Home / Pernikahan / NIKAH? TAPI BOHONG! / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of NIKAH? TAPI BOHONG!: Chapter 31 - Chapter 40

70 Chapters

31. KAHFI VS SITTA DI MOBIL

Hari Rabu sore, rasanya sama seperti sore di hari-hari biasanya.Awan putih bersih tampak menghiasi angkasa, berdampingan dengan matahari yang bersinar di puncak bagian barat langit. Warna putihnya bercahaya terang benderang. Menyilaukan mata siapa pun yang menatapnya dengan mata terbuka.Dari balik jendela mobil yang tertutup, Sitta melihat dedaunan melambai dari ranting-ranting pohon yang bergerak tertiup angin.Aktifitas penduduk Jakarta memadati tepi jalan raya hampir di setiap sudut kota.Dari mulai pekerja swasta, Ibu rumah tangga, pedagang asongan, pedagang kaki lima, pengamen, dan para pengemis.Tiada yang berubah di sepanjang apa yang dilihatnya.Lalu lalang kendaraan yang memadati jalan raya seolah menambah sesak ruang di hatinya saat ini. Sesak oleh rasa rindu yang membuncah akan perpisahannya dengan Arka.Dua bulan berlalu sejak dirinya dan Arka harus berpisah di Bandara sebelum keberangkatan Arka menuju Bali, kecupan manis bibir Arka di keningnya seolah masih terasa hingg
Read more

32. SIAP DUA PULUH EMPAT JAM

Pertemuan malam ini dengan keluarga Kahfi berlangsung lancar.Seperti biasa, Sitta akan menjadi sosok wanita yang pemalu dan pendiam ketika berhadapan dengan calon ibu dan bapak mertuanya.Penampilannya yang syar'i dengan pulasan make up natural di wajahnya seolah menyempurnakan sandiwara Sitta sejauh ini.Sikap santun, dengan tutur katanya yang sopan dan lemah lembut semakin membuat Laras dan Wisnu terkagum-kagum pada sosok Sitta.Hingga kedua orang tua itu merasa bahwa Sitta lah satu-satunya pasangan yang paling tepat dan cocok untuk Kahfi.Malam itu, meja makan terdengar ramai oleh suara Kalila dan juga Laras yang banyak bercerita, membahas hal-hal seputar kebiasaan Kahfi sejak kecil.Tentang bagaimana nakalnya Kahfi dan segala hal tentang Kahfi yang tentunya belum diketahui oleh Sitta selama ini."Kalau Ummi sama Kalila terus-terusan jelek-jelekin Kahfi di depan Sitta, bisa-bisa setelah ini Sitta langsung membatalkan rencananya untuk menikah sama Kahfi deh," ucap Kahfi di tengah h
Read more

33. PEMBUNUHAN

Butuh kekuatan hati yang besar bagi Ranti untuk bisa kembali menapaki kaki di Bandung.Kota Kembang yang menyimpan beribu kenangan manis, juga pahit dalam hidupnya. Kota kelahiran Ranti yang menjadi saksi di mana kisah cintanya bersama Aidil dulu bersemi.Hari ini, Ranti berpamitan untuk pergi bertemu teman lama pada Sitta, dia terpaksa berbohong karena Ranti yang memang tak mau Sitta mengetahui kemana dirinya pergi.Ya, Ranti pergi ke Bandung hari ini, untuk menemui Azzam, sang kakak ipar yang tengah menjalani hukuman pidana di lapas kota Bandung.Azzam didakwa atas kasus pembunuhan terhadap istrinya sendiri, Zarina, dan harus menghabiskan hampir setengah masa hidupnya di balik jeruji besi."Lusa nanti, Sitta menikah," ucap Ranti di ruang besuk tahanan, saat dirinya sudah duduk berhadapan dengan Azzam.Tak ada perubahan yang signifikan dari diri Azzam bahkan setelah mereka tak bertemu belasan tahun lamanya.Azzam tetap menjelma menjadi sosok lelaki gagah dengan wajah tirusnya yang ta
Read more

34. BERTEMU MANTAN SAHABAT

Ini adalah hari terakhir Kahfi masuk kantor, karena lusa nanti dirinya dan Sitta akan melangsungkan pernikahan di sebuah masjid yang tak jauh dari kediaman Sitta.Sore ini sepulang dirinya ngantor, Kahfi berencana untuk pergi ke gym, karena dirinya sudah cukup lama tidak berolahraga.Tadi, Kahfi sempat mengajak kakak sepupunya, Fahri, namun Fahri bilang dia tidak bisa karena harus menjemput anak dan istrinya ke Bandara.Fahri dan keluarganya akan kembali menetap di Jakarta selama satu minggu ke depan untuk menghadiri acara besar keluarga mereka, yakni pernikahan Kahfi.Menutup laptopnya begitu pekerjaannya selesai, Kahfi pun langsung bergegas dari ruang kerjanya untuk pergi ke Gym.Setelah mengambil tas olahraganya, Kahfi mulai meninggalkan ruang kerjanya.Ponsel Kahfi berdering saat lelaki itu baru saja memasuki lift menuju basement."Halo, ya, ada apa, Ta?" tanya Kahfi menjawab panggilan Sitta."Lo di mana, Fi?" tanya Sitta di seberang."Masih di kantor, baru mau balik, tapi mau nge
Read more

35. DAFTAR KONTAK YANG TERSIMPAN

Seorang wanita di depan cermin itu tampak anggun dengan pakaian syar'inya.Gamis warna apa pun yang dia kenakan pasti akan melekat pas dengan tubuh ramping semampainya. Warna kulitnya yang putih cerah membuat sapuan merah blash on di pipinya terlihat semakin merona.Menarik koper berukuran sedangnya, wanita itu keluar dari kamarnya yang super mewah."Nona, mau kemana?" tanya seorang wanita lain yang usianya jauh lebih tua dari si wanita berpakaian gamis tadi. Wanita itu berpakaian layaknya seorang pekerja kantoran, dengan rambutnya yang tersanggul rapi."Saya kan sudah bilang, kalau hari ini saya mau berangkat ke Jakarta. Besok, Sitta mau menikah, masa saya tidak hadir?""Tapi, kan, Nona--""Kenapa lagi, Mba Tia?""Bukankah, Nyonya Ranti tidak mengundang Nona?" ucap wanita bernama Tia yang merupakan asisten pribadi yang selama ini mengurus semua urusan bisnis peninggalan Zarina, sebelum akhirnya diambil alih oleh sang pewaris utama yakni, Bulan."Ibu memang tidak mengundang saya, tapi
Read more

36. KENANGAN MASA LALU

Setelah kemarin dirinya mendapati sebuah pesan masuk baru dari nomor asing yang mengaku bernama Nanda, hingga hari ini Kahfi mengetahui fakta bahwa nomor baru tersebut, sama dengan nomor yang telah membocorkan alamat apartemen pribadi yang Kahfi miliki pada Laras, sang Ibunda, Kahfi belum mendapat pesan balasan apa pun atas pesan yang dikirimnya kemarin ke nomor tersebut.Merasa begitu penasaran, di dalam kamar, Kahfi terus mencoba menghubungi nomor tersebut sepulangnya dia dari toko seserahan tadi.Waktu saat itu sudah menunjukkan pukul dua siang, dan itu artinya Kahfi sudah menghabiskan waktu dua jam lebih usai dia menunaikan Shalat Zuhur tadi, hanya untuk berkutat dengan satu nomor misterius tersebut.Merasa kesal karena nomor itu yang tak kunjung aktif, Kahfi pun melempar ponselnya ke tempat tidur.Dia merebahkan diri di ranjang, masih dengan kain sarung dan peci yang dia kenakan.Menatap langit-langit kamarnya yang bernuansa putih gading, pikiran Kahfi lantas mengembara tak tentu
Read more

37. UNGKAPAN PERASAAN

Sejak sore tadi, saat Bulan yang tiba-tiba menghubunginya dan memberitahu Sitta bahwa kini Bulan sudah ada di Jakarta, menginap di salah satu hotel mewah di pusat Jakarta, Sitta yang merasa tak sabar ingin bertemu sang kakak, terus mencari cara yang tepat untuknya bisa pergi keluar dari rumahnya.Pasalnya, sang ibu Ranti, benar-benar tak mengizinkan Sitta keluar hari ini, bahkan hanya sekadar untuk membeli cemilan ke warung."Besok hari pernikahanmu, banyak kejadian buruk calon pengantin celaka karena keluar rumah di waktu mendekati hari pernikahannya."Begitulah kurang lebihnya ucapan Ranti pada Sitta yang membuat Sitta jadi kelabakan sendiri.Dia benar-benar ingin sekali keluar agar bisa bertemu dengan sang Kakak, Bulan, hari ini juga. Dan sialnya, setelah Sitta bulak-balik naik turun tangga mengawasi situasi, ibundanya yang memang sibuk hari ini terus saja stand by di toko laundrynya seharian.Alhasil, hingga malam tiba, Sitta tak juga menemukan cara untuk bisa kabur dari rumahnya.
Read more

38. BULAN = NANDA

Hujan yang mengguyur kota Jakarta malam ini cukup deras.Sesampainya Sitta di resto yang dia tuju, hujan tak kunjung berhenti juga."Lo ada payung nggak, Ndi?" tanya Sitta begitu Andi selesai memarkirkan mobil."Ada nih satu, lo pakai aja gih duluan, gue mau beli rokok dulu, Ta," kata Andi saat itu."Lah, kalau gue pakai payung ini ke resto, lo pakai apa beli rokok?""Ada jas ujan nih, gampanglah gue mah. Udah lo masuk duluan sana, pesenin gue makanan yang enak ya?""Ah, otak lo emang nggak jauh-jauh dari makanan," ejek Sitta yang kemudian keluar dari mobil dan menggunakan payung milik Andi menuju resto.Setengah berlari, Sitta menerjang hujan.Sesampainya di resto, Sitta menguncupkan kembali payungnya dengan tatapan yang menyisir area resto, hingga akhirnya dia pun menemukan keberadaan Bulan sang Kakak yang duduk tepat di tengah-tengah resto khas korea itu.Kak Bulan sama siapa?Lelaki?Pacarnya kah?Terka Sitta yang hanya bisa menduga-duga saat melihat adanya sosok lain yang duduk m
Read more

39. SEBUAH PERMOHONAN

Malam itu, Kahfi tidak benar-benar pulang.Dia menunggu di dalam mobil yang terparkir di lahan parkir resto.Sebelum dia bisa bicara empat mata dengan Bulan malam ini, Kahfi tidak akan pulang. Dia harus mendapat jawaban itu sekarang sebelum hari pernikahannya dengan Sitta berlangsung esok hari.Entah kenapa, semua menjadi serba sulit bagi Kahfi saat ini.Tak ada waktu baginya sampai esok hari.Itulah sebabnya, Kahfi pun terpaksa menahan kantuk demi menunggu kepulangan Bulan dari resto tersebut.Setelah menunggu kurang lebih satu jam, akhirnya waktu yang ditunggu-tunggu oleh Kahfi pun datang ketika dia melihat Sitta dan Andi baru saja pulang meninggalkan lahan parkir resto, disusul sosok Bulan yang berjalan keluar dari arah resto menuju parkiran mobil.Hujan saat itu sudah reda, Kahfi pun langsung keluar dari mobilnya dan menghadang langkah Bulan yang berjalan sendirian.Bulan yang terkejut reflek memundurkan langkah, meski setelahnya dia jadi mengurut dada lega begitu tahu bahwa lelak
Read more

40. TAMU TAK DIUNDANG

Semua orang tahu bahwa sebuah pernikahan adalah acara sakral yang tentunya diharapkan hanya terjadi satu kali seumur hidup.Bagi sebagian orang, menikah bukan hanya tentang halalnya seseorang melakukan hubungan badan dengan lawan jenis, melainkan sebagai bentuk pembuktian diri bahwa kita sudah mampu bertanggung jawab atas apa yang kita lakukan.Bertanggung jawab sebagai pasangan suami istri yang bisa saling merangkul dalam suka dan duka, serta pahit dan manisnya kehidupan.Namun semua itu berbeda dengan apa yang kini tengah dijalani oleh Kahfi dan juga Sitta.Keduanya memang menikah.Menjalani prosesi pernikahan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Menjadi sepasang pengantin yang sah di mata hukum dan agama.Meski sejatinya, di dalam hati mereka masing-masing, tak sama sekali berpikir untuk menjalani pernikahan kelak dengan keseriusan dan tanggung jawab, tanpa memperhitungkan lebih lanjut, sebab akibat yang akan muncul di kemudian hari.Baik itu Kahfi mau pun Sitta, hanya ingin terbe
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status