Home / Romansa / Sekretaris Kesayangan CEO / Chapter 151 - Chapter 160

All Chapters of Sekretaris Kesayangan CEO: Chapter 151 - Chapter 160

176 Chapters

Bab 151. Cintaku Abadi

Setelah beberapa hari di rumah sakit, akhirnya dokter memberikan izin kepada Danny untuk pulang. Kondisinya sudah stabil meskipun ia masih membutuhkan banyak istirahat dan perhatian. Reina dan Regan dengan hati-hati merencanakan segala sesuatunya untuk kepulangan Danny. Mereka memutuskan untuk membawa Danny ke rumah baru yang telah mereka siapkan. Pagi itu Reina dan Regan tiba di rumah sakit dengan penuh semangat. Mereka siap membawa Danny pulang dan memulai babak baru dalam hidup mereka. Danny tampak lebih baik, meskipun masih lemah. Ia tampak senang bisa pulang dari rumah sakit. “Bagaimana perasaanmu, Ayah?” tanya Reina dengan lembut. Ia membantu ayahnya duduk di kursi roda. “Aku merasa lebih baik. Terima kasih, Reina. Terima kasih Regan,” jawab Danny dengan senyum tipis. Regan mengangguk dan tersenyum. “Kita akan segera sampai di rumah, Ayah. Tempat yang tenang dan nyaman untukmu beristirahat.” Mereka bergerak perlahan menuju mobil yang sudah diparkir di depan rum
last updateLast Updated : 2024-06-17
Read more

Bab 152. Mencari Tahu

Reina terpesona mendengar suara suaminya. Suara Regan yang dalam dan penuh perasaan membuatnya merasa hangat dan tenang. Setiap lirik yang dinyanyikan Regan membawa kenangan indah dan harapan baru dalam hati Reina. Regan melanjutkan lagunya, matanya tak pernah lepas dari wajah istrinya. “Kaulah bintang dalam gelapku, sinarmu menerangi jalanku. Bersamamu, aku merasa hidup.” Reina menutup matanya, meresapi setiap kata dan melodi yang mengalun dari suara suaminya. ‘Rasanya seperti mimpi. Mendengarkan Pak Regan menyanyi khusus untuknya. Hatiku terasa penuh dengan cinta dan kebahagiaan yang melimpah.’ Setelah lagu itu berakhir, Regan kembali menatap Reina. “Bagaimana, Sayang? Apakah aku berhasil membuatmu merasa lebih baik?” Reina membuka matanya dan tersenyum. Air mata kebahagiaan mengalir di pipinya. “Itu sangat indah, Pak Regan. Terima kasih.” Regan mendekat dan menghapus air mata di pipi Reina. “Aku akan selalu ada untukmu, Reina. Aku berjanji.” Reina mengangguk pelan, meras
last updateLast Updated : 2024-06-17
Read more

Bab 153. Bersiap-siap

“Ini dari sekolah Rafa,” kata Reina dengan nada sedikit bingung. Ia segera mengangkat telepon tersebut. “Halo, ini Reina, ada apa?” Suara dari seberang terdengar tenang namun mendesak. “Selamat pagi, ini dari sekolah Rafa. Kami ingin mengingatkan bahwa hari ini adalah waktu penjemputan Rafa setelah acara menginap selesai.” Reina mengangguk paham. “Oh, terima kasih sudah mengingatkan. Kami akan segera menjemputnya.” Setelah menutup telepon, Reina berpaling ke arah Regan yang menatapnya dengan penuh perhatian. “Sekolah mengingatkan kita untuk menjemput Rafa pagi ini. Acara menginapnya sudah selesai.” “Tetapi kita pagi ini harus ke klinik, Reina?” tanya Regan, raut wajahnya menunjukkan keraguan. “Aku tahu, tapi kita bisa menunda ke klinik sebentar. Rafa butuh dijemput sekarang,” jawab Reina tegas namun lembut. “Baiklah, kita jemput Rafa dulu. Setelah itu, kita langsung ke klinik.” Setelah sarapan bersama Danny, mereka berbicara sejenak dengan ayah mereka di meja makan. “Ada apa,
last updateLast Updated : 2024-06-18
Read more

Bab 154. Permintaan Aneh Reina

“Iya, Pak Regan. Aku merasa sedikit mual dan pusing, tapi aku yakin ini bukan masalah yang serius.” Namun saat mereka baru saja ke luar rumah, Reina tiba-tiba memegangi perutnya dan wajahnya berubah pucat. “Aduh, aku merasa mual lagi,” katanya dengan suara lemah. Regan segera mendekat, memegang bahu istrinya. “Kita ke klinik sekarang juga. Aku tidak ingin mengambil risiko.” Perjalanan ke klinik berlangsung dalam keheningan yang tegang. Regan terus memandang Reina dengan cemas, sementara Reina mencoba menenangkan dirinya. Setibanya di klinik, mereka segera menemui dokter. Setelah melakukan beberapa pemeriksaan, dokter tersenyum lembut. “Jangan khawatir, Bu Reina. Mual dan sakit kepala seperti ini adalah hal yang wajar selama kehamilan. Kondisi Anda baik-baik saja.” Regan menghela napas lega. “Terima kasih, Dokter. Kami sangat khawatir.” “Pastikan saja untuk istirahat yang cukup dan makan makanan yang sehat. Jika ada keluhan lain, segera hubungi kami.” Setelah mendapatkan penjel
last updateLast Updated : 2024-06-18
Read more

Bab 155. Khawatir Atau Marah?

Dengan berat hati Reina merelakan kepulangan Regan ke rumahnya. Pasti Olivia juga sangat mengkhawatirkannya. Dan pekerjaan juga membutuhkan seorang Regan. Apalagi Jeffan yang harus sering bekerja seorang diri tanpa Regan. “Hati-hati, Pak Regan.” “Tentu, Sayang. Tapi kamu harus tidur dulu. Baru aku bisa pulang dengan tenang.” “Baiklah. Reina akan tidur.” “Besok-besok jangan lupa untuk selalu minum obat dan vitamin,” peringat Regan tidak mau istrinya melupakan kesehatan diri dan calon buah hati mereka. Reina mengangguk pelan. “Pak Regan harus sering-sering mengirim pesan. Jangan lupakan Reina.” Wanita itu berbicara dengan nada manja. Sebenarnya ia sedih karena di saat hamil harus berjauhan dengan sang suami tercinta. “Mana mungkin aku melupakan kamu, Sayang. Aku akan sering-sering mengirim pesan. Bahkan meneleponmu.” “Janji?” Reina mengulurkan jari kelingkingnya. “Janji, Sayang.” Reina pun segera memejamkan kedua matanya. Hingga tak lama kemudian sudah terlelap. Regan mengecup
last updateLast Updated : 2024-06-18
Read more

Bab 156. Masalah Pribadi

Regan duduk di kursi di depan meja Jeffan dan menarik napas dalam-dalam sebelum berbicara. “Aku butuh bicara, Jeffan. Tentang kejadian saat makan siang tadi dengan Clara.” Jeffan mengerutkan kening. “Ada masalah dengan kerjasama kita, Pak?” “Bukan itu.” Regan menggeleng. “Ini lebih pribadi.” Regan menceritakan bagaimana Clara mengungkapkan perasaannya, membuatnya tersedak, dan bagaimana tangan mereka sempat bersentuhan saat Clara mencoba membersihkan air yang tumpah di jasnya. Jeffan mendengarkan dengan seksama. Setelah Regan selesai bercerita, Jeffan menghela napas. “Pak Regan, ini memang situasi yang rumit. Tapi yang pertama Bapak sudah melakukan hal yang benar dengan menjaga jarak dan tidak membiarkan situasi itu berlanjut.” “Tapi aku merasa bersalah pada Reina,” ujar Regan dengan nada frustasi. “Aku tidak mau dia salah paham atau merasa cemburu.” “Bapak benar untuk merasa seperti itu,” jawab Jeffan bijak. “Kejujuran adalah kunci dalam hubungan. Pak Regan harus memberitah
last updateLast Updated : 2024-06-18
Read more

Bab 157. Harus Berhati-hati

Reina terbangun pagi itu dengan perasaan tenang, meski ada sedikit kegelisahan di hatinya. Setelah membelikan sarapan untuk ayah dan adiknya, Reina berencana untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari. Kulkas dan dapur masih kosong. Hari itu kesempatan yang baik untuk mengisinya. Reina berpamitan. “Reina akan pergi berbelanja sekarang, Ayah. Rafa, kamu jagain Ayah ya?” Danny mengangguk lemah, sementara Rafa menjawab dengan antusias, “Tenang aja, Kak! Rafa sangat jago menjaga Ayah!” Reina tersenyum dan melangkah ke luar rumah, menuju pasar. Di pasar suasana ramai seperti biasa. Pedagang-pedagang menjajakan dagangannya dengan semangat dan suara riuh rendah para pembeli yang menawar harga menjadi latar belakang yang akrab. Reina sibuk memilih sayuran segar, daging, dan bahan-bahan lain yang diperlukan. Ketika ia merasa semua yang diperlukan sudah lengkap, ia memutuskan untuk pergi ke kasir dan membayar semua belanjaannya. Di tengah jalan, ia berpapasan dengan seorang wanita paruh b
last updateLast Updated : 2024-06-19
Read more

Bab 158. Informasi Baru

Namun tiba-tiba Danny kembali merasakan kepalanya sakit dan memegang kepala dengan kedua tangannya. “Aduh ... kepalaku ... sakit ....” Reina langsung panik. “Ayah! Ayah kenapa? Rafa, panggil dokter!” Rafa segera berlari keluar untuk mencari bantuan, sementara Reina tetap di samping ayahnya, memegang tangannya erat-erat. “Ayah, tolong bertahan. Dokter akan segera datang.” Dokter tiba beberapa menit kemudian dan segera memeriksa kondisi Danny. Setelah memberikan obat penenang dan memastikan bahwa Danny sudah lebih tenang, dokter itu berbicara kepada Reina. “Reina, kondisi Ayahmu masih belum stabil. Jangan terlalu membebani pikirannya dengan hal-hal yang bisa membuatnya stres.” Reina mengangguk, meskipun hatinya masih penuh dengan kekhawatiran dan pertanyaan. “Baik, Dokter. Terima kasih.” Setelah dokter pergi, Reina duduk di samping ayahnya yang mulai tertidur karena obat penenang. Rafa dan Alya duduk di dekatnya, wajah mereka penuh kekhawatiran. "Kak Reina, sebenarnya ap
last updateLast Updated : 2024-06-19
Read more

Bab 159. Alex Ricardo?

Di saat yang sama, Regan mendapatkan sebuah telepon dari seseorang. Ia mengangkatnya dengan cepat, memasang ekspresi serius saat mendengarkan suara di ujung sana. “Ya, halo?” Regan menjawab dengan nada tegas. “Pak Regan, pelaku penculikan Ibu Reina sudah tertangkap. Kami mendapati informasi bahwa pelaku ini bekerja sama dengan seseorang yang mungkin berkaitan dengan Alex Ricardo,” lapor anak buahnya dengan jelas. Regan menarik napas dalam-dalam, lalu mengangguk. “Baik, pastikan dia tidak lolos dan jaga ketat keamanannya. Aku akan segera ke sana.” Setelah menutup telepon, ia menatap Reina yang tampak sangat penasaran. “Sepertinya ini berkaitan dengan Ayah Daniel. Mungkin yang melakukan ini bekerjasama dengan Alex Ricardo,” kata Regan dengan tegas. Reina menghela napas, mencoba mencerna informasi tersebut. “Sepertinya memang seperti itu, Pak Regan. Kita harus segera mengambil tindakan.” Regan mengangguk setuju. “Aku akan ke kantor polisi sekarang. Aku harus memastikan pelaku itu be
last updateLast Updated : 2024-06-19
Read more

Bab 160. Aku Di Pihakmu

Bi Siti mencoba mengingat-ingat detailnya. “Dia bilang sesuatu tentang 'menghancurkan hubungan mereka' dan 'mengambil alih bisnis'. Tapi Bibi tidak begitu paham saat itu.” Regan berpikir keras, menyusun potongan-potongan informasi tersebut. “Ini masuk akal. Jika Alex Ricardo melihat kita sebagai ancaman terhadap bisnisnya, dia mungkin mencoba memecah belah keluarga kita.” “Jadi, keluarga Admaja benar-benar tidak bersalah 'kan?” tanya Reina dengan suara penuh harap. Regan mengangguk pelan. “Sepertinya begitu. Mungkin kita hanya dijadikan kambing hitam untuk rencana jahat Ricardo.” Saat mereka terus berdiskusi, ponsel Reina berbunyi. Ternyata telepon dari Evan. “Evan? Ada apa dia menghubungiku?” lirih Reina. Regan yang mendengar nama Evan disebut, langsung mengambil alih handphone milik istrinya. “Biar aku saja yang mengangkat teleponnya.” Regan menjawab panggilan itu, suaranya tenang tapi tegas. “Halo, Evan?” Di ujung sana, Evan terdengar sedikit terkejut mendengar suara Regan.
last updateLast Updated : 2024-06-19
Read more
PREV
1
...
131415161718
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status