Home / Romansa / Married With the Devil / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Married With the Devil: Chapter 21 - Chapter 30

64 Chapters

Bab 21. Hasil Pemeriksaan

Saat mereka sibuk ribut dengan urusan mereka, dokter Citra sudah keluar dari kamar Zico dengan ekspresi wajah marahnya.Denis yang melihat dokter Citra sudah keluar dari dalam kamar Zico pun langsung menghampirinya. “Dokter Citra bagaimana hasil pemeriksaannya?” tanyanya.Zico memegang dan menekan bahu Denis dengan kerasnya. Membuat Denis merasa sangat kesakitan dengan ulah Zico.“A-awww,” ringisnya.“Bukankah harusnya aku yang bertanya?!”ucap Zico dengan dinginnya.Dengan wajah kesalnya, Denis pun akhirnya mundur dengan terus menggerutu. ‘Cih, dia sok-sokan mau bertanya keadaan istrinya. Padahal tadi dia menyebutnya wanita itu.” Jo yang mendengar gerutuan Denis pun melihat ke arahnya dengan tatapan yang sama tajamnya dengan Zico.Denis yang melihat tatapan tajam Jo padanya itu pun langsung menghentikan gerutuannya. Glek! Dia hanya menelan salivanya dan menunjukkan senyum keterpaksaan pada Jo.“Bagaimana keadaan wanita itu?” tanya Zico dengan ekspresi cueknya.“Tuan Tan, seb
last updateLast Updated : 2024-04-28
Read more

Bab 22. Kenyataan Pahit

Dengan tubuh yang masih lemas dan rasa sakit yang masih sedikit terasa. Nara mencoba untuk beranjak dari tempat tidur. Dia melangkahkan kakinya selangkah demi sekangkah untuk keluar dari kamarnya dan mendatangi ruangan Zico, Jo mengikuti Nara di belakangnya. Karena seperti yang diperintahkan Zico, Nara harus datang bersamanya.“Silakan Nona!” Jo membukakan pintu ruangan Zico untuk Nara, tanpa banyak bertanya lagi. Nara pun langsung masuk ke dalam dan melihat Zico yang tengah membaca buku di ruangannya.Glek! Nara menelan salivanya untuk menghilangkan rasa gugup dan juga takutnya. Karena dia masih belum tahu apa tujuan Zico memanggilnya ke ruangannya. ‘Apakah mungkin Zico akan meneruskan hukumannya karena tadi siang aku sempat pingsan dan membuatnya marah.’ Pikirnya.Nara terus melangkahkan kakinya untuk menghampiri Zico, pandangan mata Nara terus lurus menatap Zico yang sepertinya tidak menyadari kedatangannya. 'Alangkah baiknya jika dia terus diam seperti itu. Dia seperti anak yan
last updateLast Updated : 2024-04-28
Read more

Bab 23. Mencari Benda Berharga

Nara sudah kembali ke kamarnya, saat ini dia hanya duduk melamun di atas tempat tidurnya. Air matanya menetes dengan tiba-tiba ketika dia mengingat kembali jawaban Zico atas keluarganya. Terlebih tidak ada yang bisa Nara lakukan di sini. Zico tidak memberikannya fasilitas apa pun. Bahkan buku pun tidak ada di sini.Mengingat masalah fasilitas, Nara langsung mengingat mengenai keberadaan ponselnya yang entah di mana. “Iya, aku baru ingat di mana ponselku? Apa aku menjatuhkannya sewaktu aku berlari dari anak buah Zico di malam hujan itu?”“Kia, aku yakin Kia pasti mencariku.” Nara mulai mencari letak tasnya yang dia bawa di malam itu. Dia mengobrak-abrik semua isi kamar Zico. Dia harus menemukannya, ponselnya. Dengan begitu dia bisa menghubungi Kia. “Tidak ada, tidak ada di mana pun,” lirihnya saat dirinya tidak menemukan keberadaan tas dan juga ponselnya. “Aku pasti menjatuhkannya waktu itu, dan aku yakin salah satu anak buah Zico pasti sudah memungutnya atas perintahnya. Tapi siapa
last updateLast Updated : 2024-04-28
Read more

Bab 24. Ponsel

Jo mengerutkan keningnya, dia tidak mengerti apa sebenarnya maksud Nara. Dan hal apa yang ingin dia bicarakan dengannya.“Bisakah Anda ikut dengan saya, sekretaris Jo?” tanya Nara.Karena Jo penasaran mengenai hal yang ingin di tanyakan Nara padanya, Jo pun akhirnya setuju untuk mengikuti permintaan Nara. “Baiklah,” jawabnya.Setelah mendengar persetujuan dari sekretaris Jo, Nara lalu melangkahkan kakinya terlebih dulu. Sedangkan sekretaris Jo mengikutinya dari belakang. Sebenarnya Nara masih belum hafal tempat-tempat yang ada di rumah ini. Jadilah dia hanya mengikuti ke mana langkah kakinya membawanya. Dia akan berhenti melangkah saat setelah menemukan tempat yang dirasanya cocok untuk berbicara dengan sekretaris Jo. Dan dia juga tidak mungkin mengajak Jo ke dalam kamarnya, karena itu adalah kamar Zico, jika Zico tahu dirinya membawa seorang laki-laki ke dalam kamarnya, entah apa yang akan dia lakukan.“Anda ingin membawa saya ke mana, Nona?” tanya Jo, yang mulai waspada dengan s
last updateLast Updated : 2024-04-29
Read more

Bab 25. Apa Salahku?

"Kenapa ak ....” Nara tidak bisa melanjutkan kata-katanya saat dia melihat ponselnya yang berada di tangan Zico. 'Ponselku,' ucapnya dalam hati. 'Jadi, dia yang mengambilnya,' lanjutnya.Zico melihat arah pandangan Nara yang terfokus kepada tangannya yang sedang memegang ponsel miliknya. Zico menyeringai dan akan mulai menjalankan aksinya untuk membuat wanita di hadapannya ini kembali menangis menderita.“Jo bilang kau sedang mencari benda ini?” tanyanya, sembari memain-mainkan ponsel Nara yang dipegangnya.“Kembalikan ponselku!” pinta Nara.“Apakah kau masih membutuhkan benda ini? Memangnya siapa yang akan kau hubungi. Semua keluargamu kan sudah berada di neraka. Lalu kau ingin menghubungi siapa, hm?”Nara menunjukkan ekspresi marah dan bencinya pada Zico, karena dia kembali membawa-bawa nama keluarganya dengan menghinanya lagi. Kedua orang tua dan juga adiknya adalah orang-orang yang sangat baik. Mereka tidak akan berada di neraka, tapi pria di hadapannya inilah yang akan menja
last updateLast Updated : 2024-04-29
Read more

Bab 26. Menghubungi Kiara

Nara menangis tersedu-sedu di dalam kamarnya, dia merenungkan nasibnya yang berubah tiba-tiba. Kehidupan bahagianya bersama keluarganya hilang begitu saja bak angin yang lewat. Semuanya berubah, senyum kebahagiaan yang dulu selalu terlukis, kini berubah menjadi kesedihan yang begitu dalam. Apakah dulu dirinya terlalu bahagia, hingga karena rasa bahagia yang berlebihan itu kini ter bayarkan dengan lunas oleh penderitaan.Nara menghentikan tangisannya saat melihat ponselnya yang terletak di sofa bekas Zico duduki tadi. “Ponselku,” ujarnya. Nara langsung beranjak dari tempat tidurnya dan mengambil ponsel miliknya. Dia membuka ponselnya dan langsung melihat foto album yang ada di dalamnya. Nara tidak bisa berkata-kata lagi saat melihat album foto yang ada di ponselnya itu benar-benar hilang tanpa sisa. “Huhuhu, dia benar-benar menghapusnya hiks hiks,” tangisnya.“Sebenarnya aku menikahi manusia seperti apa? Kenapa dia tidak punya rasa belas kasih walau sedikit pun. Papa, mama, Najwa. Na
last updateLast Updated : 2024-04-29
Read more

Bab 27. Kunjungan Kiara

Nara duduk kembali di atas tempat tidurnya dan mengambil pil kontrasepsinya lagi, dia meminumnya dengan air matanya yang terus menetes membasahi pipinya. Nara menangis, karena dia harus meminum pil kontrasepsi ini segera setelah melakukan hubungan dengan Zico. Tapi Nara juga khawatir, dirinya tidak akan memiliki anak karena meminum pil ini terus menerus.“Bodohnya aku, bukankah aku memang tidak akan pernah bisa punya anak. Karena aku tidak akan terlepas dari penjara ini. Dan jika pun aku terlepas, aku akan berada di kuburan,” ucapnya.***Esoknya, ketika Nara membuka matanya. Dia dikejutkan oleh 2 pelayan yang berdiri di samping tempat tidurnya. “Selamat pagi Nona,” sapa mereka secara bersamaan. “Kami akan membantu Anda bersiap-siap, mari Nona.” Kedua pelayan itu membantu Nara untuk berdiri dan mengantarnya ke kamar mandi.Nara menghentikan kedua pelayan itu untuk ikut dengannya masuk ke kamar mandi karena dia tidak mau di mandikan oleh mereka. “Tunggu, kalian tidak usah ikut, aku
last updateLast Updated : 2024-04-30
Read more

Bab 28. Rencana Kiara

“Kia,” panggil Nara pada Kiara yang tengah duduk di sofa ruang tamu.Kia langsung melihat ke arah Nara dan berdiri dari duduknya, matanya mulai berkaca-kaca. Terlihat di ujung matanya air mata yang mulai turun membasahi pipinya. “Nara,” ucapnya dan melangkahkan kakinya dengan cepat menghampiri Nara lalu memeluknya dengan sangat erat.“Nar, syukurlah lu baik-baik aja. Gue khawatir banget sama lu.” Kiara terus memeluk erat tubuh Nara, air matanya sudah turun sangat deras bahkan sampai membasahi bahu Nara.Nara membalas pelukan Kia tak kalah eratnya, pelukan Nara menerjemahkan dua arti. Yaitu, dia memeluk Kia bukan hanya karena merindukannya saja, tapi juga karena penderitaan dan rasa takut yang tengah dia alami saat ini. “Gue juga kangen banget sama lu Kia,” ucapnya sambil menangis.Pak San yang berdiri tak jauh dari mereka hanya melihat dengan datar pertemuan dramatis antara dua sahabat di hadapannya ini. Dia masih harus berkonsentrasi untuk mengawasi Nara, karena jika terjadi kesa
last updateLast Updated : 2024-04-30
Read more

Bab 29. Tertangkap Basah

Pak San yang berada di belakang Nara dan Kia, terus melihat tingkah Kia yang di rasanya sangat mencurigakan. Pak San menyadari bahwa sebenarnya dari tadi Kia dan Nara terus berbisik-bisik tapi sayangnya dia tidak bisa mendengar apa yang di bisikkan oleh mereka.'Apakah mereka sedang membuat rencana?’ pikirnya.***Setelah kurang lebih 15 menit mengelilingi rumah Zico, Kia menghentikan langkahnya. Dia beralasan bahwa kakinya sudah sangat lelah, karena rumah Zico sangat besar, jadi sepertinya dia tidak bisa mengelilingi rumah ini lebih lama lagi. “Nar, gue capek banget. Kayaknya udah cukup deh, lagi pula ini udah hampir malem, gue harus pulang.” Kia mengedipkan sebelah matanya pada Nara, itu merupakan kode bahwa Nara harus tenang karena sebentar lagi rencana mereka akan di jalankan.Glek! Nara menelan salivanya. Dia sangat gugup, padahal dia belum memutuskan apa pun. Tapi dari ekspresi Kia, Nara tahu bahwa Kia tidak main-main dan dia juga benar-benar ingin melihatnya bebas.“Nar,
last updateLast Updated : 2024-04-30
Read more

Bab 30. Amarah Nara

Malam ini terasa mencekam, terutama bagi gadis bernama Nara Juliana Putri. Semilir angin yang berembus tenang tidak bisa menenangkan hatinya yang sedang dalam keadaan gugup dan takut. Bulan dan bintang yang bersinar terang, tidak bisa menerangi hatinya yang tertutup oleh kegelapan. Nara ingin lari dari kegelapan ini, tapi awan gelap berwujud laki-laki tampan di hadapannya ini terus saja mengejarnya dan mengekangnya.Glek!Nara kembali menelan salivanya saat melihat tubuh Zico yang menjulang tinggi berdiri di hadapannya dan mengatakan kata-katanya yang selalu terdengar mengerikan.“Kau sudah tertangkap basah, menurutmu hukuman apa yang pantas bagi seorang pemberontak nakal sepertimu, tikus kecil?” Zico menunjukkan smirknya yang sangat menakutkan dari biasanya.“Jo!”“Baik Tuan.” Jo menghampiri Kia dan memaksanya untuk ikut dengannya. Sedangkan Nara dan Zico masih berdiri di sana. “Dan kau, kau ingin aku menarikmu paksa atau berjalan sendiri?”Tanpa banyak bicara, Nara langsung
last updateLast Updated : 2024-05-01
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status