Semua Bab Penjara Hati Bos Arogan: Bab 11 - Bab 20

71 Bab

Bab 11. Alya Penasaran

Alya yang mendapati panggilan tiba-tiba dari Evan itu pun terkejut. Dia sama sekali tidak menyangka jika pria arogan itu akan memanggilnya. Untuk apa Evan panggil dirinya? Apa pria itu berubah pikiran, menurutnya. Tapi, Alya tidak ingin terlalu berharap. Bahkan hal sebelumnya saat harapan itu di depan mata pun kembali Alya harus menelan kegagalan dan kecewa yang dia dapatkan. Alya menatap ke arah Vira yang saat itu tengah menatapnya pula. Saling bertanya lewat sorot mata, untuk hal apa Evan memanggilnya. “Ada apa ya, Pak?” Tanya Alya dalam rasa penasarannya. Pak Heru yang mendapat pertanyaan dari Alya hanya mampu mengedikkan bahunya. Karena dia pun tidak tahu menahu sebab Evan meminta Alya untuk datang di ruang kerjanya sepulang jam kantornya. “Entah. Aku juga tidak tahu. Datang saja nanti ke ruangannya. Mungkin beliau berubah pikiran, dan mengabulkan permintaan yang sudah kamu ajukan kepada perusahaan, “ kata Pak Heru pada Alya. “Semoga saja ya, Al. Semoga saja yang dibilang P
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-21
Baca selengkapnya

Bab 12. Alya Tak Bisa Berkutik

Alya dan Evan kini berada dalam ruang yang sama satu sama lain. Alya masih bergeming di tempatnya saat Rafi meninggalkan ruang kerja sang atasan. Evan menatap datar ke arah Alya, seolah sedang menilai diri Alya yang saat ini berada dalam ruang kerjanya atas panggilan yang telah ia minta pada Heru, bawahannya. Alya yang mendapati tatapan seperti itu dari Evan itu berusaha menetralisir rasa gugup yang tengah dia rasakan. Bukan Alya tak berani justru dia semakin grogi saat seperti ini dia seperti orang yang sedang dikuliti. Seperti orang yang hendak melakukan interview kerja saja, itu yang terlintas dalam pikiran Alya saat ini. Dan dia pun teringat saat melakukan wawancara kerja untuk pertama kalinya di perusahaan ini. “Selamat sore, Pak. Pak Heru bilang, Bapak panggil saya,” ucap Alya setelah beberapa saat mengurai rasa tak nyaman sebab Evan terus menatap ke arahnya. Alya memulai untuk membuka kata terlebih dulu, setelah beberapa saat tak ada perbincangan yang terjadi saat dir
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-22
Baca selengkapnya

Bab 13. Memastikan Kabar Ibu

Alya berjalan dengan sangat lemas, seakan tak bertenaga sama sekali. Mendapati kenyataan jika Evan sudah mengabulkan permintaan yang sebelumnya ia berikan karena dalam keadaan terjepit itu membuat Alya merasa dalam dilema sendiri. Alya sedang berpikir keras tentang dirinya sendiri. Apakah tindakan yang dilakukan olehnya itu sudah benar atau sebuah kesalahan. Tetapi Kini dia tidak bisa melangkah mundur sekalipun.Yang Alya lakukan saat ini hanya bisa menatap ke depan. Menerima segala konsekuensi atas tindakan yang sudah Evan lakukan. Bahkan dia sendiri sama sekali tidak tahu menahu, jika Evan sudah melakukan tindakan terlalu jauh untuk ibunya. Apa memang seperti itu pengaruh seseorang yang memiliki banyak uang? Jika uang sudah bicara, maka apa pun itu menjadi lebih mudah. Alya tidak langsung pulang. Memang, dia ingin sekali tahu segera kondisi ibunya. Alya lebih memilih menuju ke sebuah mushola untuk melaksanakan ibadah ashar yang belum ia tunaikan. Alya ingin menenangkan diri seje
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-25
Baca selengkapnya

Bab 14. Pria Tak Dikenal

Alya sedang menunggu ibunya dengan perasaan yang sangat gelisah. Selain dirinya yang saat ini gelisah menghadapi ibunya yang harus mendapat serangkaian pemeriksaan kembali. Dia pun sedang gelisah, saat harus menghadapi kenyataan esok yang tengah menunggunya. Bisakah Alya meminta waktu untuk mempersiapkan dirinya terlebih dahulu. Tetapi, dia di sini hanya orang asing yang harus menurut dengan takdir yang tengah menunggunya di depan mata. “Safa ke toilet dulu ya, Mbak,” pamit Safa pada Alya yang tengah duduk gelisah menunggu ibunya di luar ruang bedah tersebut. “Iya, Dek,” jawab Alya. Membiarkan adiknya itu berlalu dari hadapannya, dan dia setia menunggumu bahkan melupakan makan malamnya yang sudah terlewat karena padatnya serangkaian Dokter Adam dan seorang dokter yang usianya terlihat lebih muda dari Dokter Adam itu melangkah mendekat ke arah ruang operasi di mana sang ibu sudah di dalam dengan seorang perawat di dalam. Alya yang melihatnya pun berdiri, menyambut dengan cemas ak
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-25
Baca selengkapnya

BAB 15

Alya yang mendapati pria asing dengan berseragam serba hitam itu puunn menautkan kedua keningnya. Menatap bingung siapa orang yang sedang menghampirinya. “Saya diminta Pak Evan untuk menjemput anda, Nona,” kata pria berpakaian serba hitam itu kembali. Safa yang mendapati pria asing menghampiri kakaknya itu pun menatap penuh tanya ke pada Alya. Siapa lelaki itu, karena baru pertama kalinya pun dia melihatnya.Alya yang mendengar jika pria yang di hadapannya itu adalah orang suruhan Evan pun membeku. Sama sekali dia tak menyangka, Evan benar-benar menagih janji Alya untuknya.“Mbak, siapa?” Tanya Safa setengah berbisik. Dia mendekat ke arah kakaknya atas rasa penasaran yang terjadi. Alya menoleh pada Safa, menatap kaku pada adiknya tersebut.“Bukan siapa-siapa. Mbak minta izin bicara dulu sama dia sebentar ya,” ujar Alya berpamitan pada Safa.Safa yang sedang dilanda oleh rasa penasaran itu pun terpaksa mengangguk. Membiarkan kakaknya pergi untuk bicara pada pria yang menghampiri m
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-26
Baca selengkapnya

Bab 16. Sebuah Berkas

Sejak masuk ke dalam lift, Alya semakin dibuat cemas. Jari jemarinya pun saling meremas satu sama lain. Dia menggigit bibir bawahnya, tetap saja rasa cemas itu tak mampu terelakkan dari dirinya. Alya lebih memilih diam, karena dia pun tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan selain menurut dengan mengikuti orang suruhan Evan. Berulang kali Alya menarik nafas dalam-dalam, kemudian dia kembali menghembuskan secara perlahan. Tetap saja usaha yang dilakukannya itu tidak mampu membuahkan rasa lega dalam dada yang begitu menyiksa. “Apa anda baik-baik saja, Nona?” Tanya pria yang saat ini bersama Alya di dalam lift hanya berdua saja itu. “Eh, i-iya. Saya baik-baik saja, Pak,” jawab Alya sedikit terkejut. Mungkin ketegangan yang terjadi pada diri Alya itu begitu nampak jelas di mata pria yang saat ini sedang bersamanya. Dia pun terpaksa mengulas senyum palsu yang diberikan kepada pria yang Bertanya kepadanya itu. “Ehm. Apa Pak Evan saat ini di apartemennya seorang diri?” Cicit Alya
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-28
Baca selengkapnya

Bab 17. Bernegosiasi

Pria yang diminta untuk menunjukkan sesuatu oleh Evan itu terlihat mengambil sebuah map yang tertutup di atas meja depan semua orang. Dia membukanya, kemudian beralih menatap ke arah Alya, kemudian membuka suara. “Nona. Ini ada poin-poin yang harus anda penuhi atas kebaikan yang sudah dilakukan oleh Pak Evan,” tutur Pria yang tidak Alya ketahui namanya itu. Alya yang mendengar pun mengerutkan keningnya. Bukankah dia dan Evan sama sekali tidak sedang bekerja sama. Lalu untuk apa haruss ada perihall yang harus dipenuhii olehnya. Segera Alya mengalihkan tatapannya kepada Evan yang Bahkan pria itu sejak tadi menatap dirinya dengan Tatapan yang begitu datar. Jika saja, Alya boleh percaya diri. Maka, dia ingin sekali menyombongkan dirinya kepada Evan dan berkata, “ ngapain lihatin gue terus. Jatuh cinta baru tahu rasa.” Tetapi, kalimat itu hanya mampu menyombongkan dalam diri. Karena Alya cukup sadar diri, siapa dirinya saat ini. “Apa ini, Pak?” Tanya Alya yang semakin dibuat ce
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-28
Baca selengkapnya

Bab 18. Sah

Ruang tamu pria yang terkesan dingin dan sangat arogan itu kembali hening setelah Alya berakhir menandatangani berkas yang diajukan oleh Evan untuknya. Alia melakukan dengan sangat terpaksa, karena dia tidak memiliki pilihan lain selain menandatangani. Maju salah, mundur pun tidak mampu dia lakukan. Karena dalam hal ini, Alya tidak ingin menjadi pembunuh ibunya sendiri jika Alya harus menolak apa yang Evan atur untuk hidupnya. Pelayan. Itu inti yang ada dalam surat tersebut. Dan Alya harus melakukan itu semua. Pria yang sebelumnya menjemput Alya di rumah sakit itu pun kembali masuk dan menghampiri Evan yang masih duduk dengan gaya angkuhnya. “Semua sudah siap, Pak. Orang yang bapak minta juga sedang menuju ke sini sebentar lagi,” beritahunya dengan pelan. Meski pelan, karena memang ruang tamu ini begitu hening. Membuat Alya dengan mudah mendengar percakapan yang terjadi antara Alya dan Evan itu. “Bagus. Makin cepat makin baik,” jawab Evan dengan nada datarnya. Entah orang m
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-29
Baca selengkapnya

Bab 19. Awal Kehidupan

Seperti apa yang Evan minta sebelumnya. Akhirnya, Alya menyiapkan apa yang Evan minta padanya. Dia membuka lemari pakaian pria yang baru saja menikahinya. Meski ragu, tangannya itu tetap terulur mengambil pakaian yang akan Evan gunakan sesuai yang ia lihat sebelumnya saat di kantor. Tidak sama, tapi Alya yang memang tahu model pakaian profesi itu cukup ciamik dalam menyiapkan kebutuhan yang diminta oleh pria tersebut. Baru juga Alya hendak menaruh pakaian ke atas ranjang yang sebelumnya diambil dari dalam lemari Evan. Pria yang belum lama masuk itu keluar dari dalam kamar mandi dalam keadaan tak tahu diri. Dia hanya menggunakan handuk yang membalut tubuhnya. Dengan tak tahu malunya Evan mengabaikan keberadaan Alya di sana. Alya mematung, sejujurnya dia sedang gugup mendekati pria yang masih asing untuknya itu berada dalam satu kamar dan dalam keadaan setengah telanjang. Namun, dengan cepat Alya mampu mengontrol diri. Tidak ingin terbuai dengan keadaan yang tengah terjadi saat
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-30
Baca selengkapnya

Bab 20. Kesalahan Pertama

Setelah menaruh kartu yang dia berikan untuk Alya di atas meja. Pria arogan itu pun berlalu begitu saja dari hadapan Alya. Alya hanya menghembuskan nafas kasarnya, ketika punggung tegap pria angkuh itu mulai menjauh darinya. Meski kesal dengan semua ucapan Evan yang terkesan selalu menyudutkan diri Alya sebagai gadis bodoh. Alya tetap melangkah, mendekat ke arah di mana meja makan berada. Tangannya pun terulur, mengambil kartu yang Evan taruh di atas meja makan. Alya tak banyak kata, sadar jika memang dia yang memang benar-benar menjadi seorang pelayan sungguhan mulai saat ini dan seterusnya. “Kamu tidak boleh menyerah, Al. Kamu harus menerima nasibmu saat ini,” gumam Alya pelan, dan tak akan ada seorangpun yang mendengar karena hanya dirinya saja di dalam apartemen milik Evan ini. Alya segera melangkah, hall yang ia tuju untukk pertama kalinya adalah kamar yang di aman Evan bilang jika itu adalah kamar yang diperuntukkan untuk dirinya. Kamar yang cukup mewah, karena kamar yang
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-30
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
8
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status