Semua Bab Kembalinya Sang Pewaris : Bab 31 - Bab 40

48 Bab

Bab 31

"Berhenti di sini." Dante meminta sopirnya untuk menghentikan mobilnya di pinggir jalan. Dia dalam perjalanan menuju kantornya saat matanya tanpa sengaja menangkap sekelebat bayangan yang menarik perhatiannya. Itu Emily. Tidak salah lagi, itu memang Emily dengan pakaian sederhana dan celemek tengah membersihkan kaca di depan restoran itu. "Sedang apa Emily di sana?" gumam Dante, lebih kepada dirinya sendiri. "Dia bekerja di restoran itu sejak dua bulan lalu," jawab si sopir mengikuti arah pandang Dante. "Dari mana kau tahu itu?" Dante semakin penasaran. "Beberapa kali aku makan di sana bersama seorang kenalan. Tanpa sengaja dia lah yang mengantar makanan pesananku." Dante tidak bertanya lagi. Dia meminta sopirnya untuk melanjutkan perjalanan mereka. Samar-samar bibirnya terbuka sedikit, menyunggingkan senyum tipis sekaligus mengejek. Sama sekali dia tidak menyangka Emily berakhir seperti itu. Seorang model terkenal dalam waktu sekejap berubah menjadi pelayan restoran. "
Baca selengkapnya

Bab 32

"Kau bisa meninggalkan kami berdua, Kathryn." Dante menatap lurus pada Kathryn, dan memberi isyarat agar asistennya itu segera pergi dari ruangan ini. Tangannya meraih handuk di gantungan, lalu dia mengeringkan tubuh atasnya yang basah oleh keringat. Sesekali dia melirik ke arah Lizzy yang masih berdiri mematung di depan pintu. Hari ini Lizzy terlihat berbeda dengan penampilannya yang sederhana dan tanpa riasan. Seperti bukan Lizzy yang dia kenal."Ada perlu apa kau mencariku?" tanya Dante tanpa berusaha menatap Lizzy. Dia mengambil kemejanya, dan buru-buru memakainya."Aku ...."Lizzy mengalami kesulitan saat ingin melanjutkan ucapannya. Dia menelan ludahnya yang pahit, dan membasahi tenggorokannya yang kering. Bertemu Dante dalam suasana canggung seperti ini, membuat otaknya sedikit terganggu. Dia tidak mampu berpikir dengan jernih."Ya, kau." Dante menununjuk Lizzy dengan mengangkat dagunya tinggi."Aku membutuhkan bantuanmu," ucap Lizzy disertai dengan helaan napas lega."Bukank
Baca selengkapnya

Bab 33

"Tunggulah di sini, dia akan segera menemuimu."Lizzy duduk di sofa di ruang tamu rumah Dante. Pandangan matanya mengarah ke seluruh penjuru ruangan. Melihat dekorasi interior rumah ini, membuat Lizzy menelan ludahnya beberapa kali. Selama ini dia telah salah menilai Dante. Dante bukan seorang pengawal biasa, melainkan seorang pemilik perusahaan fashion terkenal yang mendunia. Betapa bodohnya dirinya."Lizzy ...." Lizzy tersadar dari lamunannya saat mendengar Dante menyebut namanya dengan nada malas-malasan. Dia memandang nanar pada sosok laki-laki asing yang tidak pernah dia jumpai. Lizzy langsung memutar kepalanya, memandang ke arah lain."Kenapa kau berkeras menemuiku?"Dante berdiri tepat di depan Lizzy. Tubuhnya menjulang tinggi, dan menatap angkuh pada wanita itu. Lalu dia duduk di sofa di samping Lizzy.Kepala Lizzy terasa berputuar-putar. Matanya berkunang-kunang. Dia harus mengerjapkan matanya beberapa kali agar bisa melihat Dante dengan jelas."Aku mem-butuhkan bantuanmu."
Baca selengkapnya

Bab 34

"Aku tidak ingin terlibat lebih dalam dengan masalah orang lain." Dante menggoyang-goyangkan gelasnya yang berisi wine berwarna kuning keemasan dengan santai. Matanya menatap Lizzy dari balik bibir gelas. Wanita itu terlihat kecewa atas penolakannya. "Tapi, bukankah kau sebelumnya juga terlibat dalam masalahku? Tidak hanya satu kali, bahkan lebih dari itu," kilah Lizzy. Lizzy memberanikan diri membalas tatapan Dante yang sinis, lalu dia memutar kepalanya, tidak sanggup bersiatatap dengan Dante dalam waktu yang lama.Malas-malasan Dante meletakkan gelasnya yang telah kosong di atas meja. Mata cerahnya memperhatikan wajah Lizzy, lalu berhenti di dada wanita itu dalam hitungan detik. Setelah itu dia kembali memandang wajah Lizzy yang tidak lagi pucat."Tentunya ada harga yang harus aku bayar untuk terlibat dalam masalahmu. Dan pastinya itu sangat mahal," ucap Dante terus terang."Apa maksudmu sebenarnya?""Bayangkan saja, selama ini aku tidak pernah memiliki musuh. Bila aku membantumu,
Baca selengkapnya

Bab 35

Satu jam yang lalu. Dante baru saja keluar dari sebuah restoran setelah melakukan pertemuan dengan salah satu investor perusahaannya. Saat hendak masuk ke dalam mobilnya yang terparkir di pinggir jalan, tanpa sengaja dia melihat Emily lagi. Jarak mereka sekitar sepuluh meter, jadi cukup jelas saat mendengar pertengkaran Emily dengan seorang wanita tua. "Aku yang menghentikan taksi ini lebih dulu," ucap Emily kasar dengan raut wajah bersungut-sungut. Dia mendorong tubuh wanita renta itu dan hampir terjatuh ke tanah. Wanita tua itu meringis kesakitan, lalu memilih untuk mengalah karena tubuhnya sangat lemah dan tidak mampu melawan. Dia hanya bisa menatap nanar pada taksi itu yang berjalan meninggalkannya. Sambil menelan kekecewaannya dia berjalan tertatih menyusuri trotoar dengan punggung yang bungkuk. Dante sempat tersentuh dan merasa kasihan pada wanita itu. Tapi dia tidak bisa menolongnya karena dirinya masih memiliki urusan lain yang lebih penting. Dalam gerakan cepaat, Dant
Baca selengkapnya

Bab 36

"Kau seharusnya tetap tinggal di rumah."Dante mengomel saat menuntun Lizzy masuk ke dalam sebuah minimart. Dia melirik lengan gaun Lizzy yang sedikit koyak, dan meninggalkan bekas goresan di kulit putih wanita itu. Meskipun tidak mengeluh secaara terang-terangan, dia sempat mendengar Lizzy meringis menahan sakit."Aku mencarimu setelah mendengar suara motormu keluar halaman," balas Lizzy sambil mengikuti Dante yang tengah mencari sesuatu dengan berjalan di setiap lorong minimarket itu. "Kau bahkan tidak menikmati makan malam yang dibuat oleh Sofia. Dia pasti kecewa."Sepertinya Dante tidak mendengar kata-kata Lizzy karena matanya terpaku pada sebotol obat antiseptik. Tangannya segera mengambil benda itu, lalu matanya mencari-cari yang lainnya. Tidak jauh dari itu, dia menemukan setumpuk bungkusan kapas yang tersusun rapi di rak. Lalu buru-buru dia meraih sekotak plester."Bisa-bisanya kau pergi tanpa peduli terhadap bahaya yang tengah mengincarmu," ucap Dante beberapa menit kemudian.
Baca selengkapnya

Bab 37

"Seperti yang kau lihat."Emily mengedikkan bahunya, dan bibirnya mencebik. Meskipun dia berusaha menutupi perasaannya yang sebenarnya atas pertemuan ini, tangannya terlihat gemetar saat meletakkan piring-piring berisi makanan, gelas dan sebuah ember berisi penuh dengan es batu dan sebotol sampanye. Raut wajahnya tegang dengan bibir yang terkatup rapat."Kalau mau, kau bisa bergabung dengan kami di sini," ucap Dante sengaja memancing emosi Emily. Emily menggeleng cepat sambil menghela napas panjang. "Tidak, terima kasih," balasnya sambil meringis. "Nikmati makan malammu, lalu segera lah pergi ke neraka." Emily mengumpat keras, lalu mendorong troli makanan menjauh dari meja Dante. Sejak tadi Lizzy hanya diam menyaksikan obrolan di antara Dante dan si pelayan bernama Emily. Dari obrolan singkat itu, sedikit banyak dia bisa menyimpulkan bahwa keduanya sedang berselisih dan dalam hubungan yang tidak baik. Lizzy juga sempat menangkap tatapan tajam Emily yang diarahkan pada Dante. "Apa
Baca selengkapnya

Bab 38

"Apa aku boleh menumpang mobilmu?"Napas Lizzy terengah-engah setelah berusaha mengejar Dante yang akan pergi ke kantor. Dia berhasil membuat Dante mengurungkan niatnya untuk masuk ke dalam mobilnya. Tangannya memegang dadanya yang terasa sesak karena kesulitan untuk mengambil napas."Memangnya kau mau pergi ke mana?" Dante menaikkan alisnya, menatap Lizzy penuh curiga."Aku ingin pergi ke suatu tempat. Lagi pula tidak ada sesuatu yang penting. Jadi kau tidak perlu khawatir," jawab Lizzy meyakinkan Dante.Karena tidak ingin berdebat, Dante langsung membuka pintu penumpang, dan menyuruh Lizzy segera masuk. Pagi ini dia harus menghadiri rapat penting dengan para karyawannya. Dia tidak mungkin melewatkan rapat itu begitu saja."Aku berhenti di depan sana saja," ucap Lizzy lima belas menit setelahnya sambil menunjuk sebuah restoran sederhana di ujung jalan.Dante tidak berkomentar. Mobilnya berhenti tepat di depan restoran itu. Selama beberapa saat dia memperhatikan kondisi restoran itu,
Baca selengkapnya

Bab 39

"Aku ...."Mata Lizzy langsung melebar saat melihat Dante tengah berdiri di depannya. Kedua tangannya terangkat, dan dia membiarkan piring dan gelas kotor itu teronggok di atas nampan. Selain itu kakinya terasa melemah, seolah tidak mampu menopang tubuhnya lagi."Apa yang kau lakukan di sini?" ulang Dante dengan suara lembut tapi mematikan."Seperti yang kau lihat, aku sedang bekerja," jawab Lizzy mencoba terlihat santai. Padahal di dalam hatinya saat ini tengah terjadi gemuruh badai yang seolah akan menerjang keluar."Kau bekerja?" Nada Dante terdengar tidak percaya. "Untuk apa kau melakukan ini?" dia menunjuk barang-barang yang ada di depan Lizzy."Tentu saja aku ingin mendapatkan uang. Apalagi selain itu?" Lizzy menoleh ke dalam restoran usai ekor matanya menangkap bayangan Rose yang tengah berdiri dan menatap tajam padanya. "Maafkan aku. Aku harus segera membereskan ini karena jam kerjaku belum selesai." Lizzy mengangkat nampan, lalu berjalan terburu-buru masuk ke dalam restoran.
Baca selengkapnya

Bab 40

"Siapa yang menelpon?" Dante bertanya meskipun dia sudah tahu identitas si penelpon. Mantan kekasih Lizzy benar-benar orang yang tidak tahu diri. Laki-laki itu masih saja terus mengganggu padahal hubungannya dengan Lizzy sudah berakhir. "Ben ...." Lizzy menggigit bibirnya, lalu menundukkan kepalanya. Dia tidak mungkin memberi tahu Dante tentang ancaman yang diberikan Ben padanya. "Apa yang dia katakan?" tuntut Dante setelah melihat perubahan di wajah Lizzy. Laki-laki itu pasti mengatakan sesuatu yang buruk sehingga Lizzy tertunduk lesu. Lizzy menggelengkan kepalanya. "Tidak ada yang penting," jawab Lizzy tanpa berani menatap Dante. Dante mendengus kesal. "Kau bukan pembohong yang ulung. Jadi, sebaiknya katakan yang sebenarnya padaku," gertak Dante dengan suara keras. Lizzy memegang pinggiran meja, lalu dia mengangkat kepalanya. "Ben meminta uang satu juta dollar padaku," bisik Lizzy tanpa berani menatap wajah Dante. "Dia mengancam akan melaporkan tempat persembunyianku pada Mar
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status