Semua Bab Callista: Bukan Sugar Baby Biasa: Bab 161 - Bab 170

181 Bab

Hening yang Mencekam

Star berikir kalau sakit yang dirasakannya beberapa waktu lalu sudah hilang sepenuhnya, tapi mendekati tengah malam sakit itu datang lagi. Rasanya seperti nyeri haid, tapi berkali lipat lebih sakit. Sakit itu datang dan pergi begitu saja. Pada awalnya hanya tersa sesekali saja, tapi lama kelaman makin sering dan makin sakit. Tidak lagi bisa menahan rasa sakit, Star membangunkan Harvie. "Daddy." Suara rintihan pelan Star tentu tidak didengar oleh Harvie yang sudah lelap. Rasa sakit yang tiba-tiba berhenti, membuat Star buru-buru mengguncang tubuh Harvie sekeras yang dia mampu. "Hah. Ada apa? Kenapa?" Harvie tersetak bangun dalam keadaan linglung. "Perutku sakit," bisik Star berusaha untuk mengumpulkan tenaganya kembali. Rasa sakit sungguh menguras tenaganya. "Sakit perut?" Harvie masih terlihat linglung dan itu membuat Star kesal. "Aku akan melahirkan brengsek," teriak Star cukup keras, tapi Harvie masih terlihat bingung. "Kamu mau melahi ... WHAT?" Tiba-tiba saja Harvie be
Baca selengkapnya

Keajaiban

"Harvie? Bagaimana?" Helena segera bangkit dari kursi panjang untuk menyambut anaknya yang baru keluar dari ruangan bersalin. Tidak ada jawaban dari Harvie yang melangkah gontai. Tatapannya kosong dan ekspresinya sendu. Harvie jatuh terduduk di kursi panjang terdekat dengan kepala menunduk. "Harvie ada apa?" Peter yang paling pertama menyadari keanehan pada putranya. Harvie masih tidak bisa menjawab dan kini dia malah menangis, membuat semua orang ketakutan. Bahkan Zeus sampai marah dibuatnya. "Berhentilah menangis brengsek dan katakan sesuatu." Zeus yang sudah tidak bisa menahan diri, meraih kaos Harvie dan mencengkrnya dengan kuat. Tapi Harvie masih bergeming. Dia ingin mengatakan sesuatu, tapi tidak ada yang bisa keluar dari mulutnya. Dan suara pintu terbuka, membuat semua orang berbalik. "Maaf permisi." Dua orang perawat keluar dengan terburu-buru mendorong box bayi khas rumah sakit. Salah seorang diantara mereka, menggenggam alat bantu pernapasan manual yang menempe
Baca selengkapnya

Sembuh?

Rasanya Star mengingat dirinya berada di ruang bersalin. Dia mengingat perasaan lega yang dirasakannya, namun sedetik kemudian ingatan itu menghilang. Tak ada lagi yang bisa dia ingat setelahnya. Sekarang ini hanya rasa pening dan lemas yang bisa dirasakan Star. Dengan sangat perlahan, Star membuka matanya. Dia berpikir akan menemui langit-langit rumah sakit sebagai hal pertama yang dilihatnya, tapi justru wajah Harvie lah yang pertama terlihat. Butuh waktu beberapa menit bagi Star untuk mencerna keadaannya. Sepertinya Harvie menyelinap naik ke atas ranjang pasien dan tidur sambil memeluk dirinya. Dan entah bagaimana Star juga melakukan hal yang sama, tidur dengan memeluk suaminya. Star yang tidak ingin membangunkan Harvie yang terlihat sangat lelah, pelan-pelan mengurai pelukan Harvie. "Hah, ada apa? Kenapa?" Harvie tiba-tiba saja terbangun dari tidurnya dengan terburu-buru, padahal gerakan tangan Star sangatlah halus. Harvie yang masih linglung menatap Star yang juga kaget
Baca selengkapnya

Menjadi Gila

"Hai, jagoan." Star menyapa baby Marvel yang kali ini tidak tertidur. Setelah dirawat sekitar seminggu, bayi itu sudah terlihat lebih sehat sekarang. Begitupula dengan Star. Setelah dinyatakan seratus persen sehat, Star diizinkan untuk pulang. Sementara itu, Marvel masih harus menginap dan menunggu 'lubang' di jantungnya lebih menutup dan berat badannya naik sampai mencapai batas normal. "Mommy sebenarnya belum mau pulang. Mommy maunya nemenin kamu, tapi gimana dong? Mommy udah diusir." Star terkekeh pelan setelahnya. "Katanya mungkin satu atau dua minggu lagi baru Marvel bisa pulang." Kali ini Star memasang wajah cemberut. "Makanya Marvel makan yang banyak, rajin minum obat dan istirahat yang cukup. Biar nanti adek Marvel bisa cepat pulang dan ketemu Kakak Yvonne. Sama Tante Amora dan Om Benedict," Harvie melanjutkan. Star yang mentalnya sudah lebih baik setelah mencari tahu sendiri dan banyak bertanya tentang penyakit Marvel, merasa sedikit lebih lega dan sudah bisa bercanda.
Baca selengkapnya

Nyicil

"Yvonne. Adeknya mau minum susu dulu, Nak. Sebentar baru kita main lagi ya. Tunggu adek Marvel bobo dulu ya." "Mo main." Yvonne terus-terusan merengek dan menarik lengan baju Star. Sejak Marvel pulang ke rumah, Yvonne tiba-tiba saja jadi rewel. Dia sering sekali mengganggu Marvel atau mengganggu ketika Star sedang mengurusi putranya. Kata Mama Helena sih, 'Yvonne cemburu dengan adiknya. Biasa anak kecil memang gitu, merasa perhatian orang tuanya diambil oleh si adik.' Mau tidak mau Star mendesah mendengar perkataan ibu mertuanya. Hal ini mengingatkan Star pada Irish. Sedikit banyak Star takut Yvonne akan seperti Irish. Tapi bagaimana pun Star mencoba adil, Yvonne tetap rewel. Seperti sekarang ini. "Mo main." Yvonne makin berteriak keras. Suara cempreng nan keras Yvonne membuat Marvel terkejut. Alhasil, Marvel pun menangis. "Aduh, Yvonne. Kamu jangan berteriak dong. Lihat nih adek Marvel jadi nangis." Star spontan memarahi Yvonne. Wajah Yvonne perlahan-lahan berubah. Dari w
Baca selengkapnya

Ekstra-Zeus & Hera

"Rasanya malas turun dari mobil," ucap Zeus sambil menghela napas. Sesunguhnya, Zeus sangat malas ikut acara keluarga seperti ini. Acara ini hanya menjadi ajang untuk ayah kandungnya merendahkan dirinya dan menyanjung orang lain. Suara getaran dari ponselnya, membuat Zeus terpaksa keluar dari lamunannya. Dia menatap ponselnya yang tergeletak di kursi penumpang sebelahnya. "Ya, Pa. Zeus baru sampai." Zeus berbohong pada ayahnya yang menelepon. "Aku akan segera naik." Segera setelah mematikan telepon, Zeus meraih paper bag yang ada di kusi penumpang dan segera turun dari mobil. Dia tidak bisa membuat ayahnya menunggu lebih lama lagi. Kalau tidak dia bisa dihukum. Zeus mendengkus mendengar pemikirannya sendiri. Sudah hampir umur dua enam, tapi masih diberi hukuman. Ayahnya benar-benar kuno. "Eh, tunggu dulu." Suara panik seorang perempuan membuat Zeus refleks menekan tombol lift untuk membuka kembali pintunya yang nyaris tertutup. "Terima kasih." Perempuan itu membun
Baca selengkapnya

Ekstra - Utang Maaf

"Kamu yang kasih nomor telepon aku sama orang yang namanya Zeus Arwen?" tanya Hera dengan kesal. "Duduk dulu kali, Ra. Orang-orang pada liatin kamu tuh." Nadine menunjuk kursi di depannya dengan santai. Hera mengedarkan pandangannya ke sekeliling dan memang ada beberapa orang yang melihatnya dengan tatapan bertanya. Mau tidak mau, Hera harus duduk agar tidak menjadi tontonan orang. "Sorry, soalnya aku disogok dengan tas mahal keluaran terbaru." Nadine menjawab pertanyaan Hera dengan santainya. "Wah, apa persahabatan kita cuma seharga tas mahal?" tanya Hera dengan mata melotot. "Hei, itu harganya ratusan juta loh. Bukan sekedar satu atau dua juta." Nadine dengan terpaksa protes. "Ya, kali kamu gak sanggup beli gituan." Hera memutar bola matanya dengan gemas. "Kalau bisa gratis kenapa harus bayar?" Nadine membalas dengan senyum lebar diwajahnya yang manis, membuat Hera makin gemas saja. "Memangnya dia ngapain saja?" tanya Nadine penasaran. "Baru kali ini loh Kak Zeus segitunya
Baca selengkapnya

Ekstra-Pacaran

"Hera." Panggilan nyaring mengikuti langkah Hera turun dari tangga. Hera menghembuskan napas keras, sudah bisa menebak apa yang membuat ibunya berteriak memanggilnya. Pasti itu karena kelakuan Zeus lagi. "Ada kiriman buket bunga lagi untukmu." Ibu Hera berjalan santai menenteng buket bunga mawar indah di sebelah tangan. "Siapa sih yang mengirimu buket bunga setiap hari?" Ibu Hera yang penasaran membaca kartu yang menyertai bunga itu tanpa izin. "Mama." Hera segera berlari menghampiri ibunya untuk merebut kartu ucapan itu. "Gak sopan tahu baca suratnya orang lain." "Siapa itu Zeus?" tanya sang ibu dengan kening berkerut. Terlambat. Mama dari Hera itu sudah membaca isi surat yang tertulis pada kartu ucapan itu. Sesuatu yang paling tidak diinginkan oleh Hera. "Bukan Zeus yang Mama kenal kan?" Mama Hera bertanya lagi. "Memangnya ada berapa orang dengan nama Zeus yang Mama kenal?" tanya Hera tanpa menatap ibunya. "Zeus Arwen, hanya satu itu." Bukan sang ibu yang menjawab, tapi sa
Baca selengkapnya

Ekstra-Deal

Entah untuk yang keberapa kalinya Zeus menatap pantulan dirinya di rear. Dia sudah tiba di depan teras rumah Nadine, tapi belum juga turun dari mobil pinjamannya. Ya, mobil pinjaman. Hera bersikeras untuk Zeus tidak menggunakan mobil pribadi atau milik keluarga dan perusahannya. Hera bahkan meminta Zeus meminjam mobil yang terlihat biasa saja dengan kaca gelap. Sebagai playboy cap kelinci, Zeus tentu mengartikan ini sebagai ajakan untuk bermesraan di mobil. Semua permintaan absurd Hera ini, pastilah untuk mengecoh publik. Suara ketukan di kaca mobil, membuat Zeus berhenti menyugar rambutnya. Dia langsung mendengkus kesal ketika melihat Nadine dan bukan Hera. "Ngapain sih di mobil selama itu? Mainin 'adekmu' ya?" tanya Nadine tanpa filter, bahkan tak segan menunjuk pangkal paha Zeus. "Ngapain pakai tangan kalau sekarang sudah ada pacar?" jawab Zeus cuek dan berjalan santai melewati sepupunya. "Aku kasih tahu ya, Hera itu beda dengan cewek-cewek yang selama ini nemanin Kak Zeus ti
Baca selengkapnya

Ekstra-Menikah

"Kamu belakangan ini ke mana saja sih?" Hera baru saja menjejakkan kaki di dalam rumah dan suara ayahnya sudah terdengar sangat ketus. Membuat Hera berhenti melangkah hanya untuk mencemooh. "Bukannya Papa tahu segalanya? Mana orang yang memata-mataiku?" tanya Hera dengan sama ketusnya. "Kamu ke rumah Nadine." Ayah Hera bersuara dengan nada lebih lembut. Hera memang terlihat pergi ke rumah Nadine saja. Atau kadang menginap di apartemen sahabat anaknya itu. Hera memang kadang seperti itu, tapi dalam hampir sebulan terakhir frekuensinya meningkat pesat dan jadi mencurigakan. "Tuh, Papa tahu. Kenapa harus tanya lagi. Hari ini aku pakai dalaman warna apa juga harusnya Papa tahu kan." "Papa sudah mencabut semua CCTV di kamarmu." "I dont't trust you," jawab Hera dengan mata memancarkan amarah. Sangat wajar jika Hera marah. Apa yang dilakukan kedua orang tuanya adalah pelanggaran privasi. Itu sudah sangat keterlaluan. Perempuan mana sih yang senang diintip? "Papa benar-benar ti
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
141516171819
DMCA.com Protection Status