Share

Bab 645

Penulis: Jus Pir
Namun, untuk saat ini tidak perlu terburu-buru. Yang lebih penting sekarang adalah kompetisi. Meskipun Zola begitu percaya diri saat bicara dengan Caca, sebenarnya Zola sendiri tidak begitu yakin. Dia merasa masalah yang datang beruntun telah membuatnya kelelahan.

Apalagi saat ini Zola dalam kondisi hamil. Rasanya otaknya tidak bekerja sebaik sebelumnya. Dia mengerutkan kening dan menatap Jeni dengan serius.

“Sebentar lagi kompetisi dimulai. Aku nggak punya inspirasi sama sekali. Gimana, ya?” tanya Zola.

Jeni mengerti maksud Zola, juga tahu dari mana datangnya tekanan Zola. “Jadi kamu mau mundur, nggak? Maju dengan terpaksa juga bukanlah pilihan bagus. Nanti kamu akan jadi lebih cemas. Itu nggak baik untuk kamu dan anakmu.”

Zola tampak khawatir. “Aku tahu. Tapi Caca dan yang lainnya sudah persiapkan sejak begitu lama juga sangat serius. Kalau aku mundur, gimana dengan mereka? Bukankah itu nggak adil bagi mereka?”

“Aku mengerti apa yang kamu khawatirkan. Begini saja, jangan katakan apa
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Marlina
bosan juga..krn zona dan boris tdk akur sampai sekarang
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 646

    “Tedy apanya? Aku hanya ungkapkan apa yang terpikirkan olehku. Kamu jangan ngomong sembarangan.” Jeni bersikap seperti baru saja mendengar sesuatu yang sangat menjijikkan. Dia segera mengibaskan tangannya dan menyangkal.Akan tetapi, perubahan emosional di matanya tertangkap oleh Zola. Zola hanya menatapnya dengan tenang, lalu berkata, “Mungkin, tapi dia nggak pernah bahas soal ini denganku.”“Tapi bukankah semua pria lebih suka anak laki-laki? Meskipun mereka bilang kalau anak perempuan lebih menggemaskan, anak perempuan adalah kekasih mereka di kehidupan sebelumnya, tetap saja mereka lebih suka punya anak laki-laki.”“Mungkin saja, tapi dia nggak pernah bilang apa-apa.”“Iya juga, sih. Ini baru anak pertama kalian. Mau anak laki-laki atau anak perempuan juga nggak masalah. Dalam keluarga seperti keluarga Morrison, paling nggak kalian akan punya tiga anak, kan?”Zola sedikit tercengang. Pipinya seketika terasa panas. Saat matanya bertemu dengan mata Jeni, dia baru menyadari Jeni sedan

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 647

    Zola pun tidak berdaya menghadapi kekeraskepalaan Jeni. Toh, Jeni bersikeras demi anak angkatnya, bukan demi Zola. Setelah mematikan lampu dan berbaring, keduanya tidak kunjung tidur, tidak merasa mengantuk.Zola pun bertanya, “Kamu sudah cukup lama di Kota Binru. Kamu kapan pulang?”“Kamu nggak punya hati nurani, La. Jangan bilang kamu mau usir aku?”“Iya, aku lagi usir kamu.”“Oh, kalau begitu usir saja. Toh, aku juga nggak akan pergi.”Zola tidak menggoda Jeni lagi. Kali ini, dia bertanya dengan serius, “Keluargamu nggak desak kamu pulang?”“Untuk apa desak aku pulang? Aku hanya orang yang nggak penting. Ada aku atau nggak, nggak masalah bagi keluarga Sianta. Aku rasa, ada yang berharap aku nggak pernah pulang ke sana.”Jeni tertawa pelan, nada bicaranya seperti sedang mengejek dirinya sendiri. Akan tetapi, dia memiliki hati yang sensitif. Meskipun dia tidak memiliki hubungan darah dengan keluarga Sianta, Zola tahu Jeni masih sangat peduli dengan sikap keluarga Sianta terhadapnya.K

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 648

    Zola mengerutkan bibirnya, raut wajahnya datar. Rosita tidak tahu kalau mereka berdua tidak tinggal bersama tadi malam. Jadi dia tanpa sadar bertanya pada Zola, “Kamu beritahu dia, La?”“Nggak, Ma,” jawab Zola sambil menggelengkan kepala.Rosita mengerutkan kening, tampak kaget. “Kalau begitu, kenapa dia pulang?”Zola tidak bicara. Setelah keluar dari mobil, Rosita menggandeng tangan Zola dan bertanya, “Boris sudah minta maaf padamu, belum?”Zola tertegun, tapi dia segera mengerti mengapa Boris harus minta maaf. Karena Boris telah mengurungnya di vila.Zola menggelengkan kepala dan berkata, “Belum.”“Dasar bocah tengik. Kamu tunggu saja, Zola. Nanti aku akan suruh dia minta maaf padamu. Kalau nggak, jangan harap dia bisa makan,” kata Rosita dengan wajah tidak senang.“Nggak usah begitu, Ma. Mama juga nggak perlu marah. Terserah dia mau minta maaf atau nggak.”“Mana bisa begitu? Aku nggak bisa diam saja. Kamu jangan takut. Ada aku, ada Kakek juga. Tenang saja.”Rosita dan Zola masuk ke

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 649

    “Apa maksud Kakek?”“Apa maksudku? Kamu nggak tahu apa yang sudah kamu lakukan? Kamu kurung Zola tanpa alasan. Dia lagi hamil. Apakah kamu pertimbangkan kondisi tubuhnya? Itu nggak baik untuk dia dan anak kalian. Kamu sudah buat kesalahan yang begitu besar, kamu masih tanya apa maksudku?”Hartono memasang raut wajah tegas. Sorot matanya penuh dengan amarah dan rasa tidak senang. Namun, Boris juga sangat ngotot. Dia tidak berniat meminta maaf. Dia tidak merasa telah melakukan kesalahan apa pun dalam masalah ini.Hartono dan Boris sama-sama bersikeras, membuat suasana menjadi sangat tegang. Hartono merasa sangat marah dengan sikap Boris. Namun, keduanya sama-sama memiliki temperamen yang keras kepala, tak satu pun dari mereka yang mau mengalah.Zola yang sudah tidak tahan akhirnya mencoba membujuk Hartono. “Kakek, aku datang ke sini untuk makan siang. Memangnya Kakek nggak kasih aku makan, ingin aku pergi sekarang juga?”Zola juga bisa melihat kalau Boris tidak akan minta maaf. Zola tida

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 650

    Zola spontan terdiam. Dia menatap Hartono dengan raut wajah kaku, lalu bertanya, “Kenapa Kakek bertanya seperti ini?”“Zola, katakan saja yang sejujurnya. Itu yang kamu pikirkan?” Alih-alih menjawab, Hartono justru bertanya balik.Zola tersenyum tipis. “Nggak, aku nggak berpikir seperti itu.”“Serius?” Hartono tidak begitu percaya.“Kapan aku pernah bohong pada Kakek?”Ekspresi serius di wajah Hartono baru memudar ketika dia mendengar jawaban Zola. Dia menghela napas, lalu berkata, “Kali ini kamu benar-benar sudah menderita. Aku tahu dia sudah keterlaluan. Kamu tenang saja, aku pasti akan beri kamu penjelasan.”“Kakek jangan khawatir. Kakek juga nggak perlu tanyakan hal ini padanya. Nggak perlu minta janji apa pun darinya lagi. Biarlah masalah ini berlalu.”Sikap Zola sedikit serius. Setelah mendengar perkataan Zola, Hartono terdiam lama. Kegigihan Zola membuat Hartono akhirnya mengangguk setuju. Hartono tidak lagi menyuruh Boris minta maaf kepada Zola, juga tidak marah kepada Boris la

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 651

    Pada saat yang sama, Boris yang berada di Morrison Group juga telah menerima kabar kalau Zola telah kembali ke apartemen. Jesse sudah kembali dari Kota Jantera. Namun, sebelum dia bisa melaporkan situasi kepada Boris, Rosita sudah menelepon Boris terlebih dahulu.Di telepon, Rosita menegur Boris dengan nada tidak senang. “Hari ini kamu sudah keterlaluan, Boris. Kamu ini seorang pria, suaminya Zola. Gimana kamu bisa bersikap seperti itu padanya di depan kami? Kamu tahu nggak betapa nggak senangnya dia hari ini?”“Mama gantikan Kakek untuk tegur aku?:“Jangan sebut kakekmu. Kalau kamu buat kakekmu marah sampai jatuh sakit, aku dan papamu nggak akan maafkan kamu. Sebentar lagi Zola ulang tahun. Kalau kamu nggak bisa bersikap baik dan buat dia senang, aku akan ....”“Apa yang akan Mama lakukan?”Boris tersenyum tak berdaya. Kalau soal ulang tahun Zola, Boris menyipitkan mata dan memikirkan kembali Zola yang membelanya di depan kakeknya. Zola sungguh tidak peduli tentang apa pun. Dalam situ

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 652

    Jesse tertegun. Bagaimana caranya dia menjawab pertanyaan itu? Jesse merasa serba salah, takut kalau salah jawab akan mencelakakan orang yang tidak bersalah.“Pak Boris, Bu Zola nggak mungkin pacaran dengan Mahendra. Kalau benar-benar mereka pernah pacaran, setelah putus mereka juga nggak akan tetap akur seperti teman, kan? Selain itu, mana mungkin ... Mahendra mau putus?”Sampai saat ini Mahendra masih menyukai Zola. Jadi bagaimana pria itu bisa rela putus dengan Zola? Itu pemahaman seorang pria tentang pria.Setelah Jesse selesai bicara, suasana menjadi hening. Samar-samar Jesse merasa sedikit tertekan dengan atmosfer yang berat di sekitarnya. Boris tidak berkata apa-apa lagi. Dia hanya menyuruh Jesse meninggalkan laporan dan keluar.Boris duduk di depan meja kerjanya. Dia mengambil sebatang rokok dan mulai merokok. Sorot mata dingin di matanya membuat orang tidak bisa membaca apa yang sedang dia pikirkan.Jika mantan pacar Zola bukan Mahendra, lantas siapa? Mengapa tidak ada yang pe

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 653

    Manusia sangat mudah membiasakan diri. Begitu sudah terbiasa, manusia bisa saja melupakan semua hal negatif yang pernah dialaminya sebelumnya.“Apakah aku sudah kehilangan diriku sendiri?” tanya Zola kepada Jeni.Jeni memikirkannya dengan serius. “Sayang, kalau kamu sudah mempertanyakan apakah kamu sudah kehilangan dirimu sendiri, menurutku kamu benar-benar perlu merenungkan diri dulu.”Karena kata-kata Jeni barusan, Zola pun jadi berpikir keras. Benar, dia bahkan sudah mempertanyakan dirinya sendiri. Apa yang akan dipikirkan orang lain?Zola bangun dan duduk di sofa, lalu berkata dengan yakin, “Aku percaya aku masih diriku yang dulu. Aku nggak akan kehilangan diri sendiri demi siapa pun.”“Ini baru betul.”Keduanya saling menatap dan tersenyum. Di malam hari, Zola rela mengeluarkan uang mentraktir Jeni makan mie, sebagai penghargaan kepada Jeni karena telah memberinya pencerahan dan semangat. Saat itu, Jeni merasa sangat kesal. Ingin rasanya memarahi Zola.Zola justru berkata, “Maklum

Bab terbaru

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 661

    Namun, karya desain bagus saja tidak cukup. Harus memiliki nuansa desain dan gaya yang unik juga agar dapat meninggalkan kesan yang mendalam sekali dilihat orang. Zola membantu revisi dan memberi mereka arah inspirasi baru. Draf desain saat ini sepenuhnya dipoles berulang kali, buat lagi, dipoles lagi.Zola sibuk sampai jam pulang kerja. Dia memeriksa ponselnya, berencana makan di luar bersama Jeni sebelum pulang. Sejak pindah kembali ke apartemen, si bibi belum pernah datang untuk menyiapkan makanan. Zola tidak ingin bertanya dulu. Sedangkan dia sendiri malas mau masak. Jadi dia memilih makan di luar.Namun, baru saja Zola dan Jeni masuk ke mobil dan hendak berangkat ke restoran, ponsel Zola tiba-tiba berdering. Telepon dari Boris.Zola memegang erat ponselnya dan tertegun sejenak, tidak langsung mengangkat telepon, lalu Jeni berkata, “Angkat saja.”Jeni langsung menepikan mobilnya dan menunggu Zola mengangkat telepon. Zola menekan tombol jawab, lalu suara Boris datang dari ujung tele

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 660

    “Memang medan perang, kan? Bahkan medan perang di dalam sana jauh lebih sulit untuk dihadapi daripada yang di luar,” goda Jeni.Zola tersenyum, lalu dia keluar dari mobil dan berjalan masuk ke dalam rumah. Akhir-akhir ini Jerico sedang memulihkan diri di rumah. Setelah mengetuk pintu, Zola membuka pintu dan masuk. Begitu melihat Zola, Jerico langsung bertanya, “Kenapa kamu datang ke sini?”Sikap dingin Jerico membuat Zola diam sejenak, tapi dia sudah terbiasa. Jadi, Zola merasa tidak apa-apa. Dia menatap ayahnya dan berkata, “Ada yang ingin aku tanyakan pada Papa.”Jerico melihatnya sekilas. “Mau tanya apa?”Zola mengerutkan bibirnya. Pada akhirnya, dia segera bertanya, “Aku ingin tanya soal Budi. Budi sudah jadi sekretaris Papa bertahun-tahun. Kenapa dia tiba-tiba berkhianat? Selama ini Papa selalu baik padanya. Apakah dia ada kesulitan atau rahasia yang nggak bisa dikatakan?”Begitu Zola selesai bicara, raut wajah Jerico langsung berubah. Dia memelototi Zola dengan tidak senang.“Zol

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 659

    Usai berkata, Boris berjalan keluar sambil berkata, “Aku panggil dokter dulu untuk periksa kamu. Nanti sudah boleh keluar dari rumah sakit.”Mata Zola mengikuti sosok Boris. Kata-kata Boris terulang-ulang terus di dalam otaknya. Dibandingkan Sandra yang cerdas, Zola lebih cocok menjadi istri Boris? Maksud Boris, Zola kurang cerdas?Zola yang sedang hamil sama sekali tidak menyadari kalau dirinya sedang melalui proses otak tidak bisa berpikir dengan cepat selama kehamilan. Setelah berpikir lama, dia masih tidak mengerti maksud Boris. Apakah Boris sedang memujinya? Namun, sepertinya itu tidak sepenuhnya memuji.Setelah melalui pemeriksaan, dokter memastikan Zola tidak apa-apa. Semuanya stabil. Dia pun dipulangkan. Boris yang mengantarnya kembali ke apartemen. Sepanjang perjalanan pulang, Zola dan Boris tidak bicara. Karena Boris menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mengangkat telepon.Boris tampak sangat sibuk, tapi Boris tetap menemani Zola. Zola memperhatikan wajah Boris dari sam

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 658

    Zola juga tercengang. Sandra ingin memberi Boris saham? Dia semakin fokus memperhatikan Boris, tidak ingin melewatkan ekspresi apa pun di wajah pria itu. Apakah Boris akan terharu?“Kamu jangan salah paham. Aku nggak ingin lakukan apa pun. Ini bentuk ketulusanku. Kamu tahu, kelak aku akan ambil alih Gordi Group. Tapi aku tahu seberapa besar persaingan dalam dunia bisnis. Aku butuh penopang. Aku tahu kamu nggak ada perasaan apa pun padaku, juga nggak mungkin menikah denganku. Tapi aku butuh kerja sama jangka panjang dengan Morrison Group.”“Ini bukan masalah kecil. Aku belum bisa kasih jawaban.”“Kalau begitu, kamu pertimbangkan dulu.”Boris menutup telepon. Wajahnya tampak dingin. Zola tidak mendengar semua percakapan antara Boris dan Sandra, tapi Zola mendengar jelas setiap kata yang Boris ucapkan. Setelah panggilan telepon berakhir, Boris meletakkan ponselnya. Dia spontan melihat ke arah Zola. Tidak disangka, Zola sedang memperhatikannya. Saat mata keduanya bertemu, Zola sama sekali

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 657

    Zola menyadari kalau dirinya semakin tidak memahami Mahendra, bahkan boleh dibilang dia merasa seperti tidak pernah memahami pria itu sebelumnya. Apa tujuan Mahendra melakukan hal ini?Zola tidak bisa menemukan jawaban yang masuk akal. Jadi dia tidak menanggapi pertanyaan Boris. Suasana pun menjadi sunyi senyap. Sesaat kemudian, ponsel Boris berdering. Sandra yang meneleponnya.“Kamu nggak di kantor?”“Ada urusan?”“Iya, ada sedikit urusan. Soal proyek kerja sama. Aku baru saja dapat kabar, ada perusahaan real estate asing yang berencana datang ke Kota Binru untuk berinvestasi. Kalau kita bisa dapatkan kerja sama ini, itu akan sangat membantu untuk go public nanti. Jadi kamu mau pertimbangkan, nggak?”Meskipun Morrison Group merupakan sebuah perusahaan besar, sampai saat ini Morrison Group belum mendaftarkan diri ke bursa efek. Baik Boris maupun keluarganya tidak peduli dengan hal itu. Jika Morrison Group mau go public, pasti sudah go public sejak kepemimpinan Hartono. Namun nyatanya t

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 656

    Setiap kali memikirkan hal itu, Boris pasti berpikir kalau Zola ingin berpisah dengannya demi Mahendra. Akan tetapi, pesan Guntur terngiang kembali di benaknya. Sekarang Zola tidak boleh emosi, harus tetap dalam suasana hati yang baik. Sehingga kata-kata yang sudah sampai di ujung bibirnya akhirnya ditelan kembali.Zola menatap Boris, mengira pria itu ingin mengatakan sesuatu lagi. Jadi dia menatap Boris dalam diam. Kata-kata Boris barusan membuat Zola merasa hatinya seperti dicengkeram dengan erat hingga membuatnya sulit bernapas.Namun, beberapa saat berlalu. Boris tak kunjung bicara. Zola menatapnya dengan bingung dan berkata, “Mau ngomong apa ngomong saja.”Sikap Boris melembut, tidak sekeras tadi. Dia menatap Zola sambil berpikir keras. Kemudian, dia menanyakan keraguan yang selalu Boris sembunyikan di dalam hatinya.“Aku hanya mau tanya satu hal. Katakan padaku, apakah kamu pernah pacaran dengan Mahendra?”Zola mengerutkan kening, tampak semakin bingung. “Boris, sebenarnya apa ya

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 655

    “Oke, aku mengerti.” Boris menjawab dengan serius, seperti seorang murid yang penurut.Guntur jarang melihat reaksi seperti itu dari Boris. Dia spontan tertawa dan berkata, “Baguslah kalau kamu bisa bekerja sama seperti ini. Kakek dan orang tuamu belum tahu. Perlu beritahu mereka?”Boris menatap Guntur dan bertanya balik, “Menurutmu?”Guntur terus tertawa. “Oke, oke, aku mengerti. Kalau begitu aku kerja dulu. Kamu temani Zola. Kalau dia bangun, dia boleh sarapan.”Boris menganggukkan kepala. Guntur pun pergi. Beberapa menit kemudian, Zola membuka matanya dan mendapati dirinya sedang berada di rumah sakit. Dia spontan mengangkat tangannya dan memegang perutnya. Setelah merasakan perutnya yang buncit, dia baru merasa lega.Zola ingat Jeni mengantarnya ke rumah sakit dan dia diperiksa oleh dokter. Namun saat itu, dia benar-benar sudah terlalu lelah. Dokter juga memberinya obat yang boleh diminum ibu hamil. Jadi dia tidur sampai sekarang baru bangun.Zola bangun dan duduk. Begitu duduk, di

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 654

    Boris punya kebiasaan marah ketika dibangunkan dari tidurnya, apalagi kalau dibangunkan secara tiba-tiba. Akan tetapi, sebelum dia bisa melampiaskan kekesalannya, suara yang masuk telinganya langsung membuat matanya terbelalak lebar.“Zola lagi di UGD rumah sakit?” tanya Boris dengan suara serak.“Kamu nggak tahu?”“Kenapa dia ke rumah sakit jam segini?”Boris mengangkat selimutnya dan turun dari tempat tidur. Sambil mengganti pakaian, dia bertanya kepada Guntur dengan wajah serius. Guntur bilang kalau muridnya yang melihat Zola. Zola baring di ranjang pemeriksaan, sepertinya baru selesai diperiksa. Dia masih belum tahu bagaimana situasi jelasnya.Boris tidak banyak bicara. Setelah menjawab singkat, dia langsung menutup telepon. Wajah tampannya tampak tegang. Rahangnya mengeras sampai seolah-olah bisa hancur kapan saja. Dia bahkan tidak sempat memakai sepatu lagi. Dia langsung mengambil kunci dan keluar.Boris mengebut sepanjang jalan. Dia mencoba menghubungi ponsel Zola, tapi Zola tid

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 653

    Manusia sangat mudah membiasakan diri. Begitu sudah terbiasa, manusia bisa saja melupakan semua hal negatif yang pernah dialaminya sebelumnya.“Apakah aku sudah kehilangan diriku sendiri?” tanya Zola kepada Jeni.Jeni memikirkannya dengan serius. “Sayang, kalau kamu sudah mempertanyakan apakah kamu sudah kehilangan dirimu sendiri, menurutku kamu benar-benar perlu merenungkan diri dulu.”Karena kata-kata Jeni barusan, Zola pun jadi berpikir keras. Benar, dia bahkan sudah mempertanyakan dirinya sendiri. Apa yang akan dipikirkan orang lain?Zola bangun dan duduk di sofa, lalu berkata dengan yakin, “Aku percaya aku masih diriku yang dulu. Aku nggak akan kehilangan diri sendiri demi siapa pun.”“Ini baru betul.”Keduanya saling menatap dan tersenyum. Di malam hari, Zola rela mengeluarkan uang mentraktir Jeni makan mie, sebagai penghargaan kepada Jeni karena telah memberinya pencerahan dan semangat. Saat itu, Jeni merasa sangat kesal. Ingin rasanya memarahi Zola.Zola justru berkata, “Maklum

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status