All Chapters of Jadi Pelayan saat Tinggal Bersama Ipar: Chapter 11 - Chapter 20

68 Chapters

Bab 11

“Bunda kita mau ke mana?” tanya Rehan.Ya Tuhan aku bakal tidak berpikir jauh, anakku pasti merasa bingung dengan kepergianku secara mendadak ini. Sudah pasti ia akan bertanya-tanya. Maafkan Bunda yang egois Nak, Bunda bukan bermaksud menjauhkan dari ayahmu. Hanya saja jika kita memutuskan untuk tetap tinggal di rumah itu, kita hanya akan terus sakit hati.Ayahmu selalu saja mengutamakan keluarganya di atas segalanya. Bahkan tega mengabaikan kita yang seharusnya menjadi prioritas.“Kita mau tinggal di rumah baru Sayang, ini sebentar lagi sampai kok.”“Tapi, kenapa harus pindah Bun? Itu ‘kan rumah Rehan.”“Iya Sayang, hm Bunda lagi pengen nyari suasana baru aja.”“Nanti kita ke sini balik lagi ke rumah enggak Bun, ‘kan ayah masih ketinggalan? Emangnya ayah enggak diajak ke rumah baru?”“Ayah kayaknya masih ada kerjaan Sayang, mungkin nanti ayah bakal nyusul kalau pekerjaannya sudah selesai.”“Kapan ayah nyusul?”
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bab 12

Bahkan tanpa menengok ke belakang aku sudah tahu jika suara itu sudah pasti milik Bang Romi. Entah bagaimana bisa dia tahu keberadaan kami. Aku bahkan tak merasa memberitahunya sama sekali. Sekarang kalau sudah begini jangankan menenangkan diri, sekedar ingin beristirahat dari pekerjaan rumah tangga yang tak pernah ada akhirnya bisa dipastikan tidak akan pernah terjadi.Rehan terus saja mengajak bicara ayahnya, sementara aku hanya mencoba menyibukkan diri dengan ponsel. Rasanya aku juga tidak punya hal yang ingin dibicarakan dengannya. Meskipun aku tahu sejak tadi Bang Romi terus saja mencuri-curi pandang padaku. Sayangnya, Rehan juga tak memberinya kesempatan untuk bisa berbincang denganku. Anak itu terus saja mengajaknya bicara. Syukurlah aku jadi tidak harus bicara dengannya.Cukup lama ayah dan anak itu terus membicarakan hal-hal yang entah. Dari yang penting bahkan sampai hal konyol. Sampai akhirnya aku merasa Bang Romi sudah tak tahan lagi.“Rehan en
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bab 13

“Abang enggak mau ceraikan kamu,” ucap Bang Romi sambil memegangi lenganku.Seolah tubuhnya pun ikut merayu agar aku percaya kalau saat ini lisannya tidak sedang berdusta. Ah sayangnya, sikapmu memang selalu manis, tetapi kenyataannya tidak begitu.“Kalau begitu aku yang gugat,” ucapku dengan yakin.Memang tak ada nada yang meletup-letup saat mengucapkan hal itu. Bagaimana bisa aku punya semnagat untuk bicara dengan nada yang begitu emosional, kalau hasratku untuk bertahan hidup saja seakan memudar setiap hari. Aku bahkan harus memupuknya dengan kalimat-kalimat tasbih yang tak henti-hentinya aku lantunkan. Aku tahu, sekarang ada Rehan. Jika aku saja menyerah ini pada kehidupan, lalu bagaimana dengan hidup Rehan tanpa bundanya?“May.”“Bang aku capek, beneran capek banget ngurusin keluarga Abang yang enggak ada selesai-selesainya. Boleh ya, aku istirahat dulu. Lagi pula aku merasa lebih baik kalau hidup send
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bab 14

PoV Romi.Aku tidak pernah tahu kalau Mayra akan senekat itu. Ia yang memilih tinggal di kontrakan kecil bahkan tidur hanya dengan beralaskan karpet using yang tipis. Benar-benar membuatku tak habis pikir, kenapa ia memilih menderita di sana dari pada tinggal di rumah yang jauh lebih nyaman. Ia bilang lebih tenang tinggal di tempat seperti itu dari pada di rumah.Aku tahu rumah itu memang dihuni oleh anggota keluargaku yang lain, tetapi aku juga tidak bermaksud menjadikan Mayra pelayan di rumah kami. Aku tidak menyangka kalau kelakuan adik dan kakakku akan semalas itu. Baru seharian rumah ditinggal Mayra keadaannya begitu kacau. Malam di mana Mayra pergi keadaan benar-benar tak terkendali. Semua orang menyalahkanku yang tak bisa mendidik istri. Sehingga ia begitu lancang.Aku sendiri terkejut akan sikap Mayra yang biasanya lembut, kini mendadak senekat itu. Ia pergi begitu saja dengan keadaan emosi yang masih menggebu-gebu. Semua orang menahanku malam itu. Andai
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bab 15

 “Mbak ngadu ke ibu sama bapak?” tanyaku. “Aku enggak ngadu. Cuma kasih tau aja, biar mereka bisa nasehatin anaknya yang udah salah arah.” “Salah arah? Sadar enggak sih, rumah tangga aku hancur gara-gara kalian? Aku bantu kalian di sini, tapi kayak gini balasannya buat aku sama Mayra?”  Entah kenapa Mbak Silvi sama menyebalkannya dengan Laila, untuk apa juga ia mengadukan semua ini pada ibu. Aku pikir ia sudah cukup dewasa untuk menyelesaikan masalah sendiri. Aku hanya ingin mempertahankan rumah tangga, kenapa jadi mereka yang malah begitu alot meninggalkan rumah ini. “Romi, kamu kok begitu ngomong sama Silvi? Dia ini kakak kamu loh! Kenapa enggak ada sopan santunnya sama sekali!” ucap ibuku. Rupanya dia mendengar apa yang baru saja kuutarakan. Di sampingnya juga ada bapak yang menatapku dengan pandangan yang marah
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bab 16

“Kamu ngomong apa sih Romi, jelas-jelas kamu ini anak ibu. Bisa-bisanya kamu ngomong begitu!”Saat itu aku bisa melihat kemarahan yang teramat sangat di wajah ibuku. Hanya saja apalah arti ucapannya jika perilaku mereka mencerminkan hal yang sebaliknya.“Romi jangan keterlaluan ya kamu! Ucapan kamu itu udah nyakitin ibu!”Sekarang Mbak Silvi bahkan ikut angkat suara.“Romi dari tadi bapak diam, tapi sekarang semakin dibiarkan omonganmu ini jadi ke mana-mana. Ibu dan bapak yang merawat kamu dari kecil, jelas kamu ini anak kami. Bisa-bisanya kamu bicara seperti itu? Apa karena wanita itu? Bilang apa dia sama kamu, sampai nuduh kami bukan orang tua kandungmu?”“Aku enggak nuduh, Romi cuma mempertanyakan kenapa sikap Bapak sama Ibu beda banget. Kalian bisa peduli sama Mbak Silvi dan Laila, tapi kenapa enggak sama Romi. Lihat rumah tangga Romi berantakan aja, kalian malah seneng. Ibu sama sekali enggak mau nyega
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bab 17

Terlalu sering membantu rupanya tak selamanya baik. Hal yang paling sering terjadi adalah berkurangnya rasa terima kasih dalam diri mereka, bahkan sebagian orang justru akan merasa yang kita lakukan merupakan kewajiban yang sudah seharusnya mereka dapatkan“Ya, ‘kan kamu yang ngajak ke sini. Wajarlah kalau aku minta uangnya sama kamu.”Sungguh aku hanya bisa menggelengkan kepala, menghadapi tingkah ajaib kakak kandungku ini.“Kenapa kamu beneran enggak mau tanggung jawab?”“Yang Mbak nikahi ini aku atau Mas Gani?”“Nyebelin banget sih kamu Rom. Tahu bakal diusir begini aku enggak mau diajak ke sini.”Mbak Silvi malah mengentakkan kakinya dan kembali menyalahkanku, padahal aku sudah memberikan solusi terbaik agar dia bisa keluar dari rumah mertuanya. Namun, bukannya berterima kasih ia malah meminta hal yang lebih.“Sudah ayo ikut Ibu dulu! Tolong anterin ke rumah dulu, Pak! Bi
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bab 18

Mayra masih saja terdiam. Aku tahu dia tidak mungkin membeli tiket ini hanya untuk liburan. Sudah pasti ia ingin melarikan diri.“Kenapa kamu bohong May, kamu bilang kalau rumahnya kosong mau balik lagi ke rumah, kenapa malah mau melarikan diri?”“Karena aku tahu itu enggak mungkin.”“Siapa bilang mereka udah pergi dari rumah kita. Bisa jadi kamu pingsan sekarang itu buat nyegah kamu melarikan diri.”Saat itu Mayra hanya diam saja, bahkan saat aku merobek 2 tiket untuk penerbangan besok pagi persis di depan wajahnya.“Mau marah?”“Enggak.”“Aku enggak akan biarkan kamu pergi. Aku jamin mereka enggak akan balik lagi.”“Tapi pasti mereka benci aku, apa yang mau Abang lakukan buat bisa bikin mereka enggak benci sama aku? Enggak ada ‘kan? Jadi sudahlah akhiri aja semua ini. Urus saja keluarga Abang, aku yakin mereka lebih butuh kamu.”&
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bab 19

“Ya sewajarnya orang makan nasi aja Bu,” ucapku.Sontak saja Mayra melirik ke arahku sepertinya ia tidak menyangka kalau aku akan berani menjawab pertanyaan ibu, biasanya memang aku tidak pernah mau ambil pusing dengan tuduhan-tuduhan seperti ini yang kerap dilontarkan ibu pada Mayra. Namun, kali ini rasanya aku perlu meluruskan satu hal, agar kedepannya tak lagi terulang.“Ibu enggak nanya sama kamu, tapi sama Mayra.”“Apa yang Bang Romi makan itu juga yang kami makan satu rumah. Biasanya juga aku yang masak buat dimakan bareng-bareng.”“Iya saya tahu, tapi kamu kasih apa? Sampai ada anak yang rela mengusir saudara-saudaranya demi mentingin kamu?”“Maksud Ibu Mayra main dukun gitu?” tanyaku yang sudah gemas.Entah kenapa Ibu ini suka sekali mencari keributan, ada saja yang ia bahas, bahkan pada hal-hal yang tidak masuk akal dan merusak akidah.“Selemah-lemahnya iman sa
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bab 20

PoV 3“Apa lagi sih ini?” keluh Romi usai membaca pesan dari kakak perempuannya.Entah kenapa mereka selalu saja membuat nama Mayra terlihat buruk di mata suaminya, seolah tak kenal lelah padahal sejak awal Romi sudah mengelak tuduhan Silvi sebelumnya.“Ada apa? Kenapa lihat hp nya sampai seperti itu?” tanya Mayra sembari menepuk pundak suaminya.Wanita itu baru saja datang dari warung usai membeli pembersih toilet.“Loh udah datang aja, enggak ada apa-apa kok.”Meskipun berkata tidak, Mayra cukup mengerti kalau suaminya tengah menyembunyikan sesuatu. Lihat saja ia yang terlihat tergesa-gesa memasukkan ponselnya ke saku celana.“Aku dari tadi di sini, tapi Abang enggak dengar aku manggil-manggil.”Ia bahkan harus menepuk pundak Romi, demi membuatnya merespons panggilan Mayra. Entah apa yang terdapat di ponselnya, Mayra juga tidak ingin mencari tahu lebih dalam lagi. Ia hanya tidak
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status