Share

Bab 18

Penulis: Awwala
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Siapa yang menyuruhmu memakai pakaian seperti itu?"

Lizzy mundur beberapa langkah, menjauhi Dante. Pipinya memanas. Ada sensasi aneh yang mendadak muncul di dalam dirinya. Tapi dia tidak bisa memastikan itu apa.

Malam ini penampilan Dante terlihat sangat berbeda. Dia hampir tidak mengenali laki-laki itu. Selama ini Dante tidak pernah memakai setelan rapi seperti sekarang.

"Aku hanya mengikuti perintahmu," sahut Dante ketus. Siapa yang menduga Lizzy akan seterkejut ini saat melihatnya tampil beda.

"Sebaiknya kita berangkat sekarang." Lizzy mencoba mengalihkan percakapan mereka. "Kau bisa mengendarai mobil, 'kan?" Dia melempar kunci mobilnya pada Dante, lalu berjalan anggun masuk ke dalam mobilnya.

Dante berhasil menangkap kunci itu. Dengan langkah cepat, dia ikut masuk ke dalam mobil Lizzy. Tidak menunggu lama, dia segera mengendarai mobil itu keluar dari halaman rumah Lizzy menuju jalanan kota London yang ramai.

"Kau harus ikut aku masuk ke dalam," kata Lizzy sambil melepas sab
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Kembalinya Sang Pewaris    Bab 19

    "Lizzy ...." Dalam gerakan cepat Dante melepas sabuk pengaman Lizzy, lalu mendorong tubuh wanita itu keluar dari mobil. Usai memastikan kondisi Lizzy yang tergeletak di tanah, Dante ikut melompat turun dari mobil. Dia berlari memutari mobil itu menghampiri Lizzy, dan menggendongnya menjauh dari sana. Satu menit kemudian mobil itu mengeluarkan bunyi ledakan yang keras, dan percikan api menari-nari ke atas langit. Sebuah mobil berhenti tepat di samping Dante. Secara otomatis Dante mundur beberapa langkah seraya memicingkan matanya. Dia menatap curiga pada pengendara mobil. Mungkin pengendara itu termasuk dalam komplotan orang yang menyerang dia dan Lizzy tadi. "Dante .... Cepat masuk." Pintu belakang mobil itu terbuka. Laki-laki itu tidak membiarkan Dante berpikir lebih lama lagi, memintanya masuk ke dalam mobil. Dante menuruti perintahnya. Meskipun mengalami kesulitan saat membawa tubuh Lizzy yang masih pingsan, Dante berhasil membawanya masuk ke dalam mobil itu. "Kita akan ke ruma

  • Kembalinya Sang Pewaris    Bab 20

    "Apa maksudmu sebenarnya?" Carlos menarik napas panjang, lalu tersenyum masam. "Luca Masimo. Aku yakin nama itu pernah singgah dalam ingatanmu. Tentunya kau belum melupakannya." Dante tertegun dengan tatapan hampa. Luca Masimo. Laki-laki itu pernah berkata bahwa mereka masih memiliki ikatan persaudaraan. Dante sempat mengira bahwa itu hanya omong kosong belaka karena Benigno tidak mengakui Luca sebagai cucunya. "Aku pernah bertanya pada Benigno mengenai Luca Massimo. Saat itu Benigno meyakinkan aku bahwa Luca bukan cucunya. Bagaimana bisa kau mengatakan bahwa Luca tengah mengancam posisiku saat ini?" "Sebenarnya itu hanya dugaanku. Meskipun kakekmu telah meyakinkan aku bahwa pemuda itu bukan cucunya, aku sedikit meragukannya," jawab Carlos dengan sikap tenang. "Sebelum menikah dengan nenekmu, kakekmu terkenal sebagai si penakhluk wanita. Bisa saja, dari sekian banyak wanita yang pernah menjadi kekasih kakekmu, salah satunya melahirkan darah dagingnya." "Kalau dugaanmu benar, Luca

  • Kembalinya Sang Pewaris    Bab 21

    “Lizzy …. Kenalkan, dia Kathryn, temanku.” Dante menatap Lizzy dan Kathryn secara bergantian. Lalu dia memberi isyarat pada asisten pribadinya untuk menghampiri Lizzy. Semula dia pikir Kathryn telah kembali ke kantor, tapi kenyataannya dia masih di sini. Wanita itu beberapa saat yang lalu datang ke rumah sakit untuk mengantar baju ganti yang dia minta. “Senang berkenalan denganmu,” ucap Kathryn. Senyumnya lebar dan sangat cerah menyenangkan. Sayangnya Lizzy bersikap sebaliknya. Dia terlihat menekuk wajahnya, dan malas-malasan membalas uluran tangan Kathryn. Raut wajahnya suram seiring dengan suasana hatinya yang sangat gelap. Seakan mengerti dengan keadaan sekitar, Kathryn melangkah mundur. “Bisakah kita berbicara di luar? Ada hal penting yang ingin kubicarakan denganmu.” Dia langsung membuka pintu kamar Lizzy, dan melangkah keluar. Tanpa berkata sepatah kata pun, Dante bergegas menyusul Kathryn keluar. Mungkinkah telah terjadi sesuatu di kantor sehingga membuat Kathryn masih ber

  • Kembalinya Sang Pewaris    Bab 22

    "Benigno ...."Alberto berteriak kencang. Suaranya menggelegar memenuhi ruangan itu. Dia meraih tongkatnya, lalu berjalan tertatih menghampiri Benigno."Sebaiknya kau berhenti sampai di sini. Atau aku akan menghancurkan hidupmu," bisik Benigno tepat di dekat telinga Alberto. "Rapat siang ini dibubarkaan. Kalian bisa meninggalkan ruangan ini sekarang."Benigno melihat Alberto tidak berdaya saat semua orang beriringan keluar dari ruangan itu. Ruangan itu kembali sepi dalam hitungan menit. Benigno menatap Dante lurus, lalu mengajak cucunya itu untuk segera pergi dari sana."Aku tidak menyangka kau akan datang ke sini. Siapa yang memberi tahumu tentang rapat tadi?" cerca Dante setelah mereka berada di ruangannya. Lalu dia menyesal telah menanyakan hal itu. Dia baru ingat Benigno memiliki orang kepercayaan di mana-mana, yang bisa melaporkan apa saja pada kakeknya itu."Kau tidak perlu tahu soal itu. Yang terpenting adalah aku datang di saat yang tepat." "Seharusnya kau tidak usah datang k

  • Kembalinya Sang Pewaris    Bab 23

    "Luca Masimo ...."Nama itu meluncur dari bibir Dante begitu dia mengingat sosok laki-laki yang baru saja dia tabrak. Laki-laki itu mengaku sebagai saudaranya. Dante sempat berpikir bahwa dia tidak akan bertemu dengan Luca lagi. Kenyataannya dia salah. Mereka bertemu kembali dalam situasi yang tidak pernah dia sangka sama sekali."Ya ... Ternyata kau masih mengingat namaku," seru Luca dengan senyum berbinar-binar."Sedang apa kau di sini?" Dante menatap curiga pada Luca. Bisa saja Luca telah merencanakan sesuatu di belakangnya. "Aku mengantar model dari agensi tempatku bekerja. Sekarang aku menjadi salah satu pengawal pribadi mereka," jawab Luca mencoba terdengar tetap santai. Lalu, dia menatap ke balik punggung Dante seraya melambaikan tangannya. "Aku harus ke sana dulu." Luca menunjuk ke depan lalu berlari meninggalkan Dante.Dante memutar posisinya. Dari tempatnya berada, dia bisa melihat Luca tengah berbicara dengan seseorang sambil sesekali mengangguk. Setelah itu dia bergegas m

  • Kembalinya Sang Pewaris    Bab 24

    "Dia tidak akan bertahan lama. Paling lambat malam ini." Dokter tua itu telah melayani keluarga Corradeo selama hampir setengah abad. Dia meletakkan tangan keriputnya pada kenop pintu kamar Benigno yang tebal dan bercat gelap. Sang dokter mengangguk kepada Dante dan Carlos. "Kalian harus mengucapkan selamat tinggal." Suara rendah sang dokter terdengar muram, terbebani oleh duka yang dirasakan olehnya karena akan kehilangan seorang pasien sekaligus sahabat lamanya. Dante merasa hampa. Dia tidak sanggup kehilangan Benigno. Jantungnya seakan berhenti berdetak sekian detik, lalu kembali berdenyut dengan irama brutal, menggedor-gedor dadanya. Dante tidak siap melepaskannya. Belum siap. "Kau harus menemui Signor Benigno sekarang." Carlos menepuk pundak Dante, membawanya kembali ke dunia nyata. "Apakah dia bangun?" Dante menatap dokter itu. Kesedihannya terpancar jelas dari sorot matanya yang redup. Sang dokter mengangguk. "Pergilah temui dia." Dante mendorong pintu kamar kakekn

  • Kembalinya Sang Pewaris    Bab 25

    “Apa yang kau lakukan di sini?”Dante bangkit dari kursinya, lalu berjalan mendekati Luca. Dia langsung meraih tangan Luca, dan memegangnya sangat erat. Sorot kebencian terpancar jelas di kedua matanya.Luca menepis tangan Dante kasar. “Aku datang ke sini untuk mendapatkan hakku.”Dante tertawa keras setelah mendengar ucapan tidak masuk akal yang keluar dari mulut Luca. “Kau sama sekali tidak memiliki hak apa pun di sini.”Melihat perselisihan di depan matanya, Carlos tidak memiliki cara lain selain melerai keduanya. “Dante, duduk lah. Signor Vincentio akan memberikan solusi terbaik untuk menangani masalah ini.”Luca mendorong tubuh Dante hingga membentur dinding. Kini tidak ada lagi yang menghalanginya masuk ke dalam ruangan itu. Dia lalu menjatuhkan tubuhnya di kursi kosong di samping kiri Carlos.Sama seperti Luca, Dante segera kembali ke tempat duduknya semula. Suara napasnya yang cepat masih terdengar sangat jelas. Dia butuh waktu beberapa menit untuk meredakan emsoinya yang berg

  • Kembalinya Sang Pewaris    Bab 26

    "Bagaimana hasilnya?" Dante meletakkan bolpoinnya di atas meja. Punggungnya bersandar di sandaran kursi, dan tangannya terlipat di depan dada. Matanya mengarah lurus pada Luca. "Kau bisa membacanya sendiri," balas Luca, lalu meletakkan amplop itu di depan Dante. Tanpa disuruh, dia langsung duduk di kursi, dan menghadap ke arah Dante. Dante segera membuka isi amplop itu, dan mendapati selembar kertas putih yang terlipat. Matanya membaca deretan kata-kata yang tertera di sana, hingga mengarah pada kesimpulan. Dante berhenti pada angka tujuh puluh persen, dan dia terpaku selama beberapa detik. Meskipun hasil tes DNA itu tidak seratus persen, itu sudah cukup untuk menyimpulkan bahwa Luca memang benar cucu Benigno. Tidak diragukan lagi. "Aku sudah membacanya," ucap Dante setenang mungkin sambil meletakkan kertas itu di meja. Dia mencoba menutupi lonjakan emosi yang ada di dalam dadanya. "Hanya itu yang bisa kau katakan?" Luca menggebrak meja. Kedua matanya melebar, lalu dia ters

Bab terbaru

  • Kembalinya Sang Pewaris    Bab 48

    "Bagaimana keadaan Lizzy sekarang?"Dante menghampiri Fabio yang tengah duduk di sofa dengan raut wajah serius. Pertemuannya dengan Luca baru selesai satu jam lalu. Dia buru-buru datang ke pondok ini setelah mendapatkan kabar dari Fabio mengenai kecelakaan yang menimpa laki-laki itu dan Lizzy."Tidak ada luka serius. Kepalanya mengalami benturan keras tapi tidak terlalu parah. Dokter telah merawatnya dengan baik ," jawab Fabio. "Sekarang dia tengah tidur di kamarnya."Dante menghela napas lega. Pikirannya sempat berkecamuk saat di perjalanan tadi. Dia sangat mengkhawatirkan Lizzy."Aku tidak menyangka anak buah Marco Hernandez bisa menemukan keberadaan Lizzy di sana. Apa jangan-jangan pengacara itu bersekongkol dengan Marco?" Dante menduga-duga.Fabio terdiam selama beberapa saat. Bisa saja dugaan Dante memang benar adanya. Sebelum mengatur pertemuan itu, Dante dan dirinya telah menyusun rencana sematang mungkin agar tidak terjadi hal-hal buruk yang akan menimpa Lizzy.Sejak awal mere

  • Kembalinya Sang Pewaris    Bab 47

    "Aku harap pertemuanmu dengan pengacara itu bisa berjalan lancar."Dante memulai pembicaraan keesokan harinya saat akan meninggalkan pondok itu. Sebelumnya dia telah menghubungi si pengacara, dan membuat janji temu di suatu tempat yang berlokasi sangat jauh dari kota London. Tentu saja dia melakukannya demi menjaga keselamatan Lizzy. "Aku juga memiliki keinginan yang sama denganmu," balas Lizzy dengan sorot mata sendu. "Aku sangat yakin akan hal itu karena ada dirimu di dekatku.""Sepertinya kau salah paham," tukas Dante cepat.Alis Lizzy terangkat. "Apa maksudmu sebenarnya?" Kata-kata Dante tadi benar-benar membuat dia merasa bingung."Aku akan pergi setelah menurunkanmu di tempat pertemuan," jawab Dante sambil memutar roda kemudi saat membelokkan mobilnya menuju jalan besar yang ramai oleh kendaraan. "Tapi jangan khawatir. Ada beberapa orang yang menyamar dan berjaga di sekitarmu. Bila terjadi apa-apa, mereka bertanggung jawab menyelamatkanmu dan membawamu pergi dari sana segera."

  • Kembalinya Sang Pewaris    Bab 46

    "Jam berapa sekarang?"Lizzy menggumam. Dia mengucek matanya, dan tanpa sengaja tangannya menyentuh sesuatu. Tubuhnya langsung membeku. Dia tidak sendirian di kamar ini.Perlahan ingatan Lizzy kembali. Semalam dia sempat meminum segelas wine sambil menikmati pemandangan langit malam. Bersama Dante. Setelah itu Dante membawanya masuk ke kamar ini. Dan bodohnya dia mengikuti permainan Dante hingga berakhir seperti ini. "Kau sudah bangun?" tanya Dante saat menyadari pergerakan tubuh Lizzy di sampingnya.Lizzy kehilangan kata-kata. Suaranya tercekat di tenggorokan. Perasaannya sekarang campur aduk. Kemudian Dante menaarik tubuh Lizzy hingga menghadap padanya. Dia menyunggingkan senyum tipis saat melihat Lizzy memejamkan matanya dan pura-pura tidur. Dante semakin merapatkan pelukannya."Kau tidak perlu berpura-pura. Aku sudah tahu kau sudah bangun sedari tadi," bisik Dante di telinga Lizzy. Dia sengaja melakukannya untuk menggoda wanita itu.Pelan-pelan Lizzy membuka matanya. Kepalanya m

  • Kembalinya Sang Pewaris    Bab 45

    "Kau tidak perlu melakukan itu."Lizzy mendorong Dante menjauh. Mendadak dia merasa canggung saat berhadapan dengan Dante. Hal itu terjadi karena kejadian malam sebelumnya."Aku sama sekali tidak keberatan," balas Dante berusaha bersikap sesantai mungkin. Dia mundur beberapa langkah, lalu memandang Lizzy lurus. "Lagi pula aku sudah berjanji padamu untuk menyingkirkan orang gila itu dari hidupmu. Apa kau sudah melupakannya?" Dante mengingatkan.Lizzy menatap ragu pada Dante. Tenggorokannya terasa kering sehingga dia mengalami kesulitan untuk berbicara.Tentu saja ingatan itu masih tercetak dengan jelas di kepalanya. Terlebih dia sudah melakukan keinginan Dante sebagai ganti dirinya yang berpura-pura menjadi kekasih laki-laki itu."Tapi kau tidak harus berada di sini. Kau bisa melakukannya dari rumahmu sementara aku bersembunyi di sini," ucap Lizzy akhirnya setelah mampu berpikir jernih.Mendengar kata-kata Lizzy barusan, membuat Dante sedikit tersinggung. Raut wajahnya mendadak keruh. S

  • Kembalinya Sang Pewaris    Bab 44

    "Kau melihat Lizzy?" Dante bertanya pada Sofia saat akan menyantap saraapannya. Pagi tadi dia mendapati sisi tempat tidurnya yang lain telah kosong, Tidak ada Lizzy di sampingnya. Entah sejak kapan wanita itu meninggalkan kamarnya, dia tidak menyadarinya. "Dia bilang ingin pergi ke makam orang tuanya. Fabio mengantar dia ke sana," jawab Sofia lalu segera meninggalkan tuannya. Samar-samar Dante mengingat ucapan Lizzy semalam saat dia setengah mabuk. Lizzy membicarakan tentang kunjungan ke makam orang tuanya. Lalu setelah itu terjadilah sesuatu yang berada di luar kendalinya. Lizzy pasti sangat membencinya, dan marah padanya. tidak bisa dipungkiri lagi. Karena dia telah merenggut kesucian Lizzy secara paksa. Dante benar-benar gila. Seharusnya dia melindungi Lizzy. Tapi yang terjadi justru sebaliknya. Sekarang selera makannya mendadak hilang. Sepertinya pagi ini dia tidak akan pergi bekerja. Dia akan menunggu sampai Lizzy pulang. Sementara itu, di tempat lain. Lizzy tidak segera

  • Kembalinya Sang Pewaris    Bab 43

    "Selamat, Dante. Sekarang kau menjadi pemilik saham terbesar di perusahaan ini." Alberto mengulurkan tangannya, mengajak Dante bersalaman setelah mereka menandatangani surat perjanjian alih kepemilikian saham. Laki-laki tua itu menyunggingkan senyum lebar. Kali ini dia terlihat sangat ramah dan bersahabat pada Dante. Tidak seperti sebelum-sebelumnya, Alberto selalu menunjukkan sikap permusuhan pada Dante, juga mendiang kakeknya. "Terima kasih, Signor Alberto," balas Dante lalu menjabat tangan Alberto erat selama beberapa detik. Dia segera melepas tangan yang telah keriput itu. "Tentu saja semua berkat Anda," lanjut Dante basa-basi. Semua orang yang berada di ruangan itu, yang ikut menyaksikan peristiwa tersebut bertepuk tangan dengan keras. Hari ini adalah hari yang bersejarah bagi perusahaan House of Corradeo sebagai tanda berakhirnya pengaruh Alberto di sana. Hal itu patut dirayakan, mengingat bahwa selama ini beberapa di antara mereka memendam kebencian pada laki-laki tua itu.

  • Kembalinya Sang Pewaris    Bab 42

    "Tinggalkan kami berdua."Dante memberi isyarat pada Fabio dan beberapa laki-laki yang berdiri di sana untuk keluar dari gudang itu. Dia ingin berbicara dengan Ben secara pribadi tanpa ada gangguan dari yang lain. Laki-laki itu masih duduk di kursi kemarin dan menatapnya dengan sorot mengejek. Dante berusaha mengendalikan dirinya agar tidak terpancing lalu melakukan tindakan yang bodoh."Dalam setelan jas yang kau kenakan sekarang, dirimu benar-benar terlihat berbeda," ucap Ben setelah Dante berada di depannya."Terima kasih atas pujianmu. Sayangnya aku tidak membutuhkannya," balas Dante sinis.Ben tertawa terbahak-bahak setelah mendengar ucapan Dante. Kelihatannya dia salah memilih lawan. Dari penampilannya, Ben menyadari bahwa Dante bukan orang sembarangan.Tawa itu seketika berhenti setelah Dante melayangkan sebuah pukulan tepat mengenai rahang Ben. Darah segar langsung keluar dari mulut Ben. Dia meringis kesakitan, dan matanya nyalang menatap Dante."Kau ....""Jangan pernah terta

  • Kembalinya Sang Pewaris    Bab 41

    "Kathryn .... Atur pertemuan dengan pengacaraku."Dante berdiri di depan meja asisten pribadinya itu dan terlihat sedikit gusar. Pertemuannya dengan Alberto beberapa menit yang lalu berhasil membuat darahnya mendidih. Tapi dia memilih untuk menahan amarahnya karena tidak ingin membuat laki-laki itu senang dengan ancamannya."Apa yang terjadi?"Kathryn menatap bingung padanya. Sebelum bertemu Alberto, suasana hati Dante terlihat biasa saja. Sekarang yang tampak justru sebaliknya. Bosnya seperti memendam amarah yang besar, dan akan tumpah keluar."Alberto ingin menjual sahamnya padaku. Kalau aku tidak menerima tawarannya, maka dia ...." Dante mengepalkan tangannya dan menggeretakkan giginya. "Dia akan menjualnya pada Luca," pungkasnya."Dan kau menerima tawaran Alberto?" Kathryn menajamkan matanya, lalu menggeleng perlahan. Sama sekali dia tidak habis pikir dengan sikap Dante. Dia sangat mengenal atasannya itu cukup baik. Dante tidak akan mudah menyerah, atau berlari ketakutan karena ge

  • Kembalinya Sang Pewaris    Bab 40

    "Siapa yang menelpon?" Dante bertanya meskipun dia sudah tahu identitas si penelpon. Mantan kekasih Lizzy benar-benar orang yang tidak tahu diri. Laki-laki itu masih saja terus mengganggu padahal hubungannya dengan Lizzy sudah berakhir. "Ben ...." Lizzy menggigit bibirnya, lalu menundukkan kepalanya. Dia tidak mungkin memberi tahu Dante tentang ancaman yang diberikan Ben padanya. "Apa yang dia katakan?" tuntut Dante setelah melihat perubahan di wajah Lizzy. Laki-laki itu pasti mengatakan sesuatu yang buruk sehingga Lizzy tertunduk lesu. Lizzy menggelengkan kepalanya. "Tidak ada yang penting," jawab Lizzy tanpa berani menatap Dante. Dante mendengus kesal. "Kau bukan pembohong yang ulung. Jadi, sebaiknya katakan yang sebenarnya padaku," gertak Dante dengan suara keras. Lizzy memegang pinggiran meja, lalu dia mengangkat kepalanya. "Ben meminta uang satu juta dollar padaku," bisik Lizzy tanpa berani menatap wajah Dante. "Dia mengancam akan melaporkan tempat persembunyianku pada Mar

DMCA.com Protection Status