Pagi itu, setelah malam yang penuh ketegangan, suasana rumah Mahen dan Arleta dipenuhi kebisuan. Pohon besar di taman belakang berdiri kokoh, tampak biasa saja, seolah tidak pernah terjadi apa-apa. Namun, di hati setiap anggota keluarga, mereka tahu sesuatu telah berubah.Mahesa, yang biasanya memulai hari dengan riang, kali ini duduk termenung di meja makan. Piring sarapannya hampir tak tersentuh. Arleta, yang memperhatikan putranya, merasa resah.“Mahesa, kamu baik-baik saja?” tanya Arleta dengan nada lembut.Mahesa mengangkat bahu kecilnya. “Aku cuma kepikiran. Tadi malam itu nyata, kan? Semua yang aku lihat, yang kita alami?”Mahen, yang sedang menuangkan kopi, menghentikan gerakannya. “Ya, Mahesa. Itu nyata. Dan Ayah nggak suka kamu harus terlibat dalam semua ini.”“Tapi aku merasa… aku harus melakukannya, Yah,” jawab Mahesa, suaranya pelan tetapi tegas.Mahen menatap putranya dengan sorot mata campuran antara bangga dan khawatir. “Kamu masih anak-anak, Nak. Beban ini terlalu ber
Last Updated : 2024-12-27 Read more