Home / Romansa / Tertawan Cinta Bodyguard Tampan / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Tertawan Cinta Bodyguard Tampan: Chapter 21 - Chapter 30

346 Chapters

Bab 21. Dia Yang Kucari

Setelah mendapatkan laporan dari Dion, Arjoona tak bisa tinggal diam. Ia harus melakukan tindakan. Putrinya dalam bahaya. Instingnya sebagai ayah bicara bahwa ada yang tengah mengincar putrinya Venus.Tapi pandangan Arjoona meradang saat melihat istrinya pulang diantar oleh pria lain yang diakui sebagai pacar. Arjoona langsung memasang mode herder di depan pintu rumah. Claire yang ketahuan masih berhubungan dengan orang lain tak mau bertengkar di depan tamunya.“Apa lagi yang kau tunggu? Ciuman dari istriku!” hardik Arjoona dengan ubun-ubun mendidih melihat sang istri yang sudah masuk ke dalam tanpa menyapa.Pria bernama Owen itu pun pergi sambil mendengus angkuh. Itu membuat Arjoona jadi membanting pintu depan. Ia bukan marah tapi kecewa.“Princess! Ngapain kamu pulang sama laki-laki itu lagi!? Kamu kan sudah janji sama aku.” Suara Arjoona cukup besar membuat istrinya Claire yang baru pulang bekerja lalu berhenti dan menoleh padan
Read more

Bab 22. Wanita Impian

Jantung Dion melompat-lompat lagi. Posisinya sama seperti saat ia mengalami mimpi tentang Venus beberapa hari yang lalu. Dion butuh oksigen. Paru-parunya mulai sesak.“Mas Dion gak pa-pa kan?” tanya Venus lagi dengan lembut. Dion tak bisa bicara, dia hanya mengangguk saja. Venus pun tersenyum dan melepaskan pelukannya. Sepertinya tak ada bagian Venus melepaskan pelukan dalam mimpinya kemarin, bukan?“Sebenarnya Mas Dion kan punya janji sama aku malam ini,” tambah Venus lagi. Dion mengernyitkan keningnya.“Janji apa?” Venus sontak mengerucutkan bibirnya dengan tingkah cemberut.“Lupa ya? Mas Dion kan kalah tadi siang dan janji mau kencan denganku?” sahut Venus separuh merengek kesal. Mata Dion sontak membesar. Dia kira itu hanya bercanda.“M-Maksud kamu ... beneran ...” Venus mengangguk cepat.“Mas Dion gak mau?”“Bukan ... maksudku ... uh ... tapi ...”
Read more

Bab 23. Penjaga Sang Dewi

Venus tidak mabuk. Ia menyadari sepenuhnya yang dilakukannya saat ini. Rasa nyaman menimbulkan hal lain di hatinya. Dion tak seperti yang terlihat kala pertama mereka bertemu. Ia sesungguhnya pria berperilaku sopan dan lembut. Sesungguhnya Venus mulai merasa ia berbeda dari sejak awal. Kala Dion lebih sering menundukkan pandangan saat menatap Venus. Tak seperti kebanyakan pria yang menatap Venus liar layaknya santapan manis di akhir hidangan utama.Maka di saat ia larut dalam kesenduan hatinya yang harus menahan sakit akibat pengkhianatan Gareth, Venus seakan menarik dasi Dion untuk mendekat padanya. Tak hanya Venus yang ternyata menginginkannya, tapi Dion juga.Dion menyambut bibir wanita lain untuk mendapatkan ciuman darinya. Ciuman manis yang dulu hanya ia berikan untuk Laras. Sungguh, tak ada Laras saat ini di pikirannya saat ini sama sekali. Benaknya seolah kosong tapi tidak dengan ciumannya.“Hhmmpp ... huh, Ven ...” desah Dion usai perlahan me
Read more

Bab 24. Sarapan Manis

Dion tak tidur semalaman. Ia tetap duduk bersandar di ranjang dengan kemeja putih tergulung dan celana hitam yang sama. Hanya jas dan dasinya sudah dilepaskan begitu pula dengan sepatunya.Bagaimana ia bisa tidur setelah semalam berciuman dengan Venus dan itu nyata? Dion bahkan berkali-kali menjilati bibirnya dan rasanya masih bisa merasakan manis dan lembutnya bibir Venus padanya. Dion tak mengerti. Mengapa hal seperti ini bisa terjadi padanya? Ia hanya ingin menjalankan tugas selama tiga minggu lalu pulang dengan uang 250 juta untuk biaya pernikahan. Tapi apakah ia masih layak menikah dengan Laras sekarang?Di tangannya, Dion terus menggenggam ponsel pribadinya. Ia sangat ingin menghubungi Laras dan mengaku. Mengaku telah menyukai bahkan mencium wanita lain. Tapi bukankah itu hanya akan membuat Laras marah lalu membencinya?Waktu sudah pukul lima pagi itu artinya sekitar jam enam atau tujuh petang di Jakarta. Laras pasti sudah pulang dari kantor. Dion pun mene
Read more

Bab 25. Tiga Bulan Lagi

“Jadi begitu Dion. Saya sudah mengirimkan notice ke Kedutaan dan mereka akan mulai mengawasi kinerja kamu mulai hari ini. Setelah tiga bulan, kamu baru akan kembali. Posisi Kanit Dalmas akan diisi oleh perwira lain.” Dion hanya bisa memejamkan matanya mendengar seluruh penjelasan dari atasannya.Dion resmi ditugaskan di New York untuk mengawal Venus sampai tiga bulan ke depan. Ia diperpanjang dan posisinya sebagai Kanit Dalmas di Polsek akan diisi oleh perwira lainnya. Sementara Dion akan mendapatkan kenaikan pangkat sehingga saat ia pulang, ia bisa menempati posisi yang lebih tinggi nantinya.“Bagaimana, apa kamu mengerti?” tanya kepala polisi lagi.“Siap, Pak. Saya mengerti!” jawab Dion lagi.“Baik, kalau begitu. Selamat bertugas, selamat malam.”“Terima kasih, Pak!”Dion hanya bisa terpaku menatap layar ponselnya. Sekarang bagaimana caranya ia harus menjelaskan pada keluarganya d
Read more

Bab 26. Tubrukan

“Mas Dion ngapain nelepon sekarang sih?” sahut Laras balik separuh memarahi tunangannya Dion yang tiba-tiba menelepon.“Aku kan janji mau menghubungi kamu semalam. Tapi aku ketiduran,” ucap Dion beralasan. Laras berdecap kesal dan masih melirik pada pria yang bersamanya tengah berdebat dengan petugas keamanan tentang siapa yang salah.“Lalu siapa yang bertanggung jawab ini? Mana gak punya SIM lagi!” sahut pria itu masih marah-marah pada dua anak remaja dan petugas keamanan.“Siapa itu? Kok ada rame-rame?” tanya Dion yang sayup-sayup mendengar suara ribut di sekitar Laras. Laras langsung membesarkan matanya karena selidikan Dion padanya. Ia agak sedikit gusar dan perlahan mundur untuk menjauh. Laras ingin agar bisa bicara dengan baik dan Dion tak mendengar ribu-ribut lagi.“Mas, aku ... aku kecelakaan!” lapor Laras begitu ia mendapatkan keleluasaan.“Apa!” sahut Dion kaget menai
Read more

Bab 27. Hanya Tersisa Rasa

“Hah!” pekik Dion begitu kaget mendengar Laras mengakui jika biaya reparasinya bisa sampai 50 juta.“Tapi kan kamu belum bawa mobil itu ke bengkel, Laras. Mana mungkin kamu bisa tahu jumlah uangnya,” tukas Dion mencoba membela diri.“Iya, Mas. Tapi kan harga mobil mahal begitu masa perbaikannya cuma jutaan ya gak mungkin dong! Palingan puluhan juta kan? Setidaknya aku sudah punya pegangan, begitu lho, Mas!” bujuk Laras masih bersikeras. Dion menghela napas panjang dan pada akhirnya mencoba memberikan jalan keluar.“Gini saja. Kamu bawa saja dulu mobilnya ke bengkel, nanti kasih tahu aku berapa biayanya. Aku kirim uangnya ke rekening tagihannya.” Mata Laras sontak membesar.“Mas Dion gak percaya sama aku?” sahut Laras dengan suara ketus.“Bukannya gak percaya. Kamu kan baru kecelakaan, aku ndak mau kamu makin stres. Lebih baik kamu telepon mobil derek buat bawa mobil itu langsung ke b
Read more

Bab 28. Kesaksian

Dion memundurkan diri dan  menarik tangannya. Sementara Venus sedikit melirik pada Dion sebelum berpaling pada Gareth yang membawanya sedikit menjauh dari mobil. Dion pun menutup pintu dan Venus masih berdiri bersama Gareth yang menyentuh pinggang Venus dengan sebelah tangannya.“Apa yang kamu lakukan di sini?” tanya Venus dengan nada rendah dan lembut seperti biasa. Tapi ia tak tersenyum. Venus sesungguhnya tak mengetahui jika Gareth ikut datang menemaninya ke pengadilan.“Menemanimu. Aku mencarimu selama dua hari. Aku menghubungi ponselmu tapi kamu mematikannya,” sindir Gareth halus. Ia tersenyum lagi dan memandang Venus dengan lekat.“Aku tidak boleh menerima telepon.” Gareth mengangguk mengerti.“Aku mencarimu ke rumah dan ke tempat orang tuamu. Ayahmu bilang kamu harus bersembunyi sebentar sampai sidang. Aku sangat khawatir, Sayang.” Gareth menunjukkan raut wajah cemas pada hal buruk yang bisa saja
Read more

Bab 29. Aku Tak Marah

Venus digandeng oleh Gareth keluar dari arah depan daripada arah samping seperti yang diinstruksikan Dion. Tapi Dion tak bisa berbuat apa-apa karena Gareth memintanya mundur dan menurut.“Bawa saja mobilnya ke lobi! Bukannya sama saja!” tukas Gareth ketus memerintah Dion. Dion tak mau bertengkar dan menurut saja. Ternyata di depan gedung pengadilan para reporter sudah berjejal ingin mengambil foto dan berita tentang Venus. Kini publik mengetahui jika Venus adalah saksi kunci pembunuhan konglomerat Edgar Luther.Venus kaget dan sempat menolak tapi Gareth langsung merangkulnya dan mengajaknya untuk pamer kemesraan.“Sayang, mereka sudah menunggu kita!” sahut Gareth sambil tersenyum.“Apa yang kamu lakukan? Kenapa banyak reporter di sini?” tanya Venus dengan nada khawatir.“Mereka tengah meliputmu!”“Apa kamu yang mengundang mereka?”“Tidak, aku baru tahu jika mereka di si
Read more

Bab 30. Jangan Curangi Aku

Dalam kekalutan itu dan jantung Dion mau copot saat Rei Harristian masuk ke kamar adiknya. Ia nyaris memergoki Venus berduaan dengan Dion jika saja bukan karena jarak dari pintu ke ranjang agak jauh dan tak langsung menghadap ranjang.“Oh ada Mas Dion?” sapa Rei dengan raut polos tanpa berpikiran aneh. Dion tersenyum aneh dan mengangguk.“Saya keluar dulu. Selamat malam, Nona!” Dion separuh panik berbalik mengambil bunga dan kartunya lalu mengangguk lagi pada Rei yang dilewatinya buru-buru. Rei sempat memicingkan matanya curiga saat dilewati Dion. Matanya mengikuti ke arah Dion yang keluar dari kamar Venus tak lama kemudian. Saat Rei kembali melihat pada Venus, adiknya itu menyengir polos seakan tak bersalah.Dion mengurut dadanya dan bernapas lebih lega. Ia memejamkan mata sambil bersandar di dinding mencoba menenangkan diri. Bunga dan kartu itu berhasil membuat Dion tersenyum lagi sambil memandangnya. Tiba-tiba Dion ingat sesuatu. Rasan
Read more
PREV
123456
...
35
DMCA.com Protection Status