Semua Bab Jadi Pelayan saat Tinggal Bersama Ipar: Bab 41 - Bab 50

68 Bab

Bab 41

“Bu Una tolong saya, itu suami saya sama Silvi ribut di rumah. Tolong pisahin Bu. Takut suami saya khilaf mukulin Silvi,” teriak Bu Tuti di rumah tetangganya.Bu Una yang baru saja bangun dari tidurnya pun masih mencoba untuk mengumpulkan kesadarannya. Apa lagi Bu Tuti yang panik dan sedikit tidak tahu diri ini asal masuk saja ke dalam rumah.Sontak saja Bu Una dan suaminya yang tengah tertidur di ruang keluarga cukup terkejut.“Ibu kok sudah di sini saja?”“Ya habisnya saya tadi ketuk-ketuk enggak ada yang nyahut!”tanpa peduli dengan apa yang terjadi dengan tetangganya Pak Budi yang baru saja mendapatkan kesadarannya kembali tampak mendecak kesal. Sepertinya Bu Tuti juga menyadari hal itu. Apa lagi saat Pak Budi bangkit dan malah pergi ke kamarnya dengan wajah yang tampak marah. Lagi pula siapa yang tidak akan terganggu jika ada orang yang langsung masuk ke rumah tanpa permisi. Mungkin bagi Bu Tuti hal
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-17
Baca selengkapnya

Bab 42

“Mas apa sih maksudnya? Jangan bercanda ya. Aku enggak suka kamu permainkan masalah talak. Apa lagi di depan banyak orang begini,” ucap Silvi yang masih menyangkal kenyataan yang ada di hadapannya.“Aku enggak lagi bercanda. Memang kamu lihat aku ketawa di sini?” tanya Gani dengan sorot mata penuh amarah.Ia selama ini sudah sabar dengan tingkah istrinya, bahkan jika ia harus bekerja lebih keras demi melunasi hutang-hutangnya yang menggunung Gani masih memiliki keyakinan jika istrinya bisa berubah. Apa lagi yang ia tahu selama ini hubungannya dengan ibu dan bapaknya cukup baik jadi ia pikir Silvi juga pasti akan bisa benar-benar berubah. Namun, apa yang ia lihat hari ini benar-benar menyangkal semua keyakinannya. Ia tak hanya gagal jadi istri dan ibu, sebagai anak ia juga layak dikatakan durhaka.“Mas aku enggak mau diceraikan, kita bisa kok bicarakan ini baik-baik.”“Kenapa kamu bisa bicara baik-baik
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-18
Baca selengkapnya

Bab 43

“Ayo diminum dulu Mas, seadanya ya!” ucap Mayra sembari meletakan jamuannya di meja.“Makasih May,” ucap Romi sembari mengusap lembut pergelangan tanganya, sementara Mayra hanya tersenyum saja.“May sini duduk dulu!” panggil Romi.Saat itu Mayra yang hendak kembali ke dapur pun mengurungkan niatnya.“Bukannya lagi bahas kerjaan? Memangnya enggak apa-apa kalau aku di sini?” tanya Mayra yang merasa tidak enak sendiri.“Enggak kok, Oh iya bisa ‘kan Mas ikut ke Bandung?” tanya Romi.“Bisa banget Rom, saya memang butuh pekerjaan kok.”“Padahal saya sangat berharap Mas bisa ikut saya terus. Banyak konsumen yang puas sama hasil kerja Mas Gani.”“Kamu ini bisa saja. Saya enggak sepintar itu kok, kamu ini terlalu berlebihan.”“Memang benar kok Mas, jadi nanti rencananya kami mau berangkat besok. Mas mau ikut sama kami apa enggak?”“Jadi kamu ke sananya sama Mayra?” tanya Gani yang sedikit bingung.Ia jadi ikut penasaran dengan apa yang sebenarnya Romi rencanakan.“Iya, Mas. Mumpung Rehan juga b
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-20
Baca selengkapnya

Bab 44

Saat itu May yang bingung harus melakukan apa hanya menatap Romi sambil tersenyum canggung. “Bohong, ya?” tanya May yang terlihat seperti orang ketakutan.“Dosa, baru juga idul fitri malah bohongin istri.”“Dalam rangka apa?”“Kan tadi sudah bilang Sayang, Abang mau kasih ini sebagai hadiah hari jadi pernikahan kita.”May malah menggeleng.“Jangan bikin aku terbang Bang, kemarin memangnya masih enggak cukup sudah kasih emas puluhan juta. Nanti kalau keluarga Abang tahu pasti mereka enggak akan tinggal diam. Sudah pasti aku dituduh macam-macam.”“Mereka mau ngomong apa pun biarkan saja. Selama kamu enggak salah kenapa harus takut? Ada Abang yang belain kamu, tenang saja.”Saat itu bukannya merasa senang Mayra malah menatap wajah suaminya dengan bibir yang sedikit maju.“Loh, kenapa kamu enggak suka dikasih kontrakan?”“Bukan enggak suka, tapi aku suka banget, hiks.”Melihat Mayra yang menangis di hadapannya sontak saja Romi langsung merangkulnya. Ia mencoba menepuk-nepuk pundak istrin
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-22
Baca selengkapnya

Bab 45

“Abang mana bisa sih jauh-jauh dari kamu?”“Gombal ih, sudah mau punya anak dua juga. Masih saja kayak anak muda. Lagi panik ini tuh!” ucap Mayra sambil mengusap dadanya perlahan.Lagi pula istri mana yang tidak akan berasumsi macam-macam jika suaminya mengatakan kalimat seperti itu. Lihat saja sekarang May malah memegangi kening, lantas beralih pada leher Romi. “Enggak anget kok,” ucapnya.“Ya memang Abang enggak demam. Orang sehat walafiat gini dipegang-pegang. Adek kayaknya alasan doang, bilang aja cuma mau pegang-pegang Abang! Iya, ‘kan?”Mayra pun langsung menarik lengannya di leher Romi. Sayangnya, hal itu lebih dulu ditahan oleh Romo. Jadilah Mayra hanya bisa pasrah ketika suaminya mengambil lengannya lantas mulai mengusapnya perlahan.“Abang ini ‘kan cuma bicara kemungkinan. Umur manusia ‘kan enggak ada yang tahu, Sayang. Bukan berarti Abang mau pergi.”Sepertinya Mayra masih tidak percaya pada suaminya, lihat saja caran
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-23
Baca selengkapnya

Bab 46

 “Abang seyakin itu sama aku?” tanya May.Kali ini ia juga menatap dalam ke mata Romi.“Ya, kenapa enggak?”“Bagaimana kalau suatu hari aku mengkhianati Abang dan malah kabur sama laki-laki lain, yakin Abang enggak akan nyesel?”“Abang sudah biasa dikhinati.”“Ya Allah sedih banget jawabannya.”“Aku yakin kamu enggak akan melakukan itu.”“Seyakin apa?”“Seyakin air laut yang menguap menjadi hujan, lantas pada akhirnya akan kembali lagi ke tempat asalnya.”Mendengar perumpamaan yang sangat indah dari mulut suaminya, May juga hanya bisa terdiam. Ia tidak tahu di dunia ini akan ada orang yang menyayanginya seyakin itu, setelah kedua orang tuanya yang telah pulang lebih dahulu. “Abang, makasih banyak ya. Aku masih enggak nyangka salah satu dari doa-doaku bakal dikabulkan secepat ini.”&
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-24
Baca selengkapnya

Bab 47

“Pak tolong jangan pergi, Ibu juga enggak tahu harus bagaimana ngomongin Silvi. Ibu cuma takut kalau kita orang tuanya ikut menyalahkan keadaannya, malah bikin dia tambah stress.”“Kalau dia enggak stress pun aku duluan yang stress,” ucap Pak Erik yang memutuskan pergi begitu saja. Entah mau ke mana. Ia sendiri tak punya tujuan yang pasti. Hanya saja dari pada terus berdiam di rumah dengan Silvi yang sulit sekali dinasehati lebih baik meninggalkannya.Bu Tuti ingin sekali menahan suaminya, sayangnya ia juga paham betul jika tekadnya sudah bulat tidak akan ada yang bisa menahan kepergian Pak Erik. Namun, pilihannya juga sulit. Ia sangat menyayangi Silvi, meskipun dalam hati ia juga merasa jika yang Silvi lakukan bukanlah sesuatu yang dibenarkan. Sekarang ia hanya bisa menatap punggung suaminya yang semakin menjauh, lantas menghilang di balik persimpangan. Entah akan seperti apa hidupnya tanpa suami, apa lagi selama ini ia selalu meng
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-25
Baca selengkapnya

Bab 48

“Jadi Ibu lebih takut jadi janda dari pada ngasih tempat tinggal buat aku? Bu, aku ini anakmu loh. Seandainya Ibu enggak lahirkan aku, mana mungkin aku ada di dunia ini.”“Lancang banget kamu Silvi. Kamu memang anak Ibu, tapi semua ini enggak terjadi begitu saja. Ada sebab dan akibat, enggak mungkin kamu ditinggalkan begitu saja kalau enggak buat kesalahan yang fatal. Sekarang lihat, sekedar mempertahankan anakmu yang masih kecil saja kamu enggak ada kemauan. Ibu itu kecewa sama kamu. Sebagai Ibu kenapa kamu enggak punya rasa keibuan sama sekali, kalau kamu menuntut Ibu untuk tanggung jawab, tentu saja Ibu juga bisa nuntut kamu berlaku yang sama. Sekarang, bisa enggak kamu kembalikan Yora?”Saat itu Silvi hanya mampu terdiam ia tidak tahu kalau kalimatnya akan dengan mudah dibalikkan Bu Tuti.“Ibu bener-bener berubah, hiks.”“Jangan gunakan tangisan kamu buat mengelak kenyataan kalau dalam hal ini kamulah yang sal
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-26
Baca selengkapnya

Bab 49

“Abang kenapa sih, senyam-senyum terus? Aneh banget,” tanya Mayra yang sejak tadi rupanya terus memperhatikan gerak-gerik suaminya.“Biasalah orang aneh.”Romi bahkan tampak begitu santai, entah kenapa kali ini ia lebih peduli pada Gani, kakak iparnya dari pada kakak kandungnya sendiri. Bukan apa-apa selama ini ia sudah banyak sekali membantu setiap kesulitan Silvi, tetapi seakan tak ada ujungnya bantuan itu hanya menjadi angin lalu saja bagi wanita itu. Lihat saja bagaimana bantuannya bukan menjadikan hutang-hutang kakaknya menjadi berkurang, yang ada justru sebaliknya hutang itu malah bertambah banyak.“Bukan selingkuhan ‘kan?” bisik Mayra sembari menyipitkan matanya.Namun, bukannya marah karena istrinya mencurigai hal yang tidak ia lakukan, Romi justru kembali terkekeh.“Apa?” katanya sambil terus tertawa kecil.Ini momen langka bagi Romi, mengingat Mayra sangat jarang menunjukkan ras
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-27
Baca selengkapnya

Bab 50

“Mas aku saja baru datang dari warung. Mana sempat ke kamar dulu,” ucap Laila.Ilham mendadak mengerutkan keningnya, lantas kemudian ia meminta Laila agar segera memeriksa ke kamar. Khawatir jika ada barang-barang yang hilang. Tanpa banyak berpikir Laila pun langsung memeriksa lemari tempat ia menyimpan perhiasan. Sebagian memang ia pakai, tetapi untuk gelang dan kalung yang gramnya cukup besar ia sengaja menyimpannya dan baru dikeluarkan saat ada acara besar saja. Rupanya dugaannya tak meleset kalung dan gelang miliknya raib.“Ya Allah Abang, kalung sama gelang besar aku enggak ada!”Laila yang panik pun lantas berteriak dan mulai menangis histeris.“Coba kamu cari dulu yang bener, jangan nangis! Barangkali saja keselip!” pinta Ilham.Tak hanya itu, ia juga turut mencari perhiasan milik istrinya. Sayangnya, nihil. Hanya tersisa kotak perhiasannya saja tanpa isi.“Aku sudah cari kok, hiks. Memang eng
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-28
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status