pulang?”Zola tidak bicara. Setelah keluar dari mobil, Rosita menggandeng tangan Zola dan bertanya, “Boris sudah minta maaf padamu, belum?”Zola tertegun, tapi dia segera mengerti mengapa Boris harus minta maaf. Karena Boris telah mengurungnya di vila.Zola menggelengkan kepala dan berkata, “Belum.”“Dasar bocah tengik. Kamu tunggu saja, Zola. Nanti aku akan suruh dia minta maaf padamu. Kalau nggak, jangan harap dia bisa makan,” kata Rosita dengan wajah tidak senang.“Nggak usah begitu, Ma. Mama juga nggak perlu marah. Terserah dia mau minta maaf atau nggak.”“Mana bisa begitu? Aku nggak bisa diam saja. Kamu jangan takut. Ada aku, ada Kakek juga. Tenang saja.”Rosita dan Zola masuk ke
Baca selengkapnya

Bab 649

“Apa maksud Kakek?”“Apa maksudku? Kamu nggak tahu apa yang sudah kamu lakukan? Kamu kurung Zola tanpa alasan. Dia lagi hamil. Apakah kamu pertimbangkan kondisi tubuhnya? Itu nggak baik untuk dia dan anak kalian. Kamu sudah buat kesalahan yang begitu besar, kamu masih tanya apa maksudku?”Hartono memasang raut wajah tegas. Sorot matanya penuh dengan amarah dan rasa tidak senang. Namun, Boris juga sangat ngotot. Dia tidak berniat meminta maaf. Dia tidak merasa telah melakukan kesalahan apa pun dalam masalah ini.Hartono dan Boris sama-sama bersikeras, membuat suasana menjadi sangat tegang. Hartono merasa sangat marah dengan sikap Boris. Namun, keduanya sama-sama memiliki temperamen yang keras kepala, tak satu pun dari mereka yang mau mengalah.Zola yang sudah tidak tahan akhirnya mencoba membujuk Hartono. “Kakek, aku datang ke sini untuk makan siang. Memangnya Kakek nggak kasih aku makan, ingin aku pergi sekarang juga?”Zola juga bisa melihat kalau Boris tidak akan minta maaf. Zola tida
Baca selengkapnya

Bab 650

Zola spontan terdiam. Dia menatap Hartono dengan raut wajah kaku, lalu bertanya, “Kenapa Kakek bertanya seperti ini?”“Zola, katakan saja yang sejujurnya. Itu yang kamu pikirkan?” Alih-alih menjawab, Hartono justru bertanya balik.Zola tersenyum tipis. “Nggak, aku nggak berpikir seperti itu.”“Serius?” Hartono tidak begitu percaya.“Kapan aku pernah bohong pada Kakek?”Ekspresi serius di wajah Hartono baru memudar ketika dia mendengar jawaban Zola. Dia menghela napas, lalu berkata, “Kali ini kamu benar-benar sudah menderita. Aku tahu dia sudah keterlaluan. Kamu tenang saja, aku pasti akan beri kamu penjelasan.”“Kakek jangan khawatir. Kakek juga nggak perlu tanyakan hal ini padanya. Nggak perlu minta janji apa pun darinya lagi. Biarlah masalah ini berlalu.”Sikap Zola sedikit serius. Setelah mendengar perkataan Zola, Hartono terdiam lama. Kegigihan Zola membuat Hartono akhirnya mengangguk setuju. Hartono tidak lagi menyuruh Boris minta maaf kepada Zola, juga tidak marah kepada Boris la
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
626364656667
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status