Beranda / Romansa / Sekretaris Kesayangan CEO / Bab 153. Bersiap-siap

Share

Bab 153. Bersiap-siap

Penulis: Rich Mama
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
“Ini dari sekolah Rafa,” kata Reina dengan nada sedikit bingung. Ia segera mengangkat telepon tersebut. “Halo, ini Reina, ada apa?”

Suara dari seberang terdengar tenang namun mendesak. “Selamat pagi, ini dari sekolah Rafa. Kami ingin mengingatkan bahwa hari ini adalah waktu penjemputan Rafa setelah acara menginap selesai.”

Reina mengangguk paham. “Oh, terima kasih sudah mengingatkan. Kami akan segera menjemputnya.”

Setelah menutup telepon, Reina berpaling ke arah Regan yang menatapnya dengan penuh perhatian.

“Sekolah mengingatkan kita untuk menjemput Rafa pagi ini. Acara menginapnya sudah selesai.”

“Tetapi kita pagi ini harus ke klinik, Reina?” tanya Regan, raut wajahnya menunjukkan keraguan.

“Aku tahu, tapi kita bisa menunda ke klinik sebentar. Rafa butuh dijemput sekarang,” jawab Reina tegas namun lembut.

“Baiklah, kita jemput Rafa dulu. Setelah itu, kita langsung ke klinik.”

Setelah sarapan bersama Danny, mereka berbicara sejenak dengan ayah mereka di meja makan.

“Ada apa,
Rich Mama

Sore.....

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 154. Permintaan Aneh Reina

    “Iya, Pak Regan. Aku merasa sedikit mual dan pusing, tapi aku yakin ini bukan masalah yang serius.” Namun saat mereka baru saja ke luar rumah, Reina tiba-tiba memegangi perutnya dan wajahnya berubah pucat. “Aduh, aku merasa mual lagi,” katanya dengan suara lemah. Regan segera mendekat, memegang bahu istrinya. “Kita ke klinik sekarang juga. Aku tidak ingin mengambil risiko.” Perjalanan ke klinik berlangsung dalam keheningan yang tegang. Regan terus memandang Reina dengan cemas, sementara Reina mencoba menenangkan dirinya. Setibanya di klinik, mereka segera menemui dokter. Setelah melakukan beberapa pemeriksaan, dokter tersenyum lembut. “Jangan khawatir, Bu Reina. Mual dan sakit kepala seperti ini adalah hal yang wajar selama kehamilan. Kondisi Anda baik-baik saja.” Regan menghela napas lega. “Terima kasih, Dokter. Kami sangat khawatir.” “Pastikan saja untuk istirahat yang cukup dan makan makanan yang sehat. Jika ada keluhan lain, segera hubungi kami.” Setelah mendapatkan penjel

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 155. Khawatir Atau Marah?

    Dengan berat hati Reina merelakan kepulangan Regan ke rumahnya. Pasti Olivia juga sangat mengkhawatirkannya. Dan pekerjaan juga membutuhkan seorang Regan. Apalagi Jeffan yang harus sering bekerja seorang diri tanpa Regan. “Hati-hati, Pak Regan.” “Tentu, Sayang. Tapi kamu harus tidur dulu. Baru aku bisa pulang dengan tenang.” “Baiklah. Reina akan tidur.” “Besok-besok jangan lupa untuk selalu minum obat dan vitamin,” peringat Regan tidak mau istrinya melupakan kesehatan diri dan calon buah hati mereka. Reina mengangguk pelan. “Pak Regan harus sering-sering mengirim pesan. Jangan lupakan Reina.” Wanita itu berbicara dengan nada manja. Sebenarnya ia sedih karena di saat hamil harus berjauhan dengan sang suami tercinta. “Mana mungkin aku melupakan kamu, Sayang. Aku akan sering-sering mengirim pesan. Bahkan meneleponmu.” “Janji?” Reina mengulurkan jari kelingkingnya. “Janji, Sayang.” Reina pun segera memejamkan kedua matanya. Hingga tak lama kemudian sudah terlelap. Regan mengecup

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 156. Masalah Pribadi

    Regan duduk di kursi di depan meja Jeffan dan menarik napas dalam-dalam sebelum berbicara. “Aku butuh bicara, Jeffan. Tentang kejadian saat makan siang tadi dengan Clara.” Jeffan mengerutkan kening. “Ada masalah dengan kerjasama kita, Pak?” “Bukan itu.” Regan menggeleng. “Ini lebih pribadi.” Regan menceritakan bagaimana Clara mengungkapkan perasaannya, membuatnya tersedak, dan bagaimana tangan mereka sempat bersentuhan saat Clara mencoba membersihkan air yang tumpah di jasnya. Jeffan mendengarkan dengan seksama. Setelah Regan selesai bercerita, Jeffan menghela napas. “Pak Regan, ini memang situasi yang rumit. Tapi yang pertama Bapak sudah melakukan hal yang benar dengan menjaga jarak dan tidak membiarkan situasi itu berlanjut.” “Tapi aku merasa bersalah pada Reina,” ujar Regan dengan nada frustasi. “Aku tidak mau dia salah paham atau merasa cemburu.” “Bapak benar untuk merasa seperti itu,” jawab Jeffan bijak. “Kejujuran adalah kunci dalam hubungan. Pak Regan harus memberitah

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 157. Harus Berhati-hati

    Reina terbangun pagi itu dengan perasaan tenang, meski ada sedikit kegelisahan di hatinya. Setelah membelikan sarapan untuk ayah dan adiknya, Reina berencana untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari. Kulkas dan dapur masih kosong. Hari itu kesempatan yang baik untuk mengisinya. Reina berpamitan. “Reina akan pergi berbelanja sekarang, Ayah. Rafa, kamu jagain Ayah ya?” Danny mengangguk lemah, sementara Rafa menjawab dengan antusias, “Tenang aja, Kak! Rafa sangat jago menjaga Ayah!” Reina tersenyum dan melangkah ke luar rumah, menuju pasar. Di pasar suasana ramai seperti biasa. Pedagang-pedagang menjajakan dagangannya dengan semangat dan suara riuh rendah para pembeli yang menawar harga menjadi latar belakang yang akrab. Reina sibuk memilih sayuran segar, daging, dan bahan-bahan lain yang diperlukan. Ketika ia merasa semua yang diperlukan sudah lengkap, ia memutuskan untuk pergi ke kasir dan membayar semua belanjaannya. Di tengah jalan, ia berpapasan dengan seorang wanita paruh b

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 158. Informasi Baru

    Namun tiba-tiba Danny kembali merasakan kepalanya sakit dan memegang kepala dengan kedua tangannya. “Aduh ... kepalaku ... sakit ....” Reina langsung panik. “Ayah! Ayah kenapa? Rafa, panggil dokter!” Rafa segera berlari keluar untuk mencari bantuan, sementara Reina tetap di samping ayahnya, memegang tangannya erat-erat. “Ayah, tolong bertahan. Dokter akan segera datang.” Dokter tiba beberapa menit kemudian dan segera memeriksa kondisi Danny. Setelah memberikan obat penenang dan memastikan bahwa Danny sudah lebih tenang, dokter itu berbicara kepada Reina. “Reina, kondisi Ayahmu masih belum stabil. Jangan terlalu membebani pikirannya dengan hal-hal yang bisa membuatnya stres.” Reina mengangguk, meskipun hatinya masih penuh dengan kekhawatiran dan pertanyaan. “Baik, Dokter. Terima kasih.” Setelah dokter pergi, Reina duduk di samping ayahnya yang mulai tertidur karena obat penenang. Rafa dan Alya duduk di dekatnya, wajah mereka penuh kekhawatiran. "Kak Reina, sebenarnya ap

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 159. Alex Ricardo?

    Di saat yang sama, Regan mendapatkan sebuah telepon dari seseorang. Ia mengangkatnya dengan cepat, memasang ekspresi serius saat mendengarkan suara di ujung sana. “Ya, halo?” Regan menjawab dengan nada tegas. “Pak Regan, pelaku penculikan Ibu Reina sudah tertangkap. Kami mendapati informasi bahwa pelaku ini bekerja sama dengan seseorang yang mungkin berkaitan dengan Alex Ricardo,” lapor anak buahnya dengan jelas. Regan menarik napas dalam-dalam, lalu mengangguk. “Baik, pastikan dia tidak lolos dan jaga ketat keamanannya. Aku akan segera ke sana.” Setelah menutup telepon, ia menatap Reina yang tampak sangat penasaran. “Sepertinya ini berkaitan dengan Ayah Daniel. Mungkin yang melakukan ini bekerjasama dengan Alex Ricardo,” kata Regan dengan tegas. Reina menghela napas, mencoba mencerna informasi tersebut. “Sepertinya memang seperti itu, Pak Regan. Kita harus segera mengambil tindakan.” Regan mengangguk setuju. “Aku akan ke kantor polisi sekarang. Aku harus memastikan pelaku itu be

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 160. Aku Di Pihakmu

    Bi Siti mencoba mengingat-ingat detailnya. “Dia bilang sesuatu tentang 'menghancurkan hubungan mereka' dan 'mengambil alih bisnis'. Tapi Bibi tidak begitu paham saat itu.” Regan berpikir keras, menyusun potongan-potongan informasi tersebut. “Ini masuk akal. Jika Alex Ricardo melihat kita sebagai ancaman terhadap bisnisnya, dia mungkin mencoba memecah belah keluarga kita.” “Jadi, keluarga Admaja benar-benar tidak bersalah 'kan?” tanya Reina dengan suara penuh harap. Regan mengangguk pelan. “Sepertinya begitu. Mungkin kita hanya dijadikan kambing hitam untuk rencana jahat Ricardo.” Saat mereka terus berdiskusi, ponsel Reina berbunyi. Ternyata telepon dari Evan. “Evan? Ada apa dia menghubungiku?” lirih Reina. Regan yang mendengar nama Evan disebut, langsung mengambil alih handphone milik istrinya. “Biar aku saja yang mengangkat teleponnya.” Regan menjawab panggilan itu, suaranya tenang tapi tegas. “Halo, Evan?” Di ujung sana, Evan terdengar sedikit terkejut mendengar suara Regan.

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 161. Menuruti Kemauan Ayah

    Regan pulang ke rumah dengan tubuh lemas tak bertenaga. Setiap langkahnya terasa berat, seolah-olah seluruh dunia menimpanya. Ketika ia membuka pintu, rumah yang biasanya menyambutnya dengan kehangatan kini terasa dingin dan sunyi. Ia berharap bisa membawa Reina pulang bersamanya, menenangkan hatinya dan memberikan dukungan yang ia butuhkan. Namun kenyataannya berbeda. Berita tidak benar yang telah tersebar tentang keluarganya membuat situasi semakin rumit. Reina harus tetap di rumah baru Danny sampai terbukti bahwa keluarga Admaja tidak bersalah. Regan berjalan dengan langkah berat. Pikirannya penuh dengan apa yang akan ia ceritakan kepada Olivia. Ia tahu ini akan menjadi pembicaraan yang sulit, tetapi ia tidak punya pilihan lain. Semua hal yang telah terjadi harus diungkapkan. Saat ia memasuki rumah, Olivia sudah menunggunya di ruang tamu. Wajah wanita paruh baya itu tampak cemas, seolah-olah ia bisa merasakan ada sesuatu yang tidak beres. “Regan, ada apa? Kenapa kamu terliha

Bab terbaru

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Spesial Part

    Hari pernikahan Xavier dan Karin telah tiba. Udara pagi terasa segar dan cerah, seakan menyambut kebahagiaan yang akan segera berlangsung. Keluarga dan sahabat berkumpul di sebuah taman indah yang telah dihias dengan bunga-bunga warna-warni dan lampu-lampu gemerlapan. Suasana penuh dengan tawa dan senyum. Regan dan Reina tiba lebih awal bersama bayi kembar mereka, Alana dan Bianca, yang tertidur pulas di kereta dorong. Mereka disambut oleh Olivia dan Danny yang sudah tak sabar menantikan momen bahagia itu. “Aku tak percaya Xavier akhirnya menemukan kebahagiaan bersama Karin,” ucap Reina dengan mata berkaca-kaca. “Dia memang pantas mendapatkannya,” jawab Regan sambil tersenyum, merangkul Reina yang terlihat anggun dalam gaun biru muda. “Kita semua pantas bahagia.” Tak lama kemudian, para tamu mulai berdatangan. Leon, mantan pacar Reina dan Karin juga hadir dengan pasangan barunya. Mereka tampak sangat bahagia, saling berpegangan tangan dan tertawa bersama. Leon menghampiri Reg

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 175. Hari Yang Dinanti

    Tanpa disangka, suatu hari Regan menemukan fakta baru yang mengejutkan. Saat itu, dia sedang bekerja di ruangannya. Berkas-berkas tersebar di atas meja ketika ponselnya berdering. Panggilan itu berasal dari salah satu anak buah kepercayaannya. “Ada apa, Roni?” tanya Regan sambil menyandarkan punggungnya ke kursi. “Ada perkembangan baru, Pak Regan. Kami berhasil melacak beberapa transaksi mencurigakan yang berhubungan dengan Shadow Phoenix. Dan yang mengejutkan, ada keterlibatan Alex Ricardo di dalamnya,” lapor Roni. Regan terdiam sejenak, mencerna informasi tersebut. “Apa kamu yakin? Alex Ricardo? Bukankah dia masih berada di dalam penjara?” “Betul, Pak. Tapi tampaknya dia masih mengendalikan beberapa hal dari dalam penjara. Kami menemukan bukti bahwa beberapa anak buahnya masih menjalankan perintahnya dan menggunakan nama Shadow Phoenix untuk menyamarkan identitas asli mereka,” jelas Roni. Regan merasakan darahnya mendidih. “Teruskan penyelidikannya, Roni. Dan pastikan ki

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 174. Berulang Kali

    Tanpa terasa, usia kehamilan Reina sudah memasuki trimester ketiga. Perutnya semakin membesar, membuatnya sulit menemukan posisi tidur yang nyaman. Setiap malam menjadi tantangan baru bagi Reina. Sementara Regan berusaha sebaik mungkin untuk membuat istrinya merasa nyaman dan bisa tidur nyenyak. Malam itu setelah mencoba berbagai posisi tidur dan tidak menemukan yang pas, Reina merasa frustasi. Ia berguling-guling di tempat tidur sambil menghela napas panjang. Regan yang melihatnya merasa kasihan dan ingin membantu. “Ada yang bisa aku lakukan, Sayang?” tanya Regan lembut. Ia duduk di tepi tempat tidur dan mengelus rambut istrinya. Reina menggeleng lemah. “Aku tidak tahu, Pak Regan. Aku sudah mencoba semua posisi tapi tetap saja tidak nyaman. Perutku terlalu besar.” Regan berpikir sejenak, lalu tersenyum. “Bagaimana kalau kita coba sesuatu yang baru? Tunggu sebentar.” Ia keluar dari kamar dan kembali dengan bantal-bantal tambahan. “Ayo, kita coba dengan bantal-banta

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 173. Tidak Punya Kekasih

    Pagi itu di kantor, suasana di ruang CEO terasa lebih sibuk dari biasanya. Regan tengah tenggelam dalam tumpukan dokumen dan panggilan telepon yang tak henti-hentinya. Di luar ruangan, para karyawan tampak sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Sedangkan Reina pergi ke toilet sebentar untuk menyegarkan diri. Saat Reina keluar dari ruangan, pintu lift terbuka dan dua orang masuk ke lantai itu. Claudia dan Xavier melangkah dengan hati-hati menuju kantor CEO. Claudia tampak sedikit gugup, sementara Xavier berusaha tampak tenang meskipun jelas terlihat gelisah. Mereka mengetuk pintu dan menunggu sebentar sebelum mendengar suara Regan dari dalam yang mempersilakan mereka masuk. Ketika pintu terbuka, Claudia dan Xavier masuk dengan hati-hati. Regan yang tadinya duduk di balik mejanya langsung berdiri. Ekspresi wajahnya berubah dari fokus keheranan. “Mama Claudia? Xavier? Apa yang membawa kalian berdua datang ke sini?” tanya Regan dengan nada sedikit terkejut. Claudia mendekat de

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 172. Jangan Bersedih

    Saat kehamilan Reina menginjak usia lima bulan, Regan memutuskan untuk mengajak Reina jalan-jalan di taman kota. Hari itu cerah, dengan langit biru dan angin sepoi-sepoi yang membuat suasana terasa sejuk. Reina tampak sangat bahagia, mengenakan gaun hamil berwarna pastel yang membuat perutnya yang semakin membesar terlihat menawan. Regan tak henti-hentinya tersenyum, menikmati momen kebersamaan mereka. Mereka berjalan-jalan sambil menikmati pemandangan taman yang indah. Banyak anak-anak bermain di taman bermain, pasangan-pasangan duduk di bangku menikmati suasana, dan para pedagang menjajakan makanan ringan di kios-kios kecil di sepanjang jalan setapak. “Ini hari yang sangat indah, ya?” ungkap Reina sambil menggenggam tangan Regan erat. “Ya, benar-benar indah,” jawab Regan, menatap istrinya dengan penuh cinta. “Aku senang kita bisa meluangkan waktu bersama seperti ini.” Mereka melanjutkan berjalan, berhenti sesekali untuk melihat bunga-bunga yang sedang mekar dan menikmati

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 171. Nama Yang Indah

    Kehamilan Reina telah memasuki usia empat bulan dan perutnya mulai terlihat membesar. Setiap hari Regan semakin takjub melihat perubahan pada tubuh istrinya dan merasa tidak sabar untuk menyambut kehadiran anak mereka. Pagi itu Regan memutuskan untuk membawa Reina ke klinik untuk melakukan USG. “Sayang, hari ini kita akan ke klinik untuk melihat bayi kita,” ucap Regan dengan senyum lebar. Reina tersenyum bahagia, merasa tak sabar untuk melihat perkembangan bayinya. “Aku tidak sabar, Pak Regan. Pasti mereka sudah semakin besar sekarang.” Regan mengangguk. "Aku juga sangat bersemangat. Ayo kita bersiap-siap." Setelah bersiap-siap, mereka berdua berangkat ke klinik dengan penuh semangat. Dalam perjalanan, mereka terus berbicara tentang rencana masa depan dan bagaimana mereka akan merawat anak mereka. Regan menggenggam tangan Reina dengan erat, memberikan rasa tenang dan nyaman. Sesampainya di klinik, mereka disambut oleh dokter dan perawat yang ramah. “Selamat pag

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 170. Merasa Aman

    Reina berdiri di dekat jendela kamar, menatap ke luar dengan pandangan kosong. Matanya menyapu pemandangan yang indah, tetapi pikirannya jauh dari sana. Di luar, matahari mulai terbenam, menyinari langit dengan warna-warna keemasan, tetapi dalam hati Reina, ada kegelapan yang sulit hilang. Regan, yang baru saja selesai menutup laptopnya setelah bekerja seharian dari rumah mulai memperhatikan istrinya. Ia berjalan mendekat dan dengan lembut meletakkan tangannya di bahu Reina. “Ada apa, Sayang?” tanyanya dengan suara penuh perhatian. Reina tersentak dari lamunannya dan menoleh ke arah Regan. “Aku masih memikirkan Kak Amel,” jawabnya dengan suara lirih. “Aku merasa bersalah dan cemas tentang apa yang terjadi padanya.” “Sayang, kamu sudah melakukan yang terbaik. Kadang-kadang, kita tidak bisa mengendalikan semua yang terjadi di sekitar kita. Apa yang terjadi pada Amel adalah akibat dari pilihannya sendiri.” “Tapi, aku tetap merasa harus melakukan sesuatu,” lanjut Reina dengan nad

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 169. Selalu Ada Untukmu

    Linda dan Amel tampak berjalan menuju mereka. Kehadiran dua orang itu seakan membawa aura negatif. Amel, dengan tatapan jahat, mulai merencanakan sesuatu yang licik terhadap Reina. Linda dan Amel berpura-pura bergabung dengan kebersamaan keluarga Danny, tapi Amel dengan hati-hati mendekati Reina yang sedang berjalan di atas bebatuan. Amel mengatur langkahnya agar Reina terpeleset di atas batu licin. Namun, rencana jahat itu berbalik. Saat Amel mendorong Reina, dirinya sendiri yang kehilangan keseimbangan. Amel terjatuh keras di atas batu tajam. Semua orang terkejut dan bergegas menghampiri. Linda berteriak panik, “Amel! Apa yang terjadi?!” Regan, yang melihat situasi tersebut, segera memanggil bantuan. Amel tampak mengalami pendarahan hebat. Regan memeluk Reina erat-erat, memastikan dia baik-baik saja. “Kamu tidak apa-apa, Sayang?” tanyanya dengan penuh kekhawatiran. Reina mengangguk. “Aku baik-baik saja, Pak Regan. Tapi Kak Amel ... dia tampak sangat parah.” Ambulans segera

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 168. Mencelakai Reina

    Liburan keluarga besar ke pantai adalah momen yang ditunggu-tunggu oleh seluruh anggota keluarga. Reina dan Regan memang telah merencanakan hal itu jauh-jauh hari. Hanya saja baru terealisasi saat ini. Dengan persiapan yang matang, mereka berangkat dari rumah dengan semangat tinggi. Olivia, Bi Nita, Danny, Rafa, Alya, dan Bi Siti bergabung dalam perjalanan tersebut, ikut memastikan tidak ada yang tertinggal. Mereka membawa perbekalan lengkap, termasuk makanan, minuman, mainan pantai, dan berbagai kebutuhan lainnya. Sesampainya di pantai, suasana langsung berubah menjadi ceria. Mereka menata tempat dengan menyiapkan tenda, menggelar tikar, dan menata makanan piknik. Rafa dan Alya segera berlari ke air, bermain dengan ombak dan tertawa riang. Danny dan Bi Siti membantu Olivia dan Bi Nita menyiapkan makanan. Regan dan Reina berkeliling, memastikan semuanya tertata dengan baik. “Ayah, jangan terlalu jauh, ya!” teriak Reina sambil melambai ke arah Danny yang sedang membawa ko

DMCA.com Protection Status