Home / Romansa / Penjara Hati Bos Arogan / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Penjara Hati Bos Arogan: Chapter 51 - Chapter 60

71 Chapters

51. Berangkat Bersama

Alya terpaku dengan tetapkan tajam Yang Evan lakukan kepadanya, matanya bagaikan berlatih yang menusuk hatinya. Dia yang sebelumnya sempat menolak dengan bergigih untuk pergi ke pabrik dengan menggunakan ojek itu pun hanya mampu menelan ludah.Evan, pria yang memintanya naik itu sama sekali tak lagi mengeluarkan sepatah kata, hanya tatapan tajam yang ia lakukan kepada Alya.Dan tentu, dia berhasil melakukan nya dan membuat pergerakan Alya yang cemas dan khawatir Itu membuka pintu mobil mewah pria Arogan yang sedang menatap tajam ke arahnya itu.“Saya bukan sopirmu!” ujar Alya dengan nada tegas dan Tatapan yang sangat tajam, setajam berlatih yang bersiap menusuk jantung Siapa saja yang melihatnya.“Pa-k. Tapi– saya–”“Depan!” Tegas pria arogan itu kembali, dan berhasil membuat Alya tak mampu lagi untuk berkutik. Hingga akhirnya, Alya dengan pergerakan tangan yang khawatir itu menuju ke bagian kursi penumpang, tepat di samping di mana Evan mengemudi. Sepanjang perjalanan, suasana dalam
last updateLast Updated : 2024-07-16
Read more

52. Kabar Pagi Ini

Alya sangat takut jika sampai ada orang yang melihat dirinya keluar dari dalam mobil Evan, suaminya. Dia tidak ingin jika sampai orang lain berspekulasi buruk tentangnya. Setiba di depan gerbang, Alya merasa sedikit lega sebab dirinya yakin jika tak ada seorang pun yang melihat dirinya tadi keluar dari dalam mobil milik suaminya, Evan. Dia segera melangkah dengan menepuk-nepuk dadanya. Sebab kali ini dirinya berada dalam keadaan yang aman. Selamat dari banyaknya pasang mata yang akan berakhir menjadi bumerang baginya jika sampai ada orang lain yang melihatnya tadi. “Alhamdulillah. Tidak ada yang melihat aku turun dari mobil Pak Evan,” gumamnya dengan sangat pelan, nyaris tak akan ada seorang pun yang akan mendengar kalimat yang terucap dari bibirnya. Alya mempercepat langkah kakinya, namun sebuah tepukan pada pundak nya itu mampu membuat diri Alya terkejut hingga terjingkat kaget. “Kamu itu kenapa loh. Memang lagi mikirin apa, hingga Mbak tepuk pundak kamu kagetnya sampai gitu.”
last updateLast Updated : 2024-07-25
Read more

53. Murka Ayah Evan

“Aku lega sekali, Al. Mbak yakin kamu bukan wanita seperti yang mereka bicarakan. Mbak sangat kenal kamu,” kata Vira setelah mendengar penjelasan yan Alya katakan setelah tuntutan penjelasan dia lakukan.Alya merasa lega, saat melihat jika Vira percaya penuh kepadanya. Setidaknya, masih ada orang yang mempercayainya jika dirinya bukanlah wanita yang seperti dikabarkan di grup karyawan perusahaannya itu. “Nggak lah, Mbak. Alya masih tahu batasan. Lgai pula, jika bukan karena Pak Evan yang paksa dan Alya yang sudah hampir telah menunggu angkutan tadi. Alya juga nggak akan mau ikut naik di mobil beliau,” lagi Alya memberikan alasan yang menurutnya masuk akal. Tentu saja, dia tidak akan berterus terang atas apa yang sedang terjadi antara dirinya dan juga Evan. Karena, Alya tidak ingin dicap menjadi wanita murahan yang berhubungan dengan pria berduit seperti Evan yang tidak lain adalah anak dari bos besar pemilik perusahaan. “Ya sudah, ayo kerja. Nanti biar Mbak yang urus gosip tak jela
last updateLast Updated : 2024-08-07
Read more

54. Evan dalam Pantauan

“Dia bekerja untuk ku setelah pulang jam kerjanya dari kantor ini. Apa itu salah? Aku membayarnya, dan dia juga sama sekali tidak keberatan melakukan itu.”Evan yang mendapati beberapa photo Alya keluar masuk dari apartemen di waktu sore dan pagi hari itu menjawab dengan begitu tenang. Evan sama sekali tidak terintimidasi dengan uurka yang Ibrahim tunjukkan kepadanya itu. Sang ayah yang mendapati sikap Evan tak bersalah itu tersenyum sinis dengan gelengan tak percayanya. “Kau memasukkan perempuan yang tak lain adalah buruh di sini ke apartemenmu itu kau bilang bekerja untukmu? Kerja macam apa yang kau maksud? Jangan bilang kalian saling bekerja sama untuk mencari kepuasan di atas ranjang.”“Shit! Apa anda terlalu menganggap rendah anak anda seperti itu, Tuan?” Evan tidak terima dengan apa yang dikatakan olehnya itu secara langsung. Meski fakta mengatakan demikian, tentu saja Evan tidak membiarkan ayahnya itu merendahkan dirinya terang-terangan. Bukan Evan yang tersinggung sebab di
last updateLast Updated : 2024-08-07
Read more

55. Kabar dari Raffi untuk Alya

“Pak, menurut laporan Heru, gadis itu adalah tulang punggung keluarganya. Selain dia menjadi menjadi tulang punggung ibunya yang sedang sakit-sakitan. Dia juga membiayai kebutuhan adiknya termasuk biaya sekolah adiknya yang masih duduk di sekolah menengah atas,” beritahu Handoko pada Ibrahim, ayah Evan, saat keduanya telah berada di ruang khusus yang hanya mereka bisa kunjungi. Sebab memang ruangan itu dikhususkan untuk Ibrahim, sang pemegang kekuasaan tertinggi di perusahaan tempat Alya bekerja. “Lalu apa urusannya dengan saya?” Ibrahim yang sedang tidak ingin membahas masalah Evan lebih jauh itu pun tak ingin kembali membahas wanita yang saat ini sedang dipekerjakan oleh putranya itu secara pribadi. “Saya hanya menyampaikan kabar pada Bapak secara jelas. Heru juga menyampaikan, jika gadis itu adalah salah satu desainer yang handal. Meski dirinya bukan lulusan dari sebuah perguruan tinggi. Desain rancangannya selalu menjadi minat untuk customer kita dari luar negeri.”Handoko menje
last updateLast Updated : 2024-08-10
Read more

56. Pesan Evan

“Pulang tunggu di halte jam 5 sore.”Sebuah pesan masuk ke dalam ponsel Alya. Alya yang. sedang melipat mukena yang baru dikenakan oleh nay itu membiarkan ponselnya itu berdenting dengan memilih untuk merapikan pakaian taqwanya. Jangan tanya, tatapan beberapa karyawan yang melihat Alya di musholla. Ada yang sedang berbisik dan menatap sinis ke arah Alya berada. Alya berusaha untuk tidak terganggu dengan apa yang saat ini terjadi padanya. Dia memilih acuh dan tidak ingin terpancing dengan situasi yang sebenarnya begitu mengganggu dirinya. “Eh. ak pikir kamu tuh cewek alim loh. Ga taunya sama saya kayak bunga kampus yang lain. Tapi, kamu pinter juga loh cari mangsanya. Anak bos langsung yang kamu dekati. Jika karyawan lain, paling juga atasannya sendiri,” sindir salah seorang karyawan yang Alya tahu dia adalah staff accounting di perusahaan itu. Alya yang baru saja hendak melangkah setelah mengenakan sepatu pada kakinya itu pun terhenti. Dia menghela nafas beratnya, mengontrol diri
last updateLast Updated : 2024-08-11
Read more

57. Rumah Baru

Saat mobil yang membawanya itu berhenti ke sebuah tempat. Alya yang memang sedang khawatir saat akan turun dari dalam mobil, sebab cemas jika sampai ada mata-mata orang tua Evan yang melihat itu melirik ke sekitarnya. Barulah, Alya tersadar. Jika Evan tidak membawanya ke apartemennya. Melainkan ke sebuah rumah dua lantai dan Alya baru saja menyadarinya. Alya menoleh cepat pada Evan. Dia pun segera bertanya.“Pak. Kita nggak kembali ke apartemen? Lalu, ini ke rumah siapa?” tanya Alya dalam kebingungan. Mengapa Evan membawa ke rumah orang yang sama sekali tidak diketahuinya. “Turun.”Satu kata yang menjadi jawaban Evan. Tentu saja, bukanlah jawaban yang Alya ingin dengar atas tanya yang dirinya lakukan pada suaminya. “Ish. Tanya juga belum dijawab. Sudah nyuruh turun saja.”Alya menggerutu kesal. Sebenarnya mau apa mereka datang ke rumah yang tidak dikenal itu. Meski kesal, Alya menurut. Dirinya tetap membuka pintu mobil suaminya, dan turun mengikuti perintah yang Evan lakukan atas
last updateLast Updated : 2024-08-13
Read more

58. Lembur dengan Evan

Seminggu telah berlalu, Alya dan Evan tinggal di rumah Evan yang sama sekali tidak ada seorang pun tahu. Evan memberikan fasilitas untuk Alya untuk menggunakan taksi on line saat harus menuju ke pabrik tempat mereka bekerja. Setelah Evan mengantar Alya ke rumah miliknya. Dia tak kembali hingga saat weekend tiba, Evan baru datang dalam keadaan yang begitu berantakan.Alya tak tahu sebab apa yang membuat Evan seperti itu. Alya yang merasa takut dan cemas, hanya mampu memenuhi setiap apa yang Evan butuhkan. Bahkan di hari libur yang seharusnya bisa Alya gunakan untuk bersantai pn tak mampu dia lakukan. Semalaman Evan sama sekali tidak membuat dirinya untuk beristirahat dengan baik. Pria itu terus menuntut Alya untuk memberikan kebutuhan batinnya. Mau tak mau, Alya yang tidak bisa menolak hanya mampu bisa berpasrah pada Evan, suaminya. Setelah Alya menunaikan ibadah subuhnya pun, Evan tetap menuntut haknya itu dipenuhi oleh Alya. Yang mengharuskan Alya kembali lagi ke kamar Evan sebab
last updateLast Updated : 2024-08-23
Read more

59. Alya Terlambat

Pagi itu, cahaya matahari mulai mengintip dari balik jendela apartemen, menerobos tirai yang sedikit terbuka. Di tengah sunyi yang melingkupi, Alya terbangun dengan tubuh yang terasa lelah dan kepala yang berdenyut nyeri. Ia merasakan betapa semalaman dirinya nyaris tak diberi kesempatan untuk beristirahat. Evan, suaminya, menuntutnya untuk selalu siap setiap kali ia menginginkannya, dan Alya, meski lelah, berusaha memenuhi perannya sebagai seorang istri untuk Evan.Saat membuka mata, Alya tersentak kaget. Dia melihat jam di meja kecil di samping tempat tidur. Sudah jauh lewat waktu biasanya dia bangun. Napasnya terempas seketika. Biasanya, dia yang bangun lebih dulu untuk menyiapkan kebutuhan suaminya, Evan. Namun, kali ini, apartemen terasa sepi, dan Evan sudah tak ada di sampingnya. Alya bangkit terburu-buru, walaupun tubuhnya masih terasa lemas dan kepalanya terasa berputar."Apa Evan sudah pergi…," batinnya, diiringi rasa bersalah yang menggerogoti hatinya. Belum sempat ia mempe
last updateLast Updated : 2024-11-06
Read more

60. Kabar Kehamilan

Alya terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit, wajahnya pucat seperti tak lagi memiliki cahaya kehidupan. Tubuhnya tersandar, mata terpejam, dan nafasnya yang teratur terdengar begitu lirih di antara dengung mesin-mesin medis. Sementara di sebelahnya, Vira berdiri dalam keheningan, berusaha menyerap setiap patah kata yang barusan keluar dari mulut sang dokter.“Maaf, Bu Vira,” ujar dokter itu dengan tatapan sedikit khawatir, “apakah suami Alya bisa segera datang? Kondisinya butuh perhatian khusus, apalagi dalam kehamilannya ini.”Waktu seolah berhenti di telinga Vira. Kehamilan? Apa dokter ini tidak salah bicara? Dengan mata melebar, Vira melirik ke arah Alya yang masih terlelap matanya di atas ranjang pemeriksaan. “Dokter, maksud Anda… Alya hamil?” tanya Vi dengan nada bergetar, lebih kepada dirinya sendiri daripada kepada dokter yang berdiri di depannya.“Benar, Bu. Usia kehamilannya sudah hampir memasuki bulan kedua. Tetapi, kondisi kehamilannya rentan karena kelelahan yang ber
last updateLast Updated : 2024-11-08
Read more
PREV
1
...
345678
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status