All Chapters of Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial: Chapter 41 - Chapter 50

113 Chapters

Bab 41: Semester Baru

Semester baru akhirnya dimulai, semester tujuh, menjelang wisuda. Kesibukan Mentari meningkat. Selain harus mengikuti beberapa mata kuliah terakhir, dia juga harus mulai menyusun skripsi. Hal yang paling dinantikannya sekaligus paling dihindarinya. Mentari menantinya karena itu menunjukkan bahwa sebentar lagi dia akan diwisuda. Dihindarinya sebab menurut para senior, skripsi adalah bagian paling sulit ketika kuliah.Pendapat para senior tidak salah. Mentari mengalaminya sekarang. Banyak waktu yang dia habiskan di perpustakaan kampus, seperti yang sudah diduganya saat mulai berkuliah. Bedanya, sekarang dia sendirian. Namun dia menikmatinya.Dia berusaha fokus pada tujuannya, yaitu memberikan kehidupan yang layak bagi Feliz dengan berhasil wisuda dan bekerja di perusahaan besar.. Tapi, halangan dan godaan untuk menyerah terkadang menghampirinya.Skripsi begitu menguras tenaga dan pikirannya. Dia akan lebih memilih mengurus Feliz sehari semalam penuh daripada mencari materi dan referensi
last updateLast Updated : 2024-05-23
Read more

Bab 42: Mabuk

Malam semakin larut, namun Mentari masih duduk di depan meja di kamarnya. Makalah dan dua buku terbuka lebar di bawah tangan Mentari, sementara jari-jarinya mengetik di laptop. Pencariannya lewat internet tidak membuahkan hasil yang memuaskan, beberapa materi tidak ditemukannya, maka buku-buku dari perpustakaan berpindah sementara ke kamarnya.Rasa kantuk telah menggodanya sejak sejam yang lalu, namun Mentari tidak mengikutinya. Jika dia tidur sekarang, semua yang hinggap di otaknya saat ini akan menguap begitu saja besok pagi.Ponsel Mentari di atas ranjang berbunyi. Dia segera menyambarnya dan mematikannya. Bunyi deringnya bisa membangunkan Feliz yang sudah terlelap. Mentari memeriksa panggilan masuk: Argan. Ponselnya kembali berbunyi. Dia mengangkatnya."Tari, bukakan pintu. Aku di depan," pinta Argan dengan suara parau.Mentari melirik jam di ponselnya, 12.35. Dia keluar dan membukakan pintu bagi Argan.Argan masuk melewati Mentari yang masih berdiri memegangi pintu. Aroma yang ja
last updateLast Updated : 2024-05-24
Read more

Bab 43: Pertengkaran Kecil

Tak terasa, Feliz hampir berumur satu tahun. Sekarang dia pintar mengucapkan kata 'mama'. Mentari tak henti memaksanya memanggilnya 'mama'. Saat Feliz haus, Mentari memintanya untuk memanggil 'mama' dulu baru dia akan menyusuinya. Begitupun saat menyuapinya makan, Mentari akan memintanya memanggil 'mama' dahulu baru disuapi.Mentari begitu gembira, karena kata pertama yang diucapkan anaknya adalah 'mama' bukan 'papa. Dia pernah melihat beberapa video Tiktok di mana para bayi lebih cenderung mengucapkan kata 'papa' terlebih dahulu daripada 'mama'."Ah!" jerit Mentari saat Feliz tak sengaja mencubit paha Mentari kala dia mencoba berdiri. Selain bicara, dia juga sudah pintar merangkak dan berdiri, namun belum bisa melangkah."Om Argan!" teriak Winar yang sedang memainkan mobil-mobilan di lantai dekat pintu. Argan yang baru datang, hampir menginjak salah satu mobil Winar."Om, awas! Nanti mobil polisi Winar rusak." Winar memegangi kaki Argan yang masih berada tepat di samping mobil-mobila
last updateLast Updated : 2024-05-24
Read more

Bab 44: Ulang Tahun

Mentari tak berhenti mondar-mandir dari ruang tamu ke dapur dan ke kamarnya. Para tamu mulai berdatangan, tapi masih saja ada sesuatu yang belum lengkap. Makanan tanpa sendok, bingkisan anak kurang, maupun kue ulang tahun yang tidak memiliki lilin.Hari ini ulang tahun Feliz. Tidak ada pesta seperti yang diselenggarakan para orang tua lainnya. Tidak ada dekorasi penuh balon dan segala pernak-perniknya. Tidak ada pembawa acara, tidak ada badut, tidak ada topi kerucut maupun permainan.Dengan dukungan ibu, kakak dan kakak iparnya, Mentari mengadakan acara syukuran kecil untuk Feliz sore itu. TIdak ada undangan yang disebarkan. Secara lisan dia mengundang beberapa tetangga dekatnya maupun keluarga besarnya, termasuk keluarga Argan.Feliz menggunakan sepasang baju baru yang dihadiahkan Cahya, dipadu sepatu baru hadiah Gempita. Mereka memberikannya terlebih dahulu untuk dipakai di hari ulang tahun Feliz, jadi Mentari tidak perlu mengeluarkan uang untuk membeli pakaian baru bagi Feliz.Tamu
last updateLast Updated : 2024-05-24
Read more

Bab 45: Status Media Sosial

Badan Mentari seperti remuk besok paginya. Dia sangat kelelahan, ingin menempel di ranjang saja. Namun, tidak bisa, perutnya lapar."Tari, ayo makan," ajak ibu sambil meletakkan piring makanan terakhir di atas meja.Makanan sisa dari acara kemarin telah dihangatkan ibu. Karena terlambat bangun, Mentari tidak sempat membantu ibunya pagi ini."Feliz masih tidur?""Iya, Bu. Sepertinya dia juga kelelahan. Semalam dia terbangun sekali, tapi langsung terlelap setelah menyusui."Aroma makanan yang menguar memenuhi dapur sekaligus ruang makan, semakin membangkitkan rasa lapar Mentari. Perutnya bereaksi mengeluarkan bunyi bergejolak keras. Kemarin dia sore hingga malam dia hanya mencicipi sedikit makanan di piring Gempita untuk mengisi perutnya."Sebentar, Bu. Aku ambil Feliz dulu." Mentari hendak berbalik, namun ditahan ibu."Jangan, biar Ibu saja yang menjaganya di sana. Kalau dibangunkan tiba-tiba, nanti dia marah.""TIdak, Bu, Feliz tidak akan marah. Lagipula Argan masih tidur di kamar, ap
last updateLast Updated : 2024-05-24
Read more

Bab 46: Melamar Kerja

'Tari, selamat ya. Akhirnya kamu juga bisa meninggalkan kampus keramat itu.'Pesan masuk Gempita membuat ponsel Mentari yang berada di tasnya bergetar. Hari ini merupakan hari wisudanya. Setelah empat tahun berjuang, ditambah setahun cuti, Mentari pun mengikuti jejak Gempita."Sayang, selamat buatmu." Ibu mendekap Mentari erat, bangga dengan kelulusannya yang bisa dianggap tepat waktu.Cahya dan suaminya pun hadir bersama Winar yang tidak berhenti berlarian mengitari aula kampus yang berdesakan dengan para wisudawan dan keluarganya. Feliz yang bersandar di bahu ibu, tampak lelah. Prosesi wisuda yang panjang dan lama telah menguras tenaganya. Seharusnya ini waktu Feliz tidur siang.Pesan Gempita dibaca Mentari saat dia telah berada di rumah sore harinya. Meskipun Gempita disibukkan oleh pekerjaannya, dia masih ingat dengan hari wisuda Mentari, bahkan memberikan ucapan selamat. Mentari sangat menghargainya.'Terima kasih, sahabatku. Statusku juga akan segera berubah menjadi karyawan se
last updateLast Updated : 2024-05-25
Read more

Bab 47: Pengangguran

Hidup tidak berjalan sesuai rencana dan harapan Mentari. Lamaran yang telah dikirimkannya tidak mendapat balasan.Seminggu kemudian, dia mengirim lamaran lain lagi pada lima perusahaan dengan lingkup yang lebih luas. Namun tetap tidak mendapat respon positif. Beberapa menjawab bahwa mereka sedang tidak membuka lowongan saat ini, sementara sisanya sama sekali tidak memberikan informasi apapun, yang diartikan Mentari sebagai 'ditolak'.Tidak menyerah, dia mengirimkan beberapa lamaran lagi pada perusahaan yang lokasinya semakin jauh dari tempat tinggalnya. Berdasarkan kalkulasinya, dia masih sanggup pulang-pergi dengan jarak perjalanan selama satu jam. Beberapa minggu berlalu tanpa hasil. Kini, sudah dua bulan sejak dia meninggalkan status mahasiswa dan masih berstatus pengangguran. Mimpinya untuk bekerja di perusahaan konsultan keuangan besar perlahan sirna. Dia telah mengirimkan lamaran pada perusahaan-perusahaan kecil yang bisa dijadikannya batu loncatan, namun hasilnya nihil."Sabar
last updateLast Updated : 2024-05-25
Read more

Bab 48: Mulai Bekerja

"Tari, bagaimana perkembangan lamaran pekerjaan kamu?" tanya Feri, suami Cahya saat makan malam."Belum ada kabar dari perusahaan-perusahaan yang terakhir aku kirimi lamaran, Kak," jawab Mentari lesu.Feri berhenti menyuap dan bicara menatap Mentari, "Saudara teman kantorku sedang membutuhkan staf administrasi. Memang hanya sebuah toko elektronik kecil, tapi lumayan untuk mengisi waktu sembari kamu menunggu pekerjaan lain.""Admin apa, Kak?" tanya Mentari tidak bersemangat."Admin umum. Tugasnya seputar pengelolaan dokumen dan stok barang toko, termasuk keuangan juga."Mentari menimbang lalu menjawab, "Boleh juga, Kak.""Oke. Besok aku beritahu temanku, nanti aku kabari kamu lagi bagaimana selanjutnya."Imajinasi Mentari melayang pada sebuah toko kecil dengan sebuah meja di pojok toko di mana dia akan bekerja.'Admin. Ini bukan yang aku inginkan,' batinnya."Boleh juga, Tari, daripada kamu seharian di rumah saja ga ada yang dikerjakan," ucap Cahya sambil menambahkan nasi ke piring Fer
last updateLast Updated : 2024-05-26
Read more

Bab 49: Kembali Menganggur

Tiga hari. Itulah waktu yang diperlukan Mentari untuk bertahan di toko elektronik Pak Herman.Dalam perjalanan menuju toko pada hari pertama, dia berpikir mungkin itu adalah awal yang baik, meskipun tidak sesuai harapannya. Setidaknya dia tidak lagi menjadi seorang pengangguran.Namun di hari yang sama, dalam perjalanan pulang, dia berpikir itu bukanlah awal yang baik.Cara Bu Herman mengajarkan tugas yang harus dikerjakan Mentari, lebih seperti pada 'Coba kamu kerjakan sendiri."Dia memberikan Mentari sebuah dokumen dan menyuruhnya membuat laporan penjualan berdasarkan isi dokumen itu. Namun, dia tidak memberitahu bagaimana harus melakukannya."Kamu lulusan universitas, tidak perlu lagi saya mengajarkan bagaimana membuat laporan. Kerjakan dan serahkan secepatnya," perintahnya.Setelah Mentari menyelesaikan laporan berdasarkan pemahamannya, Bu Herman akan mencercanya dengan kata-kata yang tidak pernah didengarnya keluar dari mulut ibunya sendiri.Hal seperti itu terus berulang sepanja
last updateLast Updated : 2024-05-26
Read more

Bab 50: Mencoba

"Kak, apa lagi makanan yang pasti laku untuk dijual dari rumah?" tanya Mentari pada Cahya saat sedang menyiapkan makan malam.Cahya menatapnya, "Kenapa? Kamu mau berjualan?""Iya, daripada menunggu pekerjaan yang belum pasti.""Memangnya kamu bisa masak?" cibir Cahya tertawa.Penuh percaya diri, Mentari menjawab, "Kalau tidak dicoba, mana aku tahu.""Masak nasi saja ga bisa, bagaimana yang lainnya?" ledek Cahya lagi."Rujak tidak perlu dimasak."Suara tinggi Cahya memenuhi dapur, "Enak saja! Itu mata pencaharianku. Bagaimana mungkin serumah berjualan menu yang sama?""Bukan begitu maksudku," elak Mentari, "Ada makanan lain yang tidak perlu dimasak, kan? Seperti salad buah."Kepalan tangan Cahya mengetok kepala Mentari lembut, "Kalau mempunyai jawabannya, kenapa harus bertanya pada kakakmu ini?""Aku minta pendapat Kakak. Kira-kira salah bisa laku ga?""Mungkin bisa kalau kamu menjualnya secara online juga. Bisa dipasarkan di Facebook dan Whatsapp. Dicoba saja dulu.""Kalau jus dan es?
last updateLast Updated : 2024-05-26
Read more
PREV
1
...
34567
...
12
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status