Home / Romansa / Gadis Pemuas Tuan Mahen / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of Gadis Pemuas Tuan Mahen: Chapter 121 - Chapter 130

135 Chapters

Pertarungan terakhir

Lanjutan Bab: Cahaya Terakhir Mahesa berdiri diam, nafasnya tersengal-sengal. Cahaya emas di tubuhnya mulai memudar, membuat lingkaran pelindung yang melindungi keluarganya menjadi semakin tipis. Makhluk baru yang berdiri menggantikan penjaga Pohon Kehidupan memancarkan aura hitam yang begitu pekat, hingga udara terasa berat untuk dihirup. Nyai Sekar menggenggam tongkatnya lebih erat, sementara Arleta dan Mahen saling melirik penuh kecemasan. “Nyai, apa ini?” tanya Mahen dengan suara serak. “Apa yang baru saja terjadi?” Nyai Sekar tidak segera menjawab. Matanya terpaku pada sosok di tengah medan pertempuran, seorang pria dengan tubuh yang tampak membaur dengan bayang-bayang di sekitarnya. Aura pria itu terasa begitu jahat, seperti gabungan dari semua kegelapan di dunia. “Dia... adalah kegelapan itu sendiri,” bisik Nyai Sekar akhirnya. “Dewa telah membuka segel yang seharusnya tidak pernah disentuh. Itu adalah bayangan dari Pohon Kehidupan, kekuatan yang sama tetapi sepenuhnya di
last updateLast Updated : 2024-12-30
Read more

Cahaya Di Tengah Kegelapan.

Setelah kepergian pria berjubah putih, suasana hutan kembali tenang. Angin malam berhembus pelan, membawa aroma dedaunan basah yang menyegarkan. Namun, ketenangan itu terasa rapuh, seperti ilusi yang bisa pecah kapan saja. Mahesa duduk bersandar pada tubuh Mahen, napasnya masih berat. Wajahnya pucat, dan tubuh kecilnya terlihat sangat lelah. Arleta merapikan rambut anaknya yang basah oleh keringat sambil menahan air mata. “Mahesa, kamu hebat, Nak,” bisik Arleta lembut. “Tapi jangan paksa dirimu terlalu keras. Kami di sini untuk membantumu.” Nyai Sekar mengamati mereka dari kejauhan, raut wajahnya menunjukkan campuran kekhawatiran dan kebanggaan. Dia tahu Mahesa telah melampaui batasnya hari ini, tetapi ancaman belum sepenuhnya berlalu. “Kita harus segera meninggalkan tempat ini,” ujar Nyai Sekar akhirnya, memecah keheningan. “Dewa tidak akan menyerah. Dia hanya mundur untuk sementara. Kita tidak bisa membiarkan dia menemukan kita lagi.” “Tapi ke mana kita harus pergi?” tanya M
last updateLast Updated : 2024-12-30
Read more

Cahaya yang belum padam

Malam di desa itu terasa tenang, tetapi di rumah kecil Mahen dan Arleta, suasana penuh kehangatan. Mahesa sudah tertidur pulas di kamarnya, sementara Mahen dan Arleta duduk di ruang tamu, ditemani secangkir teh hangat. Mereka berbicara tentang masa depan, tentang Mahesa, dan tentang mimpi-mimpi yang selama ini tertunda karena perjuangan mereka melawan kegelapan.“Apa kau pikir, semuanya akan benar-benar berakhir?” tanya Arleta, matanya menatap Mahen dengan penuh kekhawatiran.Mahen menggenggam tangannya, mencoba menenangkan istrinya. “Aku ingin percaya bahwa kita telah melewati badai terburuk. Dunia ini berutang kedamaian pada Mahesa. Dia telah memberikan lebih dari yang seharusnya ditanggung oleh seorang anak seusianya.”Arleta menghela napas panjang. “Tapi aku tidak bisa menghilangkan perasaan ini, Mahen. Seperti ada sesuatu yang belum selesai, sesuatu yang masih mengintai.”Mahen terdiam sejenak, memahami ketakutan yang dirasakan Arleta. Meski ia tak ingin mengakuinya, ada bagian d
last updateLast Updated : 2024-12-31
Read more

Pertaruhan yang tidak terhindarkan

Pagi itu, perjalanan mereka menuju Pohon Kehidupan terasa semakin berat. Mahen, Arleta, Mahesa, dan Yudistira berjalan menembus hutan lebat, ditemani oleh kesunyian yang mencekam. Pohon Kehidupan tampak di kejauhan, tetapi cahaya yang biasanya terpancar darinya kini benar-benar padam. Langit di atas mereka kelam, seakan menjadi pertanda bahwa sesuatu yang besar sedang menunggu.Arleta menoleh ke Mahesa, yang berjalan di sampingnya. “Kau lelah, Nak?” tanyanya lembut, menyembunyikan kekhawatirannya.Mahesa menggeleng meski napasnya mulai memburu. “Aku baik-baik saja, Bunda. Kita hampir sampai, kan?”Mahen memandang ke depan dengan serius. “Hampir, tapi kita harus tetap waspada. Sesuatu di sini terasa... salah.”Yudistira berhenti mendadak, tangannya terangkat memberi isyarat agar semua berhenti. “Tunggu.”Mereka semua berdiri diam, mendengarkan. Awalnya hanya kesunyian yang terdengar, tetapi perlahan, suara langkah berat menggema dari arah depan. Suara itu mendekat dengan cepat, dan mer
last updateLast Updated : 2024-12-31
Read more

Cahaya dan bayangan

Keheningan menyelimuti hutan. Pohon Kehidupan kembali bersinar dengan cahayanya yang memancar lembut, tetapi suasana hati Mahen dan Arleta penuh dengan kecemasan. Mahesa terbaring lemah di pelukan Arleta, wajahnya pucat dengan napas yang hampir tak terdengar."Mahesa... Bangunlah, Nak. Tolong," bisik Arleta dengan air mata mengalir deras di pipinya.Mahen, yang biasanya tegar, merasa hatinya hancur melihat putranya seperti ini. Ia berlutut di samping Arleta, memegang tangan Mahesa yang dingin. "Kau kuat, Mahesa. Jangan tinggalkan kami."Sekar, yang berdiri di dekat Pohon Kehidupan, menutup matanya, merasakan energi baru yang muncul dari pohon itu. "Pohon Kehidupan telah pulih, tetapi keseimbangan masih rapuh. Mahesa adalah bagian dari keseimbangan itu sekarang."Arleta memandang Sekar dengan mata penuh kemarahan. "Apa maksudmu? Kau bilang kami bisa menyelamatkan Pohon Kehidupan tanpa kehilangan dia!"Sekar terdiam sesaat, lalu menjawab dengan nada sedih, "Aku tidak pernah menjanjikan
last updateLast Updated : 2024-12-31
Read more

Antata hidup dan pengorbanan

Morthak menyerang dengan kekuatan penuh, kapak hitamnya meluncur ke arah Mahesa seperti kilatan petir. Arleta berteriak histeris, sementara Mahen langsung melompat maju untuk melindungi putranya. Namun, sebelum serangan itu mencapai Mahesa, sebuah perisai cahaya tiba-tiba muncul, memantulkan serangan Morthak dan membuat makhluk itu terpental beberapa meter ke belakang.Cahaya itu berasal dari Mahesa, yang kini berdiri dengan kekuatan yang jauh melebihi seorang anak kecil. Tatapan matanya berubah, penuh dengan keberanian dan keteguhan. Tubuhnya memancarkan aura terang yang membuat Morthak tampak semakin kecil."Morthak, aku tidak akan membiarkanmu menghancurkan Pohon Kehidupan atau keluargaku," kata Mahesa dengan suara yang terdengar jauh lebih dewasa daripada usianya.Morthak tertawa terbahak-bahak, meski ada sedikit kekhawatiran di matanya. "Kau hanyalah seorang anak kecil dengan kekuatan yang belum kau pahami. Aku akan menunjukkan apa arti kehancuran!"Morthak kembali menyerang, tet
last updateLast Updated : 2025-01-01
Read more

Jejak Mahesa

Keluarga Mahen kembali ke rumah mereka dengan hati yang berat. Kehilangan Mahesa seperti luka yang terus menganga, meskipun harapan dari Pohon Kehidupan mereka genggam erat.Arleta duduk di ruang tamu, memandangi foto Mahesa yang tergantung di dinding. Wajah kecil itu, dengan senyum polosnya, kini menjadi kenangan yang menghantui. Air mata jatuh perlahan di pipinya, namun ia tetap diam.Mahen berdiri di dekat jendela, menatap gelapnya malam. Angin dingin menyapu wajahnya, seolah dunia luar tak peduli pada rasa sakit yang kini melanda keluarganya.“Mahen,” suara Arleta bergetar, memecah keheningan. “Kau yakin... dia akan kembali?”Mahen menoleh, matanya merah oleh kelelahan dan emosi yang tertahan. Pria itu berjalan mendekati istrinya, duduk di sampingnya, dan menggenggam tangan Arleta.“Kita harus percaya, Arleta. Mahesa berkata dia akan kembali, dan aku yakin dia akan menepati janjinya,” katanya dengan suara tegas, meski di baliknya ada ketakutan yang tak terucap.Namun, kepercayaa
last updateLast Updated : 2025-01-01
Read more

Kabut diujung harapan

Hari-hari setelah serangan Lirya berlalu dengan perlahan. Pohon Kehidupan masih berdiri tegak, meskipun aura yang dipancarkannya mulai melemah. Mahen dan Arleta semakin waspada, menyadari bahwa kekuatan gelap bisa menyerang kapan saja.Namun, sesuatu yang aneh mulai terjadi. Mahesa tidak lagi memberikan tanda. Cahaya pohon itu semakin redup, seolah-olah terhubung dengan sesuatu yang semakin jauh.“Sekar, apa yang sebenarnya terjadi?” tanya Mahen suatu malam, ketika mereka duduk di ruang kerja.Sekar menghela napas panjang. “Aku takut... Mahesa mungkin tidak lagi berada di dunia antara. Jika itu benar, maka dia mungkin sudah ditarik ke inti Pohon Kehidupan. Itu adalah tempat di mana roh-roh dipersiapkan untuk dilahirkan kembali.”“Lahir kembali?” bisik Arleta, hatinya mencelos.Sekar mengangguk. “Ya, itu berarti dia akan dilahirkan di dunia yang berbeda, tanpa ingatan tentang kalian. Kalian hanya memiliki sedikit waktu untuk menyelamatkannya sebelum itu terjadi.”Di tengah kebingungan
last updateLast Updated : 2025-01-01
Read more

Kabut yang membelenggu

“Mahesa...” bisik Arleta, langkahnya terhenti saat menatap putranya. Air mata mengalir deras di wajahnya. Wajah Mahesa, yang dulu ceria dan penuh cinta, kini tampak dingin dan tak berjiwa.Namun, apa yang lebih menusuk hatinya adalah tatapan kosong itu, tatapan yang tak lagi mengenalinya.“Pergi,” suara Mahesa dingin dan berat, seperti bukan berasal dari dirinya. “Kalian tidak diinginkan di sini.”Mahen mencoba melangkah maju meski tubuhnya lunglai. “Mahesa, ini ayahmu. Ini ibumu yang selalu mencintaimu. Kami melakukan segalanya untuk membawamu kembali.”Mahesa tidak bergeming. Tangannya terangkat, dan seketika gelombang energi menghantam Mahen hingga terhempas ke tanah.“Mahen!” jerit Arleta, berlari ke arah suaminya. Ia berlutut, memeluk tubuh Mahen yang terguncang akibat serangan itu.Mahen menatap Arleta, mencoba berbicara meski suaranya serak. “Dia... dia bukan lagi anak kita. Ada sesuatu yang menguasainya.”Tawa sinis menggema di ruangan itu. Lirya muncul dari balik bayangan, me
last updateLast Updated : 2025-01-01
Read more

Memasuki dunia yanh hilang

Mahen dan Arleta berdiri di depan gerbang besar yang bercahaya redup. Angin dingin menerpa wajah mereka, membawa bisikan halus seperti suara ribuan jiwa yang terperangkap di dalam. Di balik pintu itu adalah dunia yang tidak mereka kenal, namun takdir telah membawa mereka ke sini.Arleta menggenggam tangan Mahen erat, tatapannya penuh dengan keteguhan meskipun hatinya berdebar hebat. “Kita harus lakukan ini bersama. Aku tidak akan membiarkanmu melakukannya sendirian.”Mahen menatap istrinya, mencium keningnya lembut. “Apa pun yang terjadi, kita akan melawan bersama.”Panji berdiri di belakang mereka, wajahnya serius. “Gerbang ini akan membawa kalian ke inti Pohon Kehidupan. Tapi ingat, ujian yang menanti di dalamnya akan menguji cinta, kepercayaan, dan keberanian kalian. Jangan pernah terpisah, karena itulah kelemahan terbesar kalian.”Keduanya mengangguk, lalu melangkah masuk ke gerbang.Begitu mereka melewati gerbang, dunia di sekitar mereka berubah drastis. Cahaya lembut berwarna em
last updateLast Updated : 2025-01-03
Read more
PREV
1
...
91011121314
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status