Home / Romansa / Kekasih Gelap Ceo Arogan / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Kekasih Gelap Ceo Arogan: Chapter 41 - Chapter 50

204 Chapters

Bab 41. Mencoba Berdamai Dengan Diri Sendiri.

"Tentang semalam ...." Sambil melangkahkan kakinya dari parkiran menuju lobby Gail Mart dengan diikuti Lean dan Anton, Edward pun memperingatkan Lean. "Aku minta maaf," ujar Edward. "Tapi, kuharap kau tidak salah paham." Ia lalu diam-diam melirik ke arah Lean melalui pundaknya, ingin melihat bagaimana reaksi wanita itu atas kata-katanya.Sesaat, pundak Lean tampak tegang. Bahkan desahan pelan terlontar dari bibir wanita itu sebelum akhirnya Lean menjawab ucapannya tadi."Anda jangan khawatir, Tuan Edward." Lean kemudian bungkam setelahnya, meremas pegangan tas kerjanya dengan resah."Terima kasih." Dengan wajah datar, Edward mengalihkan pandangannya ke depan. Mengangguk sesekali di saat beberapa karyawan yang berpapasan dengannya menundukkan kepala mereka padanya.Di samping Lean, interaksi antara sang Bos dan rekan kerjanya itu tak luput dari netra Anton yang sejak semalam telah curiga pada Edward ketika atasannya itu menolak untuk diantar ke unitnya.Dan pagi ini, pukul 5 pagi, Lean
last updateLast Updated : 2024-05-31
Read more

Bab 42. Awal Cinta Edward Pada Rosalia.

"Apa itu artinya Tuan Edward kini akan menuruti permintaan dari Tuan Besar?" Anton menatap pintu ruangan Edward sesaat setelah ia meninggalkan ruangan Bosnya itu. Kemudian menggedikkan pundaknya setelahnya, sedikit berharap bahwa ucapan Edward saat ia berada di ruangan Bosnya itu tadi merupakan pertanda baik jika sang Bos telah bersiap untuk melepaskan masa lalunya. Menuju ke ruangannya, Anton berhenti sebentar di depan ruangan Lean. Menatap ke dalam ruangan itu melalui ambang pintu, di mana pintu yang seharusnya berada di sana kini tengah tersandar pada dinding di belakangnya. Dari tempat ia berdiri, ia memperhatikan Lean yang tampak tengah asik mengutak-atik laptop miliknya. Wajah wanita itu terlihat serius, namun ada senyum samar yang terukir di bibir Lean saat ini. "Sepertinya dia sangat senang hari ini," gumamnya pelan, lalu mengangkat tangannya untuk mengetuk daun pintu. Tokk ...! Tokk ...! "Apakah seseorang yang berada di ruangan ini membutuhkan tenaga seorang Konsul
last updateLast Updated : 2024-06-01
Read more

Bab 43. Wanita Itu, Milikku!

"Bagaimana? Kau sudah mempelajari tentang Klien kita?" lontar Edward, pada Lean ketika ia dan wanita itu baru saja meninggalkan resto Les Jardins usai makan siang bersama Oliver. Sambil mencoba mensejajari langkah lebar Edward, Lean pun menjawab. "Sudah, Tuan." Kemudian sedikit mengumpat dalam hati tentang pilihan busana yang telah ia pakai hari ini. Jika saja, pagi ini ia tahu kalau Edward akan membawanya keluar Gail Mart, ia pasti akan lebih memilih untuk mengenakan celana panjang berbahan flanel atau katun sebagai bawahannya. Alih-alih mengenakan rok sempit berpotongan A. "Tadi pagi Asisten Anton telah menjelaskan padaku apa saja yang disukai oleh Klien yang akan kita temui siang ini, dari makanan juga kebiasaannya. Dan menurutku, pilihan Kafe yang telah diusulkan oleh Asisten Anton untuk pertemuan hari ini sudah sempurna, Tuan Edward," tambah Lean lagi. "Tentu saja." Edward tiba-tiba menghentikan langkahnya tak jauh dari sedan perusahaan. Apa yang ia lakukan itu membuat Lean ya
last updateLast Updated : 2024-06-02
Read more

Bab 44. Marah Tanpa Alasan.

"Apa yang telah terjadi pada Mr. Noah, Tuan Edward?" tanya Lean, dalam perjalanan pulang menuju Gail Mart sambil menatap Edward dengan tatapan penuh tanda tanya. Well, Noah Dennis bertingkah sangat aneh beberapa saat yang lalu ketika pria itu berpamitan padanya juga Edward. Bahkan, tatapan Noah yang awalnya terlihat menjijikkan— entah mengapa tiba-tiba berubah menjadi lebih hormat padanya. Noah Dennis juga tampak takut terhadap Edward, seolah atasannya itu baru saja melakukan sesuatu pada pria genit itu. "Apa yang terjadi pada siapa?" tukas Edward balik bertanya, kemudian memasang wajah dingin di samping Lean. Jangan salahkan dirinya jika ia menggertak Noah Dennis sebelumnya. Nyatanya, pria sialan itulah yang telah memancing kemarahannya terlebih dahulu. Pria yang hanya memiliki sedikit kelebihan tapi dengan angkuhnya menganggap bahwa dia bisa membeli siapapun. Dan, jika Noah bukan rekan bisnisnya, Edward pasti akan dengan senang hati merontokkan satu atau dua gigi pria itu agar N
last updateLast Updated : 2024-06-03
Read more

Bab 45. Ajakan Makan Malam.

"Kau ada acara malam ini, Lean Marquise?" tanya Edward, ketika ia akan berpisah dengan Lean di depan pintu unit wanita itu. Mendengar pertanyaan itu, Lean sontak mengernyit. Namun sesaat setelahnya, ia lalu menggelengkan kepalanya. "Tidak, Tuan Edward? Ada apa? Apakah ada sesuatu yang harus kukerjakan?" lontarnya balik bertanya. Dengan wajah kikuk Edward mengusap tengkuknya. Padahal, baru sebentar tadi rasanya ia ingin mengatakan sesuatu pada Lean, namun kata-kata itu seolah menguap ke udara. Entah mengapa pasca pembicaraannya dengan Noah Dennis di Kafe sore tadi, hingga kini moodnya menjadi sering turun naik. Terkadang, ia rasanya ingin marah pada Lean. Dan sedetik kemudian— ia justru ingin mengajak Sekretarisnya ini untuk berkencan. "Ada, temani aku makan malam!" titah Edward. "Hah?! Anda serius?" tanya Lean dengan mata membola tak percaya. "Tentu saja. Anggap ini sebagai perayaan untukmu karena pertemuan kita hari ini dengan Noah Dennis telah berjalan dengan mulus.""T-tapi,
last updateLast Updated : 2024-06-04
Read more

Bab 46. Anda Tidak Tahu Apa Yang Kupikirkan.

"Lupakan!" Edward segera menyambar lengan Lean, menyeret wanita itu untuk mengikuti dirinya. Ketika Lean menghentikan langkahnya di depan rak sepatu, ia bahkan dengan santai mengambil satu-satunya sepatu kets yang ada di rak tersebut. "Aku harus memakai sepatu ini?" tanya Lean tak percaya, sambil menunjuk ke arah sepatu pilihan Edward. "Kau tidak memiliki sepatu lain yang cocok untuk penampilanmu sekarang." Edward menggedikkan pundaknya, namun matanya menyisir setiap sepatu yang Lean miliki. Kebanyakan dari sepatu-sepatu itu memiliki model pantofel untuk kerja atau heels untuk pergi ke pesta. Jadi, menurutnya hanya kets pilihannya saja yang cocok untuk Lean pergunakan saat ini. "T-tapi, ini sepatu untuk olah raga," cicit Lean, melirik sepatu kets miliknya dan hidden sock yang terdapat di dalam sepatu itu. Edward mengalihkan pandangannya dari rak sepatu ke arah Lean, memperhatikan wanita itu dari atas hingga ke bawah. "Not bad, kalau kau memiliki sepatu booth, itu jauh lebih baik.
last updateLast Updated : 2024-06-05
Read more

Bab 47. Kau Yakin Tidak Ingin Memelukku?

"Cih, apa kau ingin membahas hal ini sekarang?" Edward menatap Lean dengan satu alis terangkat naik, sementara senyuman sinis terukir di sudut bibirnya. "Tentu," tantang Lean, membalas tatapan Edward sambil melipat kedua tangannya di dada. Please, ia sudah cukup bersabar selama beberapa hari ini dalam menghadapi sikap Edward. Dan jika keberaniannya kali ini akan membuat Tuan Besar Gail membatalkan perjodohan mereka, biarkan saja. "Sekarang, tolong Anda katakan padaku, apa yang sedang kupikirkan, Tuan Edward?"Edward menyipitkan matanya, setelah berhari-hari ia memelihara Lean dan menganggapnya bak seekor kucing kecil yang tidak akan pernah menggigit. Tanpa ia duga, kali ini ternyata wanita itu berani menunjukkan taringnya. 'Menarik,' bisik Edward dalam hati. Bersamaan dengan itu, seraut senyum smirk samar muncul di sudut bibirnya. Walau begitu, tatapan matanya pada Lean tetap dingin. Oh, yeah. Selain Rosalia, baru kali ini ia bertemu dengan seorang wanita yang berani menunjukkan w
last updateLast Updated : 2024-06-06
Read more

Bab 48. Hentikan, Lean Marquise!

"Hmm." Edward berdehem pelan kala sepeda motor yang ia kendarai melewati Murbei Library, tempat di mana kenangan manisnya bersama Rosalia dimulai.Ia, hanya melihat papan nama yang terdapat di pinggir jalan itu sekilas. Menyunggingkan senyum di bibirnya, kemudian memacu sepeda motornya lebih cepat lagi menuju sebuah resto di ujung jalan yang berada di pertigaan jalan.Setibanya di depan resto yang ia tuju, sebuah resto dengan nuansa klasik ala Bangsawan. Edward pun menghentikan motornya secara mendadak, membuat Lean yang berada di belakangnya sontak semakin mengeratkan pelukannya.Merasakan apa yang wanita itu lakukan, Edward langsung menaikkan kaca helmnya. Melirik ke arah tangan Lean yang saling bertautan di pinggangnya."Aku tidak keberatan jika kau ingin memelukku lebih lama lagi, tapi kita sudah sampai," lontarnya, sembari mengangkat pandangannya. Menolehkan kepalanya sedikit dan melirik Lean melalui pundaknya.Di belakang Edward, Lean tersentak mendengar ucapan Edward itu. Dan d
last updateLast Updated : 2024-06-07
Read more

Bab 49. Kau Banyak Berubah, Lean.

"Akan kutunggu jawabanmu hari senin pagi." Sambil merebahkan tubuhnya di atas ranjang, dan menatap langit-langit kamar apartemennya— Lean memikirkan ucapan Edward saat ia dan Edward berpisah di depan pintu apartemennya. Saat itu, wajah Edward masih tampak menyimpan kemarahan padanya. Namun pria itu sama sekali tidak menyinggungnya bahkan setelah Lean meminta maaf atas ucapannya pada Edward tentang Rosalia saat mereka berada di resto. Edward, justru hanya memintanya untuk tidak lagi mengungkit tentang hal itu dan memerintahkan Lean agar beristirahat. "Edward Gail." Lean mengeja nama atasannya itu sembari mengangkat tangannya ke atas, membayangkan wajah pria itu ada di hadapannya. Tersenyum, memperlihatkan dua cerukan yang berada di pipinya juga deretan gigi-giginya yang putih. Lean, juga membayangkan saat Edward mengedipkan mata padanya, lalu ketika pria itu memeluknya di atas lantai apartemennya. Terkadang, sikap Edward sangat hangat dan membuatnya terbuai, tapi semudah membalik
last updateLast Updated : 2024-06-07
Read more

Bab 50. Dia Milikku, Aku Bisa Melakukan Apapun Padanya!

Melihat apa yang terjadi pada Brad, Lean reflek membalikkan tubuhnya, ingin tahu siapa orang yang telah berani memukul Brad di tempat umum. "Eh?" Lean tersentak saat pinggangnya tiba-tiba ditarik mendekat. Tanpa ia sempat melihat wajah sang penolong, tubuhnya telah didekap dengan posesif oleh seorang pria berpakaian santai. Aroma parfum pria itu menyapa indera penciumannya saat wajahnya menempel pada kaos berwarna putih bersih yang melekat di tubuh pria itu. "Edward?" Lean tergugu di dalam pelukan sang atasan. Tanpa berani menatap wajah pria yang tengah memeluknya saat ini. Yah, indera penciumannya sudah menghapal dengan baik aroma Edward. Di setiap kali pria itu berada di dekatnya, Lean bisa menyadarinya hanya melalui wangi parfumnya yang maskulin dan manis. "Mengapa kau tiba-tiba berubah menjadi wanita bodoh, Lean Marquise?!" dengusan gusar terlontar, hangat nafas Edward menyapu pucuk kepala Lean. "Tidak bisakah kau menghindar ketika dia ingin menyentuhmu? Apa kau sangat mengingi
last updateLast Updated : 2024-06-08
Read more
PREV
1
...
34567
...
21
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status