Di luar kafe dengan udara malam yang dingin, Lizzy menunduk dalam, sambil menggigit bibirnya kuat. Menyadari bahwa tidak seorang pun peduli padanya, membuat dia hatinya serasa disayat-sayat hingga perih. Baik ayahnya, ibunya, Ben, atau siapa pun tidak pernah memikirkan perasaannya.Lizzy menghapus setitik air mata yang menetes di sudut matanya. Dia mengangkat kepalanya, menengadah ke arah langit yang gelap. Air matanya semakin deras mengalir tanpa bisa dia cegah sama sekali."Lizzy .... Siapa yang menyangka diriku bisa bertemu denganmu di sini. Senang rasanya bisa melihat wajahmu lagi setelah sekian lama."Lizzy mengerjapkan matanya beberapa kali, lalu dia mengusap pipinya yang basah dengan kasar. Dia tidak pernah berharap bertemu Ben di sini. Sejak pertemuan mereka yang berakhir dengan kejadian buruk beberapa waktu yang lalu. Perlahan Lizzy memaksakan sebuah senyuman, dan memberanikan diri menatap Ben langsung."Sayangnya aku tidak memiliki perasaan yang sama denganmu," ucap Lizzy ke
Baca selengkapnya