Beranda / Romansa / Gadis Pemuas Tuan Mahen / Pertarungan terakhir

Share

Pertarungan terakhir

last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-30 21:48:07

Mahesa berdiri di tengah medan pertempuran yang porak-poranda. Di hadapannya, sosok baru yang muncul setelah ledakan besar tampak seperti gabungan kekuatan gelap dan terang. Tubuhnya memancarkan aura hitam dan putih yang bergelombang, sementara matanya bersinar seperti dua bola api.

"Siapa kau?" tanya Mahesa dengan nada tegas, meski hatinya berdebar hebat.

Sosok itu tidak menjawab. Sebaliknya, ia melangkah maju dengan perlahan, tanah di bawah kakinya bergetar setiap kali ia melangkah.

“Mahesa!” panggil Arleta, wajahnya pucat pasi. “Kita harus mundur! Ini terlalu berbahaya!”

Nyai Sekar, yang selama ini terlihat tenang, mulai menunjukkan ekspresi khawatir. “Ini bukan makhluk biasa. Mahesa, dia adalah jelmaan dari kekuatan yang telah lama terkunci di bawah Pohon Kehidupan. Jika dia bebas sepenuhnya, dunia ini akan hancur.”

Mahen menggenggam pedangnya lebih erat. “Kalau begitu, kita harus menghentikannya sekarang!”

Nyai Sekar menatap Mahen dengan tajam. “Kau tidak akan bisa melawannya den
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Gadis Pemuas Tuan Mahen   Petualangan akhir

    Suara gemuruh dari retakan di tanah semakin memekakkan telinga, diiringi hawa panas yang menyengat. Cahaya merah pekat menyembur keluar, seperti lava yang memuntahkan amarahnya ke permukaan bumi. Mahesa berdiri dengan napas terengah-engah, tubuhnya nyaris kehilangan kekuatan, tetapi tekadnya tetap tak tergoyahkan.“Mahesa, apa yang akan kau lakukan?” tanya Mahen, mencoba menahan tubuh putranya yang nyaris tumbang.Mahesa menggeleng pelan. “Aku harus mengakhirinya, Ayah. Jika aku tidak melakukannya sekarang, dunia ini tidak akan pernah tenang.”Arleta menatap putranya dengan air mata yang mengalir deras. “Tapi kau hanya anak-anak, Mahesa! Tidak ada seorang pun yang mengharapkan ini darimu.”Mahesa menoleh ke arah Bundanya, menatap dalam-dalam dengan senyuman lembut. “Bunda, aku mungkin anak-anak, tapi aku tahu ini adalah tanggung jawabku. Aku telah dipilih oleh Pohon Kehidupan, dan aku tidak akan mundur sekarang.”Mahen menggenggam bahu Mahesa dengan erat, suaranya serak karena emosi.

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30
  • Gadis Pemuas Tuan Mahen   Cahaya yang belum padam

    Malam di desa itu terasa tenang, tetapi di rumah kecil Mahen dan Arleta, suasana penuh kehangatan. Mahesa sudah tertidur pulas di kamarnya, sementara Mahen dan Arleta duduk di ruang tamu, ditemani secangkir teh hangat. Mereka berbicara tentang masa depan, tentang Mahesa, dan tentang mimpi-mimpi yang selama ini tertunda karena perjuangan mereka melawan kegelapan.“Apa kau pikir, semuanya akan benar-benar berakhir?” tanya Arleta, matanya menatap Mahen dengan penuh kekhawatiran.Mahen menggenggam tangannya, mencoba menenangkan istrinya. “Aku ingin percaya bahwa kita telah melewati badai terburuk. Dunia ini berutang kedamaian pada Mahesa. Dia telah memberikan lebih dari yang seharusnya ditanggung oleh seorang anak seusianya.”Arleta menghela napas panjang. “Tapi aku tidak bisa menghilangkan perasaan ini, Mahen. Seperti ada sesuatu yang belum selesai, sesuatu yang masih mengintai.”Mahen terdiam sejenak, memahami ketakutan yang dirasakan Arleta. Meski ia tak ingin mengakuinya, ada bagian d

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • Gadis Pemuas Tuan Mahen   Pertaruhan yang tidak terhindarkan

    Pagi itu, perjalanan mereka menuju Pohon Kehidupan terasa semakin berat. Mahen, Arleta, Mahesa, dan Yudistira berjalan menembus hutan lebat, ditemani oleh kesunyian yang mencekam. Pohon Kehidupan tampak di kejauhan, tetapi cahaya yang biasanya terpancar darinya kini benar-benar padam. Langit di atas mereka kelam, seakan menjadi pertanda bahwa sesuatu yang besar sedang menunggu.Arleta menoleh ke Mahesa, yang berjalan di sampingnya. “Kau lelah, Nak?” tanyanya lembut, menyembunyikan kekhawatirannya.Mahesa menggeleng meski napasnya mulai memburu. “Aku baik-baik saja, Bunda. Kita hampir sampai, kan?”Mahen memandang ke depan dengan serius. “Hampir, tapi kita harus tetap waspada. Sesuatu di sini terasa... salah.”Yudistira berhenti mendadak, tangannya terangkat memberi isyarat agar semua berhenti. “Tunggu.”Mereka semua berdiri diam, mendengarkan. Awalnya hanya kesunyian yang terdengar, tetapi perlahan, suara langkah berat menggema dari arah depan. Suara itu mendekat dengan cepat, dan mer

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • Gadis Pemuas Tuan Mahen   Cahaya dan bayangan

    Keheningan menyelimuti hutan. Pohon Kehidupan kembali bersinar dengan cahayanya yang memancar lembut, tetapi suasana hati Mahen dan Arleta penuh dengan kecemasan. Mahesa terbaring lemah di pelukan Arleta, wajahnya pucat dengan napas yang hampir tak terdengar."Mahesa... Bangunlah, Nak. Tolong," bisik Arleta dengan air mata mengalir deras di pipinya.Mahen, yang biasanya tegar, merasa hatinya hancur melihat putranya seperti ini. Ia berlutut di samping Arleta, memegang tangan Mahesa yang dingin. "Kau kuat, Mahesa. Jangan tinggalkan kami."Sekar, yang berdiri di dekat Pohon Kehidupan, menutup matanya, merasakan energi baru yang muncul dari pohon itu. "Pohon Kehidupan telah pulih, tetapi keseimbangan masih rapuh. Mahesa adalah bagian dari keseimbangan itu sekarang."Arleta memandang Sekar dengan mata penuh kemarahan. "Apa maksudmu? Kau bilang kami bisa menyelamatkan Pohon Kehidupan tanpa kehilangan dia!"Sekar terdiam sesaat, lalu menjawab dengan nada sedih, "Aku tidak pernah menjanjikan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • Gadis Pemuas Tuan Mahen   Antata hidup dan pengorbanan

    Morthak menyerang dengan kekuatan penuh, kapak hitamnya meluncur ke arah Mahesa seperti kilatan petir. Arleta berteriak histeris, sementara Mahen langsung melompat maju untuk melindungi putranya. Namun, sebelum serangan itu mencapai Mahesa, sebuah perisai cahaya tiba-tiba muncul, memantulkan serangan Morthak dan membuat makhluk itu terpental beberapa meter ke belakang.Cahaya itu berasal dari Mahesa, yang kini berdiri dengan kekuatan yang jauh melebihi seorang anak kecil. Tatapan matanya berubah, penuh dengan keberanian dan keteguhan. Tubuhnya memancarkan aura terang yang membuat Morthak tampak semakin kecil."Morthak, aku tidak akan membiarkanmu menghancurkan Pohon Kehidupan atau keluargaku," kata Mahesa dengan suara yang terdengar jauh lebih dewasa daripada usianya.Morthak tertawa terbahak-bahak, meski ada sedikit kekhawatiran di matanya. "Kau hanyalah seorang anak kecil dengan kekuatan yang belum kau pahami. Aku akan menunjukkan apa arti kehancuran!"Morthak kembali menyerang, tet

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01
  • Gadis Pemuas Tuan Mahen   Jejak Mahesa

    Keluarga Mahen kembali ke rumah mereka dengan hati yang berat. Kehilangan Mahesa seperti luka yang terus menganga, meskipun harapan dari Pohon Kehidupan mereka genggam erat.Arleta duduk di ruang tamu, memandangi foto Mahesa yang tergantung di dinding. Wajah kecil itu, dengan senyum polosnya, kini menjadi kenangan yang menghantui. Air mata jatuh perlahan di pipinya, namun ia tetap diam.Mahen berdiri di dekat jendela, menatap gelapnya malam. Angin dingin menyapu wajahnya, seolah dunia luar tak peduli pada rasa sakit yang kini melanda keluarganya.“Mahen,” suara Arleta bergetar, memecah keheningan. “Kau yakin... dia akan kembali?”Mahen menoleh, matanya merah oleh kelelahan dan emosi yang tertahan. Pria itu berjalan mendekati istrinya, duduk di sampingnya, dan menggenggam tangan Arleta.“Kita harus percaya, Arleta. Mahesa berkata dia akan kembali, dan aku yakin dia akan menepati janjinya,” katanya dengan suara tegas, meski di baliknya ada ketakutan yang tak terucap.Namun, kepercayaa

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01
  • Gadis Pemuas Tuan Mahen   Kabut diujung harapan

    Hari-hari setelah serangan Lirya berlalu dengan perlahan. Pohon Kehidupan masih berdiri tegak, meskipun aura yang dipancarkannya mulai melemah. Mahen dan Arleta semakin waspada, menyadari bahwa kekuatan gelap bisa menyerang kapan saja.Namun, sesuatu yang aneh mulai terjadi. Mahesa tidak lagi memberikan tanda. Cahaya pohon itu semakin redup, seolah-olah terhubung dengan sesuatu yang semakin jauh.“Sekar, apa yang sebenarnya terjadi?” tanya Mahen suatu malam, ketika mereka duduk di ruang kerja.Sekar menghela napas panjang. “Aku takut... Mahesa mungkin tidak lagi berada di dunia antara. Jika itu benar, maka dia mungkin sudah ditarik ke inti Pohon Kehidupan. Itu adalah tempat di mana roh-roh dipersiapkan untuk dilahirkan kembali.”“Lahir kembali?” bisik Arleta, hatinya mencelos.Sekar mengangguk. “Ya, itu berarti dia akan dilahirkan di dunia yang berbeda, tanpa ingatan tentang kalian. Kalian hanya memiliki sedikit waktu untuk menyelamatkannya sebelum itu terjadi.”Di tengah kebingungan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01
  • Gadis Pemuas Tuan Mahen   Kabut yang membelenggu

    “Mahesa...” bisik Arleta, langkahnya terhenti saat menatap putranya. Air mata mengalir deras di wajahnya. Wajah Mahesa, yang dulu ceria dan penuh cinta, kini tampak dingin dan tak berjiwa.Namun, apa yang lebih menusuk hatinya adalah tatapan kosong itu, tatapan yang tak lagi mengenalinya.“Pergi,” suara Mahesa dingin dan berat, seperti bukan berasal dari dirinya. “Kalian tidak diinginkan di sini.”Mahen mencoba melangkah maju meski tubuhnya lunglai. “Mahesa, ini ayahmu. Ini ibumu yang selalu mencintaimu. Kami melakukan segalanya untuk membawamu kembali.”Mahesa tidak bergeming. Tangannya terangkat, dan seketika gelombang energi menghantam Mahen hingga terhempas ke tanah.“Mahen!” jerit Arleta, berlari ke arah suaminya. Ia berlutut, memeluk tubuh Mahen yang terguncang akibat serangan itu.Mahen menatap Arleta, mencoba berbicara meski suaranya serak. “Dia... dia bukan lagi anak kita. Ada sesuatu yang menguasainya.”Tawa sinis menggema di ruangan itu. Lirya muncul dari balik bayangan, me

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01

Bab terbaru

  • Gadis Pemuas Tuan Mahen   Kabut yang membelenggu

    “Mahesa...” bisik Arleta, langkahnya terhenti saat menatap putranya. Air mata mengalir deras di wajahnya. Wajah Mahesa, yang dulu ceria dan penuh cinta, kini tampak dingin dan tak berjiwa.Namun, apa yang lebih menusuk hatinya adalah tatapan kosong itu, tatapan yang tak lagi mengenalinya.“Pergi,” suara Mahesa dingin dan berat, seperti bukan berasal dari dirinya. “Kalian tidak diinginkan di sini.”Mahen mencoba melangkah maju meski tubuhnya lunglai. “Mahesa, ini ayahmu. Ini ibumu yang selalu mencintaimu. Kami melakukan segalanya untuk membawamu kembali.”Mahesa tidak bergeming. Tangannya terangkat, dan seketika gelombang energi menghantam Mahen hingga terhempas ke tanah.“Mahen!” jerit Arleta, berlari ke arah suaminya. Ia berlutut, memeluk tubuh Mahen yang terguncang akibat serangan itu.Mahen menatap Arleta, mencoba berbicara meski suaranya serak. “Dia... dia bukan lagi anak kita. Ada sesuatu yang menguasainya.”Tawa sinis menggema di ruangan itu. Lirya muncul dari balik bayangan, me

  • Gadis Pemuas Tuan Mahen   Kabut diujung harapan

    Hari-hari setelah serangan Lirya berlalu dengan perlahan. Pohon Kehidupan masih berdiri tegak, meskipun aura yang dipancarkannya mulai melemah. Mahen dan Arleta semakin waspada, menyadari bahwa kekuatan gelap bisa menyerang kapan saja.Namun, sesuatu yang aneh mulai terjadi. Mahesa tidak lagi memberikan tanda. Cahaya pohon itu semakin redup, seolah-olah terhubung dengan sesuatu yang semakin jauh.“Sekar, apa yang sebenarnya terjadi?” tanya Mahen suatu malam, ketika mereka duduk di ruang kerja.Sekar menghela napas panjang. “Aku takut... Mahesa mungkin tidak lagi berada di dunia antara. Jika itu benar, maka dia mungkin sudah ditarik ke inti Pohon Kehidupan. Itu adalah tempat di mana roh-roh dipersiapkan untuk dilahirkan kembali.”“Lahir kembali?” bisik Arleta, hatinya mencelos.Sekar mengangguk. “Ya, itu berarti dia akan dilahirkan di dunia yang berbeda, tanpa ingatan tentang kalian. Kalian hanya memiliki sedikit waktu untuk menyelamatkannya sebelum itu terjadi.”Di tengah kebingungan

  • Gadis Pemuas Tuan Mahen   Jejak Mahesa

    Keluarga Mahen kembali ke rumah mereka dengan hati yang berat. Kehilangan Mahesa seperti luka yang terus menganga, meskipun harapan dari Pohon Kehidupan mereka genggam erat.Arleta duduk di ruang tamu, memandangi foto Mahesa yang tergantung di dinding. Wajah kecil itu, dengan senyum polosnya, kini menjadi kenangan yang menghantui. Air mata jatuh perlahan di pipinya, namun ia tetap diam.Mahen berdiri di dekat jendela, menatap gelapnya malam. Angin dingin menyapu wajahnya, seolah dunia luar tak peduli pada rasa sakit yang kini melanda keluarganya.“Mahen,” suara Arleta bergetar, memecah keheningan. “Kau yakin... dia akan kembali?”Mahen menoleh, matanya merah oleh kelelahan dan emosi yang tertahan. Pria itu berjalan mendekati istrinya, duduk di sampingnya, dan menggenggam tangan Arleta.“Kita harus percaya, Arleta. Mahesa berkata dia akan kembali, dan aku yakin dia akan menepati janjinya,” katanya dengan suara tegas, meski di baliknya ada ketakutan yang tak terucap.Namun, kepercayaa

  • Gadis Pemuas Tuan Mahen   Antata hidup dan pengorbanan

    Morthak menyerang dengan kekuatan penuh, kapak hitamnya meluncur ke arah Mahesa seperti kilatan petir. Arleta berteriak histeris, sementara Mahen langsung melompat maju untuk melindungi putranya. Namun, sebelum serangan itu mencapai Mahesa, sebuah perisai cahaya tiba-tiba muncul, memantulkan serangan Morthak dan membuat makhluk itu terpental beberapa meter ke belakang.Cahaya itu berasal dari Mahesa, yang kini berdiri dengan kekuatan yang jauh melebihi seorang anak kecil. Tatapan matanya berubah, penuh dengan keberanian dan keteguhan. Tubuhnya memancarkan aura terang yang membuat Morthak tampak semakin kecil."Morthak, aku tidak akan membiarkanmu menghancurkan Pohon Kehidupan atau keluargaku," kata Mahesa dengan suara yang terdengar jauh lebih dewasa daripada usianya.Morthak tertawa terbahak-bahak, meski ada sedikit kekhawatiran di matanya. "Kau hanyalah seorang anak kecil dengan kekuatan yang belum kau pahami. Aku akan menunjukkan apa arti kehancuran!"Morthak kembali menyerang, tet

  • Gadis Pemuas Tuan Mahen   Cahaya dan bayangan

    Keheningan menyelimuti hutan. Pohon Kehidupan kembali bersinar dengan cahayanya yang memancar lembut, tetapi suasana hati Mahen dan Arleta penuh dengan kecemasan. Mahesa terbaring lemah di pelukan Arleta, wajahnya pucat dengan napas yang hampir tak terdengar."Mahesa... Bangunlah, Nak. Tolong," bisik Arleta dengan air mata mengalir deras di pipinya.Mahen, yang biasanya tegar, merasa hatinya hancur melihat putranya seperti ini. Ia berlutut di samping Arleta, memegang tangan Mahesa yang dingin. "Kau kuat, Mahesa. Jangan tinggalkan kami."Sekar, yang berdiri di dekat Pohon Kehidupan, menutup matanya, merasakan energi baru yang muncul dari pohon itu. "Pohon Kehidupan telah pulih, tetapi keseimbangan masih rapuh. Mahesa adalah bagian dari keseimbangan itu sekarang."Arleta memandang Sekar dengan mata penuh kemarahan. "Apa maksudmu? Kau bilang kami bisa menyelamatkan Pohon Kehidupan tanpa kehilangan dia!"Sekar terdiam sesaat, lalu menjawab dengan nada sedih, "Aku tidak pernah menjanjikan

  • Gadis Pemuas Tuan Mahen   Pertaruhan yang tidak terhindarkan

    Pagi itu, perjalanan mereka menuju Pohon Kehidupan terasa semakin berat. Mahen, Arleta, Mahesa, dan Yudistira berjalan menembus hutan lebat, ditemani oleh kesunyian yang mencekam. Pohon Kehidupan tampak di kejauhan, tetapi cahaya yang biasanya terpancar darinya kini benar-benar padam. Langit di atas mereka kelam, seakan menjadi pertanda bahwa sesuatu yang besar sedang menunggu.Arleta menoleh ke Mahesa, yang berjalan di sampingnya. “Kau lelah, Nak?” tanyanya lembut, menyembunyikan kekhawatirannya.Mahesa menggeleng meski napasnya mulai memburu. “Aku baik-baik saja, Bunda. Kita hampir sampai, kan?”Mahen memandang ke depan dengan serius. “Hampir, tapi kita harus tetap waspada. Sesuatu di sini terasa... salah.”Yudistira berhenti mendadak, tangannya terangkat memberi isyarat agar semua berhenti. “Tunggu.”Mereka semua berdiri diam, mendengarkan. Awalnya hanya kesunyian yang terdengar, tetapi perlahan, suara langkah berat menggema dari arah depan. Suara itu mendekat dengan cepat, dan mer

  • Gadis Pemuas Tuan Mahen   Cahaya yang belum padam

    Malam di desa itu terasa tenang, tetapi di rumah kecil Mahen dan Arleta, suasana penuh kehangatan. Mahesa sudah tertidur pulas di kamarnya, sementara Mahen dan Arleta duduk di ruang tamu, ditemani secangkir teh hangat. Mereka berbicara tentang masa depan, tentang Mahesa, dan tentang mimpi-mimpi yang selama ini tertunda karena perjuangan mereka melawan kegelapan.“Apa kau pikir, semuanya akan benar-benar berakhir?” tanya Arleta, matanya menatap Mahen dengan penuh kekhawatiran.Mahen menggenggam tangannya, mencoba menenangkan istrinya. “Aku ingin percaya bahwa kita telah melewati badai terburuk. Dunia ini berutang kedamaian pada Mahesa. Dia telah memberikan lebih dari yang seharusnya ditanggung oleh seorang anak seusianya.”Arleta menghela napas panjang. “Tapi aku tidak bisa menghilangkan perasaan ini, Mahen. Seperti ada sesuatu yang belum selesai, sesuatu yang masih mengintai.”Mahen terdiam sejenak, memahami ketakutan yang dirasakan Arleta. Meski ia tak ingin mengakuinya, ada bagian d

  • Gadis Pemuas Tuan Mahen   Petualangan akhir

    Suara gemuruh dari retakan di tanah semakin memekakkan telinga, diiringi hawa panas yang menyengat. Cahaya merah pekat menyembur keluar, seperti lava yang memuntahkan amarahnya ke permukaan bumi. Mahesa berdiri dengan napas terengah-engah, tubuhnya nyaris kehilangan kekuatan, tetapi tekadnya tetap tak tergoyahkan.“Mahesa, apa yang akan kau lakukan?” tanya Mahen, mencoba menahan tubuh putranya yang nyaris tumbang.Mahesa menggeleng pelan. “Aku harus mengakhirinya, Ayah. Jika aku tidak melakukannya sekarang, dunia ini tidak akan pernah tenang.”Arleta menatap putranya dengan air mata yang mengalir deras. “Tapi kau hanya anak-anak, Mahesa! Tidak ada seorang pun yang mengharapkan ini darimu.”Mahesa menoleh ke arah Bundanya, menatap dalam-dalam dengan senyuman lembut. “Bunda, aku mungkin anak-anak, tapi aku tahu ini adalah tanggung jawabku. Aku telah dipilih oleh Pohon Kehidupan, dan aku tidak akan mundur sekarang.”Mahen menggenggam bahu Mahesa dengan erat, suaranya serak karena emosi.

  • Gadis Pemuas Tuan Mahen   Pertarungan terakhir

    Mahesa berdiri di tengah medan pertempuran yang porak-poranda. Di hadapannya, sosok baru yang muncul setelah ledakan besar tampak seperti gabungan kekuatan gelap dan terang. Tubuhnya memancarkan aura hitam dan putih yang bergelombang, sementara matanya bersinar seperti dua bola api."Siapa kau?" tanya Mahesa dengan nada tegas, meski hatinya berdebar hebat.Sosok itu tidak menjawab. Sebaliknya, ia melangkah maju dengan perlahan, tanah di bawah kakinya bergetar setiap kali ia melangkah.“Mahesa!” panggil Arleta, wajahnya pucat pasi. “Kita harus mundur! Ini terlalu berbahaya!”Nyai Sekar, yang selama ini terlihat tenang, mulai menunjukkan ekspresi khawatir. “Ini bukan makhluk biasa. Mahesa, dia adalah jelmaan dari kekuatan yang telah lama terkunci di bawah Pohon Kehidupan. Jika dia bebas sepenuhnya, dunia ini akan hancur.”Mahen menggenggam pedangnya lebih erat. “Kalau begitu, kita harus menghentikannya sekarang!”Nyai Sekar menatap Mahen dengan tajam. “Kau tidak akan bisa melawannya den

DMCA.com Protection Status