Semua Bab Tertawan Cinta Bodyguard Tampan: Bab 31 - Bab 40

346 Bab

Bab 31. Bukan Alasan Yang Kucari

“Apa, Mas!? Ngapain Mas mau ngomong sama Mbak Sisca?” sahut Laras terdengar panik. Dion terpaku beberapa saat menahan kekesalan di hatinya. Ia tak pernah mengalami masalah seperti ini sebelumnya. Dion cukup kecewa dengan cara Laras. Rasanya dulu ia tak seperti ini sama sekali. Laras gadis yang baik.“Kamu kenal sama Sisca kan?” todong Dion lagi. Entah di belakangnya, tapi Dion tak pernah memperkenalkan Sisca pada Laras sama sekali.“Uhm ... k-kenal, Mas. Kok Mas Dion tanya begitu?” Laras mulai terdengar gugup menjawab pertanyaan Dion. Dion masih memberikan sedikit jeda sebelum bicara lagi. Tapi tekuknya mulai berat. Ia benar-benar bersabar dan mencoba melihat dari berbagai sisi. Mungkin ada hal yang memang disembunyikan Laras darinya.“Kapan kamu kenal Sisca?” tanya Dion lagi dengan nada rendah dan mulai curiga.“Kenapa Mas malah tanya itu? Dari mana Mas tahu kalau aku minjem mobilnya Mbak Sisca?&rdquo
Baca selengkapnya

Bab 32. Curhat

“Mas Dion kelihatan sedih. Apa ada yang terjadi?” tanya Venus pada Dion yang akhirnya memilih duduk bersila di lantai berhadapan dengan posisi tidur menyamping Venus. Dion berusaha tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Tapi mata tak bisa berbohong. Dan Venus yang sudah bisa menangkap hal itu kembali mendesaknya untuk bicara. “Mas Dion kan sudah janji akan bicara sama aku kalau ada masalah apa pun. Jika aku tidak bisa bantu, setidaknya Mas bisa lebih lega dengan bercerita. Aku akan mendengarkan,” sambung Venus lagi dengan suara lembutnya yang menghangatkan hati Dion yang gundah. “Aku malu cerita sama kamu. Ceritaku ndak bagus,” jawab Dion merendah dan menundukkan wajahnya. Venus mendengus pelan dan tersenyum kembali. “Hidup ini selalu memiliki cerita yang gak bagus, Mas. Gak selamanya semua hal itu isinya hanya bahagia. Contohnya aku. Orang pasti berpikir jika aku adalah penyanyi terkenal yang hidupnya enak, kaya raya bergelimang harta dan punya banyak pengge
Baca selengkapnya

Bab 33. Gerah Dalam Benak

“Jadi begitu Pak dhe, saya mau kredit mobil dari hasil uang gaji sekarang. Biar nanti kalau sudah menikah, Laras ndak kesusahan lagi kalau mau berangkat bekerja,” jelas Dion pada sambungan telepon usai sarapan dan tengah menunggu Venus yang akan bersiap pergi.“Oh jadi begitu toh. Boleh-boleh saja. Nanti Pak dhe carikan mobil yang sesuai permintaan kamu. Memangnya kamu berapa lama lagi di sana?”“Kontraknya sih enam bulan, tapi pekerjaan saya diperpanjang sampai tiga bulan. Sampai ada vonis dan ketetapan hukum begitu, Pak dhe,” jelas Dion lagi.“Ya, ya. Boleh. Nanti mobilnya biar Pak dhe simpan di rumah Mbahmu saja.”“Boleh Pak dhe. Sekalian nanti kalau ada keperluan Pak dhe sama keluarga atau mau nganterin si Mbah ke mana, mobilnya dipakai saja.”“Gak masalah itu, yang penting uang gajimu selamat, kamu bisa punya mobil, punya tabungan.” Dion tersenyum lagi.“Tapi
Baca selengkapnya

Bab 34. Kejutan

Venus memang sangat cantik. Ia bahkan belum memakai gaun yang sudah disiapkan dan baru selesai mandi. Dengan hanya menggunakan jubah mandi putih dan rambut tergerai, Venus masih sibuk membalas pesan di ponselnya. Ia duduk dengan kaki terlipat elegan dan sesekali tersenyum melihat isi ponselnya.Dion sempat memperhatikan dan tersenyum beberapa kali. Ia sudah mulai melonggarkan Venus untuk memakai media sosial meski masih belum boleh melakukan siaran live.“Mas ... Mas Dion sini deh!” panggil Venus begitu melihat Dion yang sudah membuka jas dan lengan kemeja tergulung. Dion tersenyum dan menaikkan kedua alisnya seakan bertanya ada apa.“Lihat ini!” Venus malah menarik lengan tangan Dion dan menariknya duduk di sebelahnya begitu dekat. Sambil bergelayut manja, Venus memperlihatkan percakapan grup yang menurutnya lucu.“Lihat deh Mas, lucu banget videonya!” unjuk Venus memperlihatkan pada Dion. Dion menurut saja dan ikut me
Baca selengkapnya

Bab 35. Tak Tinggal Diam

Venus terengah dan menggelengkan kepalanya cepat. Dion pun memeluk Venus kembali dengan erat. Ia menoleh ke belakang masih memeluk Venus untuk melihat keadaan.“Bagaimana? Apa kalian baik-baik saja?” tanya Dion bersikap tenang. Kyle dan yang lainnya mengangguk. Sementara asisten Venus dan manajernya telah dijauhkan dari kamar itu.“Pak, aku sudah melapor pada manajer hotel. Dia akan segera kemari!” lapor Felipe pada Dion sesuai dengan perintahnya tadi. Dion mengangguk dan melepaskan Venus lalu bicara dengannya.“Kamu yakin gak kenapa-kenapa?” tanya Dion lagi dengan lembut. Ia tak peduli anggota timnya mulai melihat gelagat aneh padanya dan Venus kala bersama.“Apa mereka pacaran?” bisik Edward pada temannya Kyle yang ikut memperhatikan ketua tim mereka terus merangkul dan memeluk Venus.“Hushh ... jangan keras-keras! Aku juga berpikiran sama!” balas Kyle ikut berbisik.“Mas, tadi itu apa? Kenapa ada ular di dalam kamarku?” tanya Venus dengan wajah meringis hendak menangis. Dion menghe
Baca selengkapnya

Bab 36. Percobaan Pembunuhan

“Kita siap keluar! Perhatikan posisi kalian!” perintah Dion dari balik earpiece-nya memberikan perintah.“Siap, Pak!” jawab anggotanya dari mobil depan. Edward yang berada di bangku depan lantas membuka jasnya dan memberikan pada Dion yang tak memakai jas.“Pak, pakai ini! Kamu harus ikut ke dalam!” tawar Edward berbalik ke belakang. Dion mengangguk dan mengambil jas milik Edward. Ia menurunkan bagian lengan dan merapikan diri. Venus yang ikut melihat malah ikut membantu dengan merapikan dasi Dion.“Jangan ...” larang Dion tapi Venus tersenyum dan tetap menarik dasi Dion untuk merapikannya.“Gak apa, Mas!” Venus sedikit menepuk pundak Dion sejenak untuk merapikan kemejanya sebelum ia dan Edward keluar. Dion baru memakai jasnya sambil berjalan ke sisi mobil untuk membuka pintu bagi Venus. Venus turun dengan memegang tangan Dion yang terjulur untuknya.Sorot kamera langsung tertuju pada Venu
Baca selengkapnya

Bab 37. Aku Juga Terluka

Hari berlalu dari terang menjadi senja yang indah. Tapi tidak dengan gundah di hati Venus. Gareth terus memaksanya tetap di sampingnya untuk menunjukkan pada dunia jika mereka baik-baik saja. Setelah acara selesai dan after party berlangsung, Venus memilih tak ikut dengan alasan tak enak badan. Hari ini cukup melelahkan terlebih ia menghadapi teror ular tadi pagi.“Ada apa denganmu, Sayang? Aku menjemputmu dan kamu tak ada di hotel. Aku malah melihat ada ular di kamarmu. Apa yang terjadi?” tanya Gareth masih terus mencoba merangkul Venus di dalam mobil dalam perjalanan pulang.“Sudahlah, Gareth. Aku capek!” tolak Venus meski masih dengan suara lembut dan tak memaksa.“Kamu tak pernah seperti ini padaku. Kenapa kamu sudah tak mau bercerita lagi? Kamu bahkan tak pernah meneleponku lagi,” keluh Gareth mulai menyasar topik pembicaraan lain.“Harusnya aku yang bertanya seperti itu. Kamu yang tak pernah punya waktu untu
Baca selengkapnya

Bab 38. Izinkan Aku Mencintaimu

BHUK – sebuah pukulan mendarat dengan telak di wajah seorang pria bernama Oscar. Ia terjatuh di permadani di bawah kakinya dan terengah.“Dasar bodoh! Apa kau bahkan tak bisa mengatasi satu perempuan saja? Hanya untuk menakut-nakutinya saja kau gagal! Sekarang dia masih hidup dan liburan dengan si brengsek Moultens!” maki seorang pria yang merupakan bos dari Oscar. Oscar tak bisa membalas. Ia bangun dan berdiri kembali. Tangannya memegang rahangnya yang dipukul dengan tangan kosong oleh bosnya.“Aku tidak bisa berbuat banyak, Tuan. Dia terus ditempeli oleh pengawalnya itu!” jawab Oscar mencoba membela dirinya. Si bos langsung berbalik dan mendelik keras pada anak buahnya Oscar. Dan Oscar pun tak memiliki pilihan selain hanya menundukkan kepalanya saja. Ia tak mungkin membantah lagi.“Kenapa tidak bunuh saja pengawal itu? Sekarang dia malah memberikan penembakmu itu ke polisi!” tukas si bos masih marah-marah.&ldqu
Baca selengkapnya

Bab 39. Kodok Merindukan Sang Dewi

“Pagi Pak!” sapa Kyle kala membukakan pintu mobil untuk Dion. Dion memicingkan mata menatap Kyle yang menyengir lebar dan bodoh. Entah apa yang ia lakukan semalam, pagi ini ia terlambat dan baru muncul kala mereka di bandara.“Kenapa kamu terlambat?” tegur Dion dengan sikap tegasnya seperti biasa.“Uh, semalam aku agak mabuk. Hehehe!” Kyle menyengir lalu spontan hilang saat Dion tak memberikan tanggapan apa pun. Ia menatap datar dan menggelengkan kepalanya.“Selama bertugas tak boleh minum alkohol, apa kamu tahu itu?” tukas Dion memberikan peringatan.“Tapi semalam aku libur, Pak ...” sanggah Kyle memberikan alasan tapi Dion masih mendelik padanya.“Mas Dion! Ayo!” pekik si cantik Venus tersenyum lebar pada Dion yang menoleh padanya. Kyle selamat dari semburan omelan Dion karena Venus Harristian sudah mengajak Dion untuk segera naik ke pesawat bersamanya. Dion mendehem dengan s
Baca selengkapnya

Bab 40. Beri Ruang Untuk Bicara

Dari pada melamunkan hal tentang Venus, Dion memilih untuk menepi sejenak menikmati indah dan hijaunya lapangan tembak di sebelah. Ia duduk di salah satu bench (bangku) yang disediakan untuk menonton. Lapangan tembak itu setara dengan lapangan latihan standar untuk pasukan khusus polisi dengan segala perlengkapan dan target yang dipasang saat diperlukan.“Untuk apa semua ini, hhhmm,” gumam Dion dalam hatinya. Ia menarik napas panjang dan merogoh ponsel pribadinya. Dion pun membuka galeri foto dan melihat-lihat isi di dalamnya. Entah mengapa jarinya membuka folder foto-foto kebersamaannya dan Laras. Mereka pernah mengadakan acara pertunangan yang sederhana dan manis.Terlihat foto Dion mencium sisi kening Laras yang tersenyum sambil memejamkan matanya. Rasanya saat-saat itu begitu indah di hidup Dion. Ia yang jatuh cinta pada Laras si adik kelas adalah yang pertama memintanya menjadi kekasih.Begitu cepat waktu berlalu dari seragam SMA berganti menjad
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
35
DMCA.com Protection Status