Share

Menjadi Gila

Author: 5Lluna
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Hai, jagoan." Star menyapa baby Marvel yang kali ini tidak tertidur.

Setelah dirawat sekitar seminggu, bayi itu sudah terlihat lebih sehat sekarang. Begitupula dengan Star. Setelah dinyatakan seratus persen sehat, Star diizinkan untuk pulang.

Sementara itu, Marvel masih harus menginap dan menunggu 'lubang' di jantungnya lebih menutup dan berat badannya naik sampai mencapai batas normal.

"Mommy sebenarnya belum mau pulang. Mommy maunya nemenin kamu, tapi gimana dong? Mommy udah diusir." Star terkekeh pelan setelahnya.

"Katanya mungkin satu atau dua minggu lagi baru Marvel bisa pulang." Kali ini Star memasang wajah cemberut.

"Makanya Marvel makan yang banyak, rajin minum obat dan istirahat yang cukup. Biar nanti adek Marvel bisa cepat pulang dan ketemu Kakak Yvonne. Sama Tante Amora dan Om Benedict," Harvie melanjutkan.

Star yang mentalnya sudah lebih baik setelah mencari tahu sendiri dan banyak bertanya tentang penyakit Marvel, merasa sedikit lebih lega dan sudah bisa bercanda.
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Nyicil

    "Yvonne. Adeknya mau minum susu dulu, Nak. Sebentar baru kita main lagi ya. Tunggu adek Marvel bobo dulu ya." "Mo main." Yvonne terus-terusan merengek dan menarik lengan baju Star. Sejak Marvel pulang ke rumah, Yvonne tiba-tiba saja jadi rewel. Dia sering sekali mengganggu Marvel atau mengganggu ketika Star sedang mengurusi putranya. Kata Mama Helena sih, 'Yvonne cemburu dengan adiknya. Biasa anak kecil memang gitu, merasa perhatian orang tuanya diambil oleh si adik.' Mau tidak mau Star mendesah mendengar perkataan ibu mertuanya. Hal ini mengingatkan Star pada Irish. Sedikit banyak Star takut Yvonne akan seperti Irish. Tapi bagaimana pun Star mencoba adil, Yvonne tetap rewel. Seperti sekarang ini. "Mo main." Yvonne makin berteriak keras. Suara cempreng nan keras Yvonne membuat Marvel terkejut. Alhasil, Marvel pun menangis. "Aduh, Yvonne. Kamu jangan berteriak dong. Lihat nih adek Marvel jadi nangis." Star spontan memarahi Yvonne. Wajah Yvonne perlahan-lahan berubah. Dari w

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Ekstra-Zeus & Hera

    "Rasanya malas turun dari mobil," ucap Zeus sambil menghela napas. Sesunguhnya, Zeus sangat malas ikut acara keluarga seperti ini. Acara ini hanya menjadi ajang untuk ayah kandungnya merendahkan dirinya dan menyanjung orang lain. Suara getaran dari ponselnya, membuat Zeus terpaksa keluar dari lamunannya. Dia menatap ponselnya yang tergeletak di kursi penumpang sebelahnya. "Ya, Pa. Zeus baru sampai." Zeus berbohong pada ayahnya yang menelepon. "Aku akan segera naik." Segera setelah mematikan telepon, Zeus meraih paper bag yang ada di kusi penumpang dan segera turun dari mobil. Dia tidak bisa membuat ayahnya menunggu lebih lama lagi. Kalau tidak dia bisa dihukum. Zeus mendengkus mendengar pemikirannya sendiri. Sudah hampir umur dua enam, tapi masih diberi hukuman. Ayahnya benar-benar kuno. "Eh, tunggu dulu." Suara panik seorang perempuan membuat Zeus refleks menekan tombol lift untuk membuka kembali pintunya yang nyaris tertutup. "Terima kasih." Perempuan itu membun

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Ekstra - Utang Maaf

    "Kamu yang kasih nomor telepon aku sama orang yang namanya Zeus Arwen?" tanya Hera dengan kesal. "Duduk dulu kali, Ra. Orang-orang pada liatin kamu tuh." Nadine menunjuk kursi di depannya dengan santai. Hera mengedarkan pandangannya ke sekeliling dan memang ada beberapa orang yang melihatnya dengan tatapan bertanya. Mau tidak mau, Hera harus duduk agar tidak menjadi tontonan orang. "Sorry, soalnya aku disogok dengan tas mahal keluaran terbaru." Nadine menjawab pertanyaan Hera dengan santainya. "Wah, apa persahabatan kita cuma seharga tas mahal?" tanya Hera dengan mata melotot. "Hei, itu harganya ratusan juta loh. Bukan sekedar satu atau dua juta." Nadine dengan terpaksa protes. "Ya, kali kamu gak sanggup beli gituan." Hera memutar bola matanya dengan gemas. "Kalau bisa gratis kenapa harus bayar?" Nadine membalas dengan senyum lebar diwajahnya yang manis, membuat Hera makin gemas saja. "Memangnya dia ngapain saja?" tanya Nadine penasaran. "Baru kali ini loh Kak Zeus segitunya

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Ekstra-Pacaran

    "Hera." Panggilan nyaring mengikuti langkah Hera turun dari tangga. Hera menghembuskan napas keras, sudah bisa menebak apa yang membuat ibunya berteriak memanggilnya. Pasti itu karena kelakuan Zeus lagi. "Ada kiriman buket bunga lagi untukmu." Ibu Hera berjalan santai menenteng buket bunga mawar indah di sebelah tangan. "Siapa sih yang mengirimu buket bunga setiap hari?" Ibu Hera yang penasaran membaca kartu yang menyertai bunga itu tanpa izin. "Mama." Hera segera berlari menghampiri ibunya untuk merebut kartu ucapan itu. "Gak sopan tahu baca suratnya orang lain." "Siapa itu Zeus?" tanya sang ibu dengan kening berkerut. Terlambat. Mama dari Hera itu sudah membaca isi surat yang tertulis pada kartu ucapan itu. Sesuatu yang paling tidak diinginkan oleh Hera. "Bukan Zeus yang Mama kenal kan?" Mama Hera bertanya lagi. "Memangnya ada berapa orang dengan nama Zeus yang Mama kenal?" tanya Hera tanpa menatap ibunya. "Zeus Arwen, hanya satu itu." Bukan sang ibu yang menjawab, tapi sa

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Ekstra-Deal

    Entah untuk yang keberapa kalinya Zeus menatap pantulan dirinya di rear. Dia sudah tiba di depan teras rumah Nadine, tapi belum juga turun dari mobil pinjamannya. Ya, mobil pinjaman. Hera bersikeras untuk Zeus tidak menggunakan mobil pribadi atau milik keluarga dan perusahannya. Hera bahkan meminta Zeus meminjam mobil yang terlihat biasa saja dengan kaca gelap. Sebagai playboy cap kelinci, Zeus tentu mengartikan ini sebagai ajakan untuk bermesraan di mobil. Semua permintaan absurd Hera ini, pastilah untuk mengecoh publik. Suara ketukan di kaca mobil, membuat Zeus berhenti menyugar rambutnya. Dia langsung mendengkus kesal ketika melihat Nadine dan bukan Hera. "Ngapain sih di mobil selama itu? Mainin 'adekmu' ya?" tanya Nadine tanpa filter, bahkan tak segan menunjuk pangkal paha Zeus. "Ngapain pakai tangan kalau sekarang sudah ada pacar?" jawab Zeus cuek dan berjalan santai melewati sepupunya. "Aku kasih tahu ya, Hera itu beda dengan cewek-cewek yang selama ini nemanin Kak Zeus ti

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Ekstra-Menikah

    "Kamu belakangan ini ke mana saja sih?" Hera baru saja menjejakkan kaki di dalam rumah dan suara ayahnya sudah terdengar sangat ketus. Membuat Hera berhenti melangkah hanya untuk mencemooh. "Bukannya Papa tahu segalanya? Mana orang yang memata-mataiku?" tanya Hera dengan sama ketusnya. "Kamu ke rumah Nadine." Ayah Hera bersuara dengan nada lebih lembut. Hera memang terlihat pergi ke rumah Nadine saja. Atau kadang menginap di apartemen sahabat anaknya itu. Hera memang kadang seperti itu, tapi dalam hampir sebulan terakhir frekuensinya meningkat pesat dan jadi mencurigakan. "Tuh, Papa tahu. Kenapa harus tanya lagi. Hari ini aku pakai dalaman warna apa juga harusnya Papa tahu kan." "Papa sudah mencabut semua CCTV di kamarmu." "I dont't trust you," jawab Hera dengan mata memancarkan amarah. Sangat wajar jika Hera marah. Apa yang dilakukan kedua orang tuanya adalah pelanggaran privasi. Itu sudah sangat keterlaluan. Perempuan mana sih yang senang diintip? "Papa benar-benar ti

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Ekstra-Mimpi Basah

    "Dasar gila." Hera meraup wajahnya dengan sedikit kasar. "Sudah tua begini masih mimpi basah." Ya. Hera baru saja memimpikan ketika dia dan Zeus pertama kali bercinta. Kegiatan yang pada akhirnya membawa Star dalam kehidupan mereka berdua. Dan soal 'basah' yang dimaksud Hera adalah bagian kewanitaannya benar-benar terasa basah. "Sialan." Hera memaki tanpa filter dan tanpa peduli Zeus mungkin akan mendengarnya. Ngomong-ngomong soal Zeus, Hera tidak merasakan tangan suaminya yang belakangan ini selalu melingkar di pinggangnya. Hera bangun dari posisi tidurnya dan mendapati ranjang di sebelahnya kosong. "Dia yang memaksa tidur seranjang, dia juga yang pergi selingkuh." Hera mendengkus kasar mendengar pemikirannya sendiri. Semenjak Hera hamil si kembar, Zeus memang jauh lebih sering menghabiskan waktu di rumahnya. Setelah si kembar lahir di usia tuanya ini, Zeus malah sudah memindahkan semua barang-barangnya ke rumah Hera ketika istrinya itu masih di rumah sakit. Zeus bahkan b

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Ekstra-Istri Muda

    "Nyonya tunggu sebentar." Seorang pelayan di rumah Hera berlari mengejar seorang wanita yang terlihat seumuran dengan pemilik rumah. Wanita itu bersikeras ingin langsung bertemu dan mungkin membangunkan Hera. Para pelayan tentu tidak bisa mengusir begitu saja karena dia adalah sahabat Hera. "Bibi." Nadine menghentikan langkahnya. "Aku kan udah biasa main ke sini dan langsung mengganggu tidur tenang Hera. Kenapa sekarang dihalangi sih?" "Itu Nyonya Her ...." "Udah cukup. Biar aku naik sekarang." Nadine mengangkat sebelah tangannya untuk menghentikan kata-kata si Bibi pengurus rumah.. Kejadian ini sudah terjadi dua kali. Bibi baru mau menjelaskan soal keberadaan Zeus, tapi Nadine selalu memotong. Bukannya mau melarang Nadine, tapi kan siapa yang tahu apa yang dilakukan Zeus dan Hera. Mereka kan sudah rujuk dan bisa saja sedang melakukan 'sesuatu'. Yang paling membuat si bibi gugup karena Hera sering lupa mengunci kamar, bahkan setelah ada Zeus. "Bestie ...." Nadine mem

Latest chapter

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Ekstra-Suatu Saat Nanti (TAMAT)

    Tidak ada satu manusia pun yang tahu apa yang direncanakan oleh Tuhan. Semisal tentang jangka waktu hidup seorang manusia. Setelah kematian Ronald Arwen yang sudah diprediksi. Berita duka yang lain datang dua tahun kemudian. Secara tiba-tiba Peter Carlton meninggal dalam kecelakaan kerja, saat sedang meninjau lokasi pembangunan. Tepat di saat cucu keempatnya lahir. Anak itu kemudian diberi nama Peter Carlton Jr. Ada juga kejadian tak terduga lain ditahun yang sama. Ketika Marvel Leonard Carlton masuk rumah sakit karena ada masalah pada jantungnya. Lubang di jantung yang dulu membuatnya harus masuk NICU, nyatanya tidak berhasil menutup sempurna. Hal itu baru diketahui ketika berumur tujuh tahun. Untungnya, tidak ada yang membuat nyawanya terancam. Marvel hanya perlu operasi untuk menyumbat lubang tersebut, setelahnya Marvel bisa hidup normal. Hal lain yang perlu dirawat dari Marel hanya matanya. Dari usia enam tahun dia sudah harus menggunakan kacamata tebal. Itu terjadi bukan

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Ekstra-Semua Ada Hikmahnya

    Marvel menunduk dengan wajah terpesona. Matanya dan bibirnya membuka dengan lucunya, saking terpesonanya dia pada adik bayinya yang baru lahir. Marvel tiap hari bertemu dengan adiknya, tapi tetap saja berekspresi seperti itu. "Eh, Marvel. Pipinya adiknya jangan ditusuk-tusuk gitu dong, Nak." Star mengambil tangan anaknya dengan lembut, agar tidak lagi menjahili si kecil July. Dilarang menggunakan jarinya, kini Marvel kembali mengganggu adiknya dengan cara lain. Kali ini si kecil marvel mengecup pipi July dengan gemas. "Astaga, kecil-kecil sudah ada bibit playboynya." Gumaman asal Helena membuat semua orang tertawa. Helena kembali mengadakan acara syukuran kecil-kecilan untuk cucu ketiganya yang cantik, tepat sebulan setelah kelahirannya. Seperti biasa, bukan hanya Carlton dan Arwen saja yang datang. Keluarga besar Langton juga datang. "Ma, tolong jangan didoaiin yang aneh-aneh dong." Harvie langsung protes mendengar Helena berkata seperti itu. Harvie mengakui kalau dulu dia m

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Ekstra-Kembar Tiga

    "Mari kita dengar sambutan dari siswa paling berprestasi kita." Seseorang diatas podium mempersilakan Star bergabung. Star berdiri dari tempatnya duduk di barisan paing depan. Dia tersenyum lebar dan berjalan pelan ke atas podium dengan perutnya yang sudah mulai membuncit. "Pertama-tama saya ingin mengucapkan terima kasih pada Tuhan Yang Maha Esa." Star memulai pidatonya dengan ucapan terima kasih pada berbagai pihak. "Terakhir terima kasih untuk keluargaku. Papa, Mama, adik-adik, Mertua, serta suami dan anak-anakku." Star tersenyum penuh haru ke arah keluarganya duduk. Hanya ada Harvie dan kedua orang tua Star di sana, tapi itu saja sudah lebih dari cukup. Lagi pula akan sangat merepotkan kalau anak-anak juga ikut ke acara wisudanya, jadi Helena dan Peter yang mendapat jatah menjaga anak-anak. "Mungkin banyak yang bingung bagaimana saya membagi waktu jadi ibu rumah tangga dan kuliah, tapi ... Saya bisa jadi seperti ini karena keluarga saya. Karena punya suami yang mendukung ser

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Ekstra-Di Atas Mobil

    "Star ada diatas main sama anak-anak." Hera memberitahu ketika melihat Harvie. "Thank you, Ma." Harvie segera berlari ke lantai atas, tempat anak-anak biasa bermain. Ini sudah hari ketiga sejak Star menginap di rumah orang tuanya dan dia sudah amat sangat rindu dengan keluarga kecilnya. "Star?" Harvie membuka pintu ruang bermain dengan pelan dan menemukan kalau semua penghuninya tengah tertidur di atas karpet tebal. Star tertidur dengan laptop yang terbuka, dikelilingi oleh Yvonne, Marvel, Amora dan Benedict. Pemandangan yang sangat manis dan Harvie sungguh berharap bisa punya keluarga besar seperti ini. Tidak ingin mengganggu istirahat mereka, Harvie mengendap-ngendap untuk mematikan laptop Star. Dan dia mulai memindahkan satu persatu manusia itu ke kamar masing-masing. *** "Sudah bangun?" Star mengerjap perlahan mendengar suara Harvie yang sudah dia rindukan. Star pikir dia masih bermimpi dan mengeratkan pelukannnya pada Harvie. "Masih ngantuk ya?" Harvie bertanya de

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Ekstra-Pak Dosen

    Star mengetukkan kaki ke teras rumah dengan wajah amat kesal. Irina yang berdiri di sebelahnya dengan memegang setumpuk kertas, tidak berani menatap bosnya itu. "Daddy ke mana sih?" tanya Star dengan ketus. "Biar saya teleponkan." Irina segera bergerak cepat mengambil ponselnya dan menyerahkannya pada Star untuk bicara. "Daddy tahu sudah berapa lama aku nungguin?" tanya Star dengan luar biasa ketusnya. "Maaf, Sayang. Rapatnya selesai lebih lama dar ..." "I don't care. Kan aku sudah bilang berhenti kerja dan suruh Brian yang urus semuanya. Susah banget ya gak kerja selama beberapa bulan?" "Gak bisa gitu, Sayang. Soalnya ini proyek be ...." "Lebih penting proyek atau anakmu? Datang dalam lima menit atau aku pulang ke rumah Mama." Star mematikan sambungan secara sepihak. Setelah penolakan yang dilakukan Star tempo hari, dia akhirnya melakukan test kehamilan karena merasa khawatir. Tentu saja hasilnya positif, dan membuat Star mengamuk. Sekali lagi, Star bukannya tidak mau punya

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Ekstra-Adik Baru

    "Mami. Mami." Marvel berlari-lari untuk menghampiri ibunya yang sedang mengerjakan tugas akhir kuliahnya. Star yang sedang sakit kepala pun refleks tersenyum melihat bocah empat tahun itu. "Kenapa sayang?" Star mengangkat Marvel dan mendudukkan anak yang kini sudah membulat itu di pangkuannya. "Vel mo ade." Usia Marvel sudah empat tahun lebih, tapi belum bisa bicara lancar seperti Yvonne dulu. Dia memang terlambat mulai bicara, jadi kosakatanya masih minim. "Marvel mau adek?" tanya Star dengan ekspresi sedikit horor. "Maksudnya mau punya adek?" Ekspresi Star terlihat makin horor saja ketika anak bungsunya ini mengangguk. Kenapa juga si Marvel bisa tiba-tiba minta adek? "Kenapa Marvel mau minta adek?" tanya Star penasaran. "Lion punya ade," jawab Marvel dengan senyum mengembang. Sepertinya pria kecil Star itu mulai memikirkan indahnya punya adik lagi. “Rion?” Star mengumpat dalam hati. Lain kali Star tidak akan membiarkan Marvel main dengan Rion. “Kakak Von uga.” "Ka

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Ekstra-Minta Adik

    “DONI.” Doni menggeram kesal mendengar suara ayahnya yang menggelegar. Dengan sangat terpaksa, dia meninggalkan permainan game onlinenya dan menghampiri sang ayah. “Kamu ini sebenranya ngapain sih?” tanya sang ayah dengan wajah terlihat sedikit kesal. “Maksud Ayah apaan sih?” tanya Doni bingung. Tapi tiba-tiba saja ayahnya tersenyum. “Kita sekeluarga diundang untuk grand opening mal. Kerjasama Olympus Grup dan Constate Enterprise.” Ayah Doni berteriak riang sambil memeluk anaknya. Bagi para pengusaha, diundang oleh perusahaan kondang saja merupakan suatu kebanggaan. Apalagi yang mengundang ini merupakan perusahaan kelas dunia. “Lalu? Hubungannya denganku apa?” tanya Doni makin bingung. “Katanya pimpinan Constate dan anak tertua dari Olympus Grup mengenalmu secara pribadi, makanya mereka mau mengundang. Ini kesempatan yang sangat baik Doni.” “Apanya?” tanya Doni makin bingung. “Kamu ini gimana sih? Kuliah bisnis, tapi tidak tahu apa-apa soal bisnis. Katanya pemimpin Olympus,

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Ekstra-Pantang Menyerah

    Waktu bergulir dengan cepat. Tidak terasa ujian semester pertama sudah dekat dan Star mah didera banyak masalah yang membuatnya tidak fokus. Marvel terserang flu berat dan menulari Yvonne. Karena Marvel punya masalah pada jantungnya, dia terpaksa harus diinapkan di rumah sakit. Lalu karena Yvonne juga merengek ingin menginap di rumah sakit, dia juga terpaksa dirawat. Kata dokter sih tidak ada masalah karena Star dan Harvie membawa mereka ke rumah sakit tepat waktu, tapi tetap saja Star khawatir dan mempengaruhi fokusnya untuk kuliah. Belum lagi gosip-gosip yang mulai bermunculan. Sama seperti dulu, banyak yang menggosipkannya sebagai wanita panggilan, hamil diluar nikah, peliharaan om-om dan lain sebagainya. Kehadiran Yvonne dan Marvel yang selalu datang menjemput jadi pemicunya. Bukan berarti Star menyalahkan anak-anak. Dia dulu juga sudah digosipkan seperti itu dan kebetulan saja kemunculan anak-anak seolah jadi pembenar gosip itu. Selain itu, Doni yang sudah lama tidak me

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Ekstra-Kejutan

    "Kok sedari tadi kamu cemberut sih?" Harvie yang baru pulang langsung mengecup puncak kepala Star yang masih menemani anak-anak main. Dua anak kecil itu juga ikut-ikutan minta dikecup oleh ayah mereka. Hanya dikecup, tidak di peluk apalagi digendong karena Harvie belum mandi. "Tante Nadine udah mau balik ke Inggris." Star menjawab dengan jujur. "Terus?" "Terus aku jadi gak punya teman ngobrol seasik dia lagi. Jadinya kalau lagi pusing urusin anak-anak, gak ada teman curhat." Bibir Star maju sedikit, membuat wajahnya makin cemberut saja. "Kalau cuma curhat kan ada banyak orang yang bisa ditemani curhat. Lagi pula kan masih bisa saling telepon atau chat. Beda waktu Indonesia - Inggris kan tidak terlalu jauh." "Oh, iya juga ya. Baru sadar." Cengiran Star membuat Harvie menggeleng pelan. "Tapi kalau kamu memang butuh pengalihan ketika merasa lelah dengan anak-anak, Daddy punya ide yang bagus untuk itu." Harvie tersenyum melihat wajah bingung Star yang selalu membuatnya gemas

DMCA.com Protection Status