Semua Bab Mengandung Bayi Mantan Mertua: Bab 31 - Bab 40

148 Bab

32. Ciuman Livy untuk Robin

Seperti yang Livy katakan sebelumnya, ia benar-benar tidak ingin menikah dengan Leonel. Terlebih lagi lelaki itu tidak memiliki hubungan yang baik dengan Robin. Itu artinya tidak ada yang bisa diharapkan dari dirinya. Ia tidak memiliki pekerjaan, dan kemungkinan tidak akan mendapat warisan. Jadi, Livy lebih memilih merendahkan harga diri untuk meluluhkan hati Robin.Rumah itu hanya ada tiga kamar. Satu kamar utama yang ditempati oleh Leonel, kamar tamu tempat Airin, dan kamar pembantu yang selama ini kosong dan dihuni oleh Robin selama dua malam ini. Namun, karena Livy tinggal di sana sekarang, terpaksa kamar pembantu diserahkan pada Livy. Sementara Robin sendiri tidur di sofa ruang tengah.Livy tidak bisa tidur malam ini. Pikirannya dipenuhi oleh banyak hal. Ia belum mendapat pencerahan seperti apa hidupnya ke depan. Ia telah merusak kariernya demi bisa mendapatkan Leonel. Kini usahanya sia-sia, sebab Leonel sudah tidak punya apa-apa. Sementara Robin sangat susah untuk ditaklukkan. M
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-12
Baca selengkapnya

33. Kau Benar-benar Cari Mati

Rumah berlantai dua itu terasa sangat canggung sekarang. Sebab, semua penghuni rumah tidak ada yang memiliki hubungan yang baik. Meja makan selalu hening, hanya suara denting yang terdengar ketika sendok beradu dengan piring.“Aku sudah menulis banyak CV. Setelah sarapan nanti, aku akan mengunjungi banyak perusahaan untuk mengajukan surat lamaran.” Leonel berucap pada Airin. Berharap sang istri akan memberikan semangat. Sebab, tidak ada yang mendukung dirinya sekarang. Ia seperti orang yang terbuang. Tidak memiliki siapa pun yang berdiri di sampingnya.Airin hanya diam seraya terus menikmati hidangan. Ia tidak tertarik membalas ucapan Leonel, ia bahkan tidak menoleh pada lelaki itu. Tatapannya hanya tertuju pada piring yang berisi nasi goreng.“Airin.” Leonel memanggil, panggilan itu terdengar penuh dengan nada menuntut.Airin terus melahap hidangannya. Bersikap begitu cuek seolah tidak mendengar apa pun. Setelah piringnya kosong, ia bangkit berdiri menuju westafel. Dicucinya peralata
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-12
Baca selengkapnya

34. Balas Dendam Dimulai

Pada akhirnya, Airin tetap dibawa ke pusat rehabilitasi mental setelah ia keluar dari rumah sakit. Sebab, sifatnya semakin tidak terkendali. Mau tidak mau, itulah jalan satu-satunya. Selama enam bulan di sana, akhirnya ia pulih total. Kenangan-kenangan buruk di masa silam, telah terhapuskan. Namun, dendamnya pada Leonel tetap saja masih tertanam. Ia tidak menunjukkan itu pada orang lain. Hanya ia yang tahu tentang dendamnya dalam dada.“Selamat datang kembali ke rumah, Sayang.” Arie berucap dengan lembut, membukakan pintu mobil untuk putrinya.Airin turun dengan senyum manis yang terukir di bibirnya. Senyum yang sempat hilang selama berbulan-bulan lamanya. Mereka senang, sebab Airin telah kembali seperti sebelumnya.Airin menghela napas dengan dalam. Setelah terpenjara selama enam bulan di pusat rehabilitasi, akhirnya ia bisa menghirup udara segar. Ia merindukan rumah dan semua canda tawa yang ada di sana.“Pi, Airin balik ke rumah Mas Leo, ya.” Airin meminta izin.Mendengar kalimat i
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-12
Baca selengkapnya

35. Meminta Saham

“Jadi, papa ngasih kamu seperempat saham dia sebagai hadiah pernikahan kamu sama Livy?” Airin bertanya dengan lembut setelah Leonel bercerita panjang kali lebar mengenai kehidupannya dengan Livy setelah Airin pergiLeonel mengangguk, mengiyakan. Ia peluk tubuh Airin dengan sangat erat. Meluapkan rasa rindu yang terpendam sekian lama.Setelah Airin bersandiwara seolah ia masih mencintai suaminya seperti sebelumnya, Leonel dengan senang hati menarik Airin untuk naik ke ranjangnya. Ia bercerita banyak di sana. Tentang Robin yang dengan baik hati memberikan seperempat saham untuk anak Leonel. Sebab, anaknya perempuan. Ia sangat mendambakan punya anak perempuan sejak dulu, tapi ternyata hanya terealisasikan lewat cucu.Pantas saja kehidupan Loenel tampak mewah sekarang. Ternyata ia dapat pemasukan yang begitu besar dari warisan. Tanpa bekerja pun, ia akan terus menerima banyak uang setiap bulan.“Dan waktu pernikahan kita dia hanya memberi kita rumah. Bukankah kau merasa ini tidak adil, Ma
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-13
Baca selengkapnya

36. Prioritas

“Nyonya, Tuan Robin memaksa masuk.”Lenzy dan Airin menoleh pada sumber suara. Jelas sekali dari tatapan wanita paruh baya itu, ia menolak kehadiran sang besan di sana. Semenjak kejadian waktu itu, ia dan suaminya tidak lagi percaya pada Robin dan keluarganya. Mereka sudah dibuat kecewa berulang kali, sehingga tidak tersisa sedikit saja kepercayaan dalam dada.“Suruh masuk.” Airin memberi perintah.“Sayang ….” Lenzy terdengar keberatan.“Mami jangan khawatir. Kita harus membuat mereka percaya kalau Airin masih sayang sama Mas Leo.” Airin mengeaskan. Berharap dengan sangat agar sang ibu mendukung rencananya.Terpaksa Lenzy mengalah. Ia setuju saja mempersilakan Robin dan Leonel memasuki rumah besar milik mereka.“Baik, Nyonya.”Berselang beberapa menit kemudian, Robin memasuki rumah bersama putranya. Wajahnya begitu cerah dengan bibir yang dipenuhi oleh senyuman.“Airin!” Robin tampak begitu senang setelah ia menyaksikan sendiri jika Airin telah pulih total dan baik-baik saja sekarang.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-13
Baca selengkapnya

37. Otak Selangkangan

“Yang, badan Vina panas. Sepertinya dia demam.” Livy memberitahu suaminya yang tengah olah raga di halaman belakang.Leonel berhenti work out, ia meraih sapu tangan untuk mengusap wajahnya yang penuh dengan keringat. Lalu, menenggak air minum dari botol cukup banyak. Lelaki itu mendekat, menyentuh kening putrinya yang terasa begitu panas.Sebagai seorang ayah, tentu saja Leonel merasa sangat khawatir dibuatnya. Ia takut terjadi sesuatu yang buruk menimpa bayi mungil itu.“Sejak kapan?” Leonel bertanya memastikan.“Baru pagi ini, tapi tadi malam dia sudah mulai rewel. Aku kurang tidur semalaman karena harus gendong dia.” Wanita itu memberitahu dengan wajah panik. Tampak matanya memerah, sebagai pertanda bahwa dia memang kurang tidur.“Aku mandi dulu, habis mandi nanti kita langsung ke rumah sakit. Kamu siap-siap.” Lelaki itu memberikan mandat. Livy mengangguk setuju.Bergegas Leonel membawa masuk peralatan work out-nya. Ia mandi dengan begitu tergesa-gesa, sebab tidak ingin membuang-bu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-13
Baca selengkapnya

38. Menikahlah Denganku

Livy menghempaskan tubuh dengan kasar ke sofa setelah ia kembali dari rumah sakit untuk memeriksa putrinya. Wajahnya begitu kusut dan tertekuk, tampaknya ia masih sangat kesal atas apa yang telah terjadi pagi tadi.Belvina tampak tengah terlelap dalam gendongan ibunya. Bibir bayi itu tampak kering dan pecah-pecah, mulutnya bahkan tampak terbuka. Suhu tubuhnya cukup tinggi untuk ukuran anak bayi.Rumah tampak begitu sunyi, tidak ada suara siapa pun sama sekali. Livy menatap sekitar, mencari keberadaan suaminya. Namun, tidak ia temukan apa yang ia cari. Hanya ada ART yang tampak sibuk mengurus rumah.Livy menghela napas dengan kasar. Ia bangkit berdiri, hendak beranjak menuju kamar. Namun, langkahnya terhenti ketika mendengar pintu rumah terbuka dengan kemunculan Airin dan Leonel di baliknya.Di tangan Airin tampak ada banyak kantung belanjaan. Mereka habis kembali dari toko pakaian. Wanita itu telah menghabiskan banyak uang untuk membeli baju mahal.“Leonel! Kau benar-benar—” Livy terl
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-16
Baca selengkapnya

39. Pria Tua Mesum

“Tadi malam kenapa kau tidak membukakan pintu? Aku berdiri di depan kamarmu lama sekali. Berulang kali aku panggil sambil aku ketok, tapi tidak ada respons sama sekali.” Leonel protes pada Airin ketika mereka tengah sarapan bersama pagi ini.Airin menoleh, memasang wajah yang begitu polos bak malaikat. Ia menunjukkan eskpresi bersalah.“Oh, ya? Aku tidak tahu, aku tidak mendengar apa pun. Mungkin karena aku kecapean, jadi tidur terlalu lelap.” Airin mencari alasan. Ia sengaja tidak membuka pintu karena tidak ingin berbagi ranjang dengan suaminya.“Kau tidak melakukan apa pun, mengapa kau kelelahan? Harusnya aku yang kelelahan, aku mengurus bayi dari pagi sampai malam, bahkan hampir tidak tidur karena bayiku selalu rewel akibat demam.” Livy langsung menimbrung pembicaraan, adu nasib dengan istri pertama suaminya itu.“Jangan bandingkan dirimu dengan Airin, jelas kalian berdua itu berbeda.” Leonel langsung menanggapi.“Apa bedanya? Kami sama-sama istrimu!” Livy tidak ingin diam. Ia tamp
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-16
Baca selengkapnya

40. Bajingan

Airin pulang ketika hari sudah hampir malam. Ia menghabiskan waktu seharian bersama sang ayah di kantornya. Menemani lelaki itu sarapan, makan siang, lalu meeting penting dengan beberapa client. Ia diajak oleh Arie untuk terlibat dengan perusahaan, sebab hanya Airin yang akan menjadi penerus di sana. Rencana yang semula akan diwariskan pada Leonel, kini hanya tinggal cerita. Arie tidak percaya siapa pun selain putrinya.Airin tampak begitu kelelahan ketika ia pulang. Ia diantar oleh supir hingga depan pagar.“Makasih, Pak.” Airin berucap dengan lembut, lalu beranjak turun.Airin melangkah seraya mengirimkan pesan pada ayahnya untuk memberitahu bahwa ia telah tiba di rumah dengan selamat.Livy menyambut dengan senyum manis di bibirnya. Mulai memasang topeng untuk menutupi watak aslinya. Airin sudah tahu apa niat wanita itu, ia hanya melongos pergi begitu saja tanpa berucap apa-apa. Senyum yang Livy berikan padanya bahkan tidak ia balas sama sekali.“Sayang, kau sudah pulang?” Leonel me
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-16
Baca selengkapnya

41. Merahasiakan Ciuman

“Papiii!” Airin memasuki ruang meeting begitu saja. Ia menangis ketika ia masuk ke sana, sehingga ia menjadi pusat perhatian semua orang yang tengah berada di dalam ruangan.Wanita berambut hitam pekat itu langsung memeluk lelaki yang tengah memimpin rapat. Ia menangis sesenggukan dalam dekapan sang ayah.Arie sudah menghubunginya berulang kali, sebab ia yang tidak kunjung datang di saat meeting hampir dimulai. Tidak ada balasan darinya meski Arie sudah mengirim spam pesan. Ia bahkan tidak mengangkat ketika Arie menelepon. Wajar saja, sebab hingga kini ponselnya masih berada dalam genggaman Robin.“Rapatnya kita tunda sebentar. Nanti kita lanjut kembali.” Arie berucap dengan penuh wibawa.Para karyawan yang ada di sana mengangguk mengerti, mereka lekas membereskan berkas di meja, lalu beranjak keluar dari sana.“Kenapa, Sayang?” Arie membalas pelukan putrinya. Ia beri usapan lembut di punggung wanita itu. Ia kecup puncak kepala Airin dengan penuh kasih sayang.Mendapat pertanyaan sema
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-18
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
15
DMCA.com Protection Status