Semua Bab Istri sang Kapten yang Tak Diinginkan: Bab 91 - Bab 100

115 Bab

Bersaing Mendapatkan Mami!

"Ya ampun Mami, jadi ini yang namanya pasar wahana malam, ya?!" Suara decak kagum dengan tatapan mata berbinar-binar menjadi bukti betapa Louis menyukai pemandangan di depannya saat ini. Sebuah tempat yang penuh dengan wahana permainan, aneh macam orang berjualan dari makanan, aksesoris, hingga banyak hal lainnya. Tempat yang sangat ramai, Louis begitu kagum melihat keramaian ini. "Suka, Sayang?" tanya Alesha membungkukkan badannya. "Suka Mi! Ayo ke sana!" Anak itu langsung langsung menarik lengan Alesha. "Ehhh... Jangan! Gendong Mami saja, di sana ramai. Nanti Louis hilang!" seru Alesha mencekal pergelangan tangan mungil milik putranya. "Kita tunggu Papi sebentar." Tak berselang lama Oliver kembali muncul, laki-laki itu baru saja menjawab panggilan dari rekannya. Dan kini ia mendekati Alesha, mengambil alih Louis dari gendongan sang istri. "Maaf ya, lama menunggu," ujar Oliver merangkul pundak Alesha. "Tidak papa," jawab wanita itu tersenyum. "Pi ayo masuk ke dalam sana! Ma
Baca selengkapnya

Suami dan Putraku yang Posesif!

"Louis maunya gimana sih, Sayang? Tidur tidak mau, tapi nangis terus!" Alesha putus asa dengan anaknya yang merengek-rengek. Padahal Oliver sudah tidur di sofa, laki-laki itu berbaring di sana dan menyaksikan saingan kecilnya yang sedang membuat pusing Maminya. "Mau tidur sama Papi di sofa?" tawar Oliver. "Ih siapa sih, tidak kenal... Tidak kenal..." Louis berdiri di atas ranjang mengejeknya. Andai bocah itu bukan putranya, mungkin Oliver akan mengikat anak itu di tiang kanopi ranjang dan menarik-narik pipi gembilnya. Sungguh, karakter Louis membuat Oliver kembali mengingat dirinya dulu saat rebutan Bibi Ruitz bersama dengan Reis, saudara sepupunya yang telah meninggal dunia. Oliver dulu juga nakal seperti Louis, malah dia lebih parah. Hingga melihat putranya yang super nakal ini membuat Oliver menganggapnya lumrah, Louis menurun padanya. "Sekarang tidur atau Mami keluar!" ancam Alesha pada putranya ini. Louis langsung berbaring, dia memeluk tubuh Alesha dan menyembunyikan tubu
Baca selengkapnya

Papa dan Anak Sama-sama Menjengkelkan

"Mami, ini rumah siapa?" Louis mendongak menatap rumah megah di hadapannya. Alesha tersenyum karena wajah polos Louis yang sangat penasaran. "Ini rumah Papi, Sayang. Kita akan tinggal di sini dengan Papi.""Hah? Tinggal di sini, Mami?" tanya anak itu dengan wajah polosnya. Alesha mengangguk serius. "Iya. Tinggal di sini, kenapa memangnya?" Tidak ada jawaban dari Louis, dia berjalan mengekori Papinya dan berjalan naik ke lantai dua. Rumah megah itu sangat indah, taman-taman yang luas, dan pemandangan segar di sekitar yang masih terjaga. "Mi, Louis mau di rumah Oma sama Opa saja! Tidak mau tinggal di sini," protes Louis menoleh ke belakang pada Alesha. "Loh... Kenapa memangnya, Sayang? Tinggal di sini enak juga kok," ujar Alesha mengusap pucuk kepala sang putra. Wajah merengutnya langsung tertuju pada Oliver. Laki-laki yang tengah bercakap-cakap dengan Bibi Ruitz. Begitu Oliver mendekat, Louis langsung mencekal telapak tangan Papinya. Oliver yang peka langsung membungkukkan bad
Baca selengkapnya

Louis Mengganggu Momen Penting

"Hari ini pokoknya kita harus akur! Papi jangan nakal sama Louis, kalau Papi nakal nanti Louis tidak punya temen!" Anak itu mengoceh sejak tadi dalam gendongan Oliver. Mereka baru saja keluar dari dalam pusat perbelanjaan membelikan hadiah untuk Alesha yang marah di rumah. "Halah, yang nakal itu Louis. Tapi Papi pula yang harus berusaha menggantikan barang-barang Mamimu yang kau rusak." "Kan salahnya Papi juga tidak bisa menjaga Louis," jawab anak itu. Persis sekali seperti masa kecil Oliver dulu, dia pandai menjawab dan jawabannya semua benar. Memang Oliver yang tak pandai menjaga Louis. Dan anak sekecil ini juga banyak sekali polah dan tingkahnya. Setelah kembali dari mall, kini Oliver dan Louis masuk ke dalam rumah. Nampak Alesha yang tengah berada di ruang keluarga sendirian bersama dengan buku-bukunya. "Mami...!" Suara pekikan Louis terdengar. Alesha menatap Papa dan anak yang kini berjalan ke arahnya. "Mau apa kalian?" tanya Alesha dengan nada dingin dan tidak mau tahu.
Baca selengkapnya

Mengkhawatirkan Isi Hatimu

Keesokan harinya Louis demam, anak itu tidak bangun dari atas ranjang dan ceria seperti biasanya. Louis tetap berada di atas ranjang dan menahan Maminya di sana untuk tidak meninggalkannya meskipun sebentar. "Panasnya sudah turun?" tanya Oliver mendekati Alesha. "Belum, semakin naik. Kita bawa ke rumah sakit saja, ya... Aku takut kalau terjadi sesuatu." Alesha menatap suaminya cemas. "Iya. Ayo sekarang saja, jangan menunda-nunda. Kasihan dia sangat pusing." Oliver menyahut kunci mobilnya. Laki-laki itu membantu Alesha memasang gendongan untuk Louis. Kecemasan terlihat jelas di raut wajah Alesha saat ini. Tidak bisa Oliver bayangkan, saat Alesha bercerita bila Louis sakit tidak mau didekati oleh siapapun selain Alesha. Oliver tak mampu membayangkan selelah apa istrinya saat itu. "Aduhh... Kepala Louis pusing, Mami!" rengek anak itu lagi dan lagi."Iya Sayang. Kita ke tempat Pak dokter ya Sayang, nanti Louis tidak pusing lagi," bisik Alesha seraya berjalan keluar dari dalam rumah
Baca selengkapnya

Menemani Anak dan Istriku

"Ayo pulang dong Mi, Louis sudah sembuh kok..." Louis mengerjapkan kedua matanya sedih menatap Alesha yang duduk di sampingnya. Anak itu menangis merengek tiap menatap punggung tangan kirinya yang terpasang jarum infus. "Sabar ya Sayang, tunggu dokternya kembali. Kalau sudah, nanti pulang kok... Papi juga belum kembali." Alesha mengusap pucuk kepala Louis dengan lembut. "Papi ke mana? Papinya Louis ke mana, Mami?" Louis mendongakkan kepalanya dan kembali menangis. Alesha menghela napasnya panjang, ia kembali menggendong Louis dan diajaknya berdiri di dekat jendela melihat pemandangan di luar yang sangat cerah pagi ini. Oliver masih pergi untuk suatu urusan penting. Alesha tak henti-henti memikirkan suaminya itu, tak disangka saja kalau Oliver yang sudah menjadi seorang Laksamana akan mengambil cuti dan memilih untuk meneruskan bisnisnya. Tidak salah baginya menebus waktu bertahun-tahun meninggalkan Alesha, kini ia ingin membayar semua itu dengan menemani istri dan anaknya disepan
Baca selengkapnya

Anak Pintar dan Posesif

Beberapa hari ini Oliver sudah tidak pergi lagi ke pangkalan. Setiap pagi Alesha selalu mendapati suaminya dengan pakai rapi tuxedo hitam, bukan lagi seragam perwira putih yang dulu terkesan sangat cocok di tubuh Oliver. "Pagi Sayang," sapa Oliver mendekati Alesha di ruang makan. "Pagi," balas wanita itu tersenyum manis. "Mana jagoanku?" tanya laki-laki itu seraya mengecup pipi Alesha. "Di luar dengan Ares, sepertinya diajak jalan-jalan di belakang. Sejak tadi merengek ingin melihat kuda," jawab Alesha. "Hemmm, anak itu..." Oliver menarik kursinya, ia menatap meja makan yang dipenuhi dengan beberapa lauk pauk dan buah-buahan kesukaan Louis. Mereka memang tidak mencari pelayan seperti dulu. Hanya ada Bibi Ruitz dan satu pelayan saja, selebihnya Alesha yang menginginkan meluangkan waktunya sebagai ibu rumah tangga seperti orang-orang kebanyakan. "Hari ini langsung ke kantor, ya?" tanya Alesha. "Heem, ada beberapa orang yang ingin bertemu denganku. Urusan Bank masih ada Kall yan
Baca selengkapnya

Wanitaku yang Hangat Penuh Perhatian

Hari sudah larut malam, jam menunjukkan pukul hampir setengah satu dini hari. Alesha tidak mendapati suaminya berada di dalam kamar, bahkan saat ini ia sedang sendirian. "Hemm, ke mana Oliver," lirih wanita itu menyibak selimutnya. Alesha berjalan melangkahkan membuka pintu kamarnya, wanita itu menatap sekitar dan selasar lantai dua sangat sepi. "Tidak ada orang sama sekali, Oliver ke mana? Apa dia masih lembur?" Mau tidak mau Alesha turun ke lantai satu dan melangkah menuju ruangan kerja suaminya. Ternyata benar dugaan Alesha kalau Oliver masih sibuk dengan pekerjaannya. Dengan kaca mata tipis yang dia pakai, tumpukan berkas di atas meja kayu, secangkir kopi yang mungkin sudah habis, dan wajah serius tegang dengan pekerjaan tak usai-usai, laki-laki itu tidak tahu keberadaan Alesha kini. "Sayang," panggil Alesha pelan. "Belum selesai, ya?"Oliver menatapnya, dia tersenyum dan menggeleng. "Kurang sedikit lagi. Kenapa sudah bangun?" "Kau tidak ada di sampingku barusan, jadi aku l
Baca selengkapnya

Jangan Samakan Alesha yang Dulu dan Sekarang

"Louis tidak mau sekolah, Mami... Louis mau bobo lagi!" Suara teriakan menggema di lantai dua, Louis kembali drama di pagi hari hingga membuat Alesha lelah sendiri. Selain menjerit, dan marah, tentu saja putra Oliver itu menangis keras-keras menolak untuk sekolah. Padahal hari ini pertama kalinya dia harus berangkat ke sekolah. "Huwaa... Papi tolongin Louis! Louis tidak mau sekolah, Pi!" teriak anak itu menangis."Bakar saja semua legonya kalau tidak mau sekolah!" amuk Alesha melemparkan tas koper berisi mainan milik Louis. Anak itu semakin marah dan menangis. Dia tidak mau mandi, tidak mau beranjak dari atas ranjang juga. "Terserah Louis mau pintar atau tidak, Mami capek..." Alesha mengabaikan tangisan Louis, anak itu masih bersembunyi di balik selimut sambil menangis berteriak-teriak. Barulah Oliver kini muncul, laki-laki itu mendekati Putranya yang masih menangis keras-keras di atas ranjang. "Sudah Sayang, jangan dimarahi terus," ujar Oliver pada Alesha. "Bagaimana aku tid
Baca selengkapnya

Tamu yang Tak Diundang

Usai selesai jam kegiatan sekolahnya, Alesha dan Louis menunggu Oliver di depan gerbang sekolah. Oliver meminta Alesha untuk tidak meninggalkan putranya di sekolah. Karena putra Oliver itu memiliki karakteristik anak nakal yang luar biasa. "Papi mana sih Mam? Kok lama banget, Louis sudah lapar!" Anak laki-laki itu mendongak menatap wajah Maminya. "Sabar Sayang, pasti Papi sedang perjalanan menuju ke sini." Alesha mengusap kedua pipi gembil putranya. "Louis lapar, ya?" "Heem, mau makan sama seafood," jawabnya. "Halah, ada-ada saja..." Sampai akhirnya beberapa menit kemudian muncullah sebuah mobil berwarna putih yang kini berhenti di depan Alesha dan Louis. Namun bukan Oliver melainkan laki-laki muda tampan dengan balutan pakaian perwiranya. "Om Diego!" pekik Louis mengenalinya. "Louis!" Mereka berdua berpelukan, pemuda itu adalah pengasuh Louis saat masih tinggal di kediaman Fredrick. Louis menjadi nakal mereka-mereka ini gurunya. Hingga kini Diego memeluk Louis dengan erat
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status