“Kamu itu yang anak dan adik gak tahu diri! Disekolahin, digedein tapi apa balasannya? Ibu yang merawatmu bukan istrimu, Bayu! Dasar durhaka!”“Ya suka-suka kamu lah, Mbak, mau ngatain aku apa. Kalau kamu bukan anak durhaka ya sudah kamu saja yang rawat dan kasih ibu uang bulanan. toh suamimu juga kerja dan gajinya lumayan kan? Udah ya males aku debat sama orang kayak kamu, Mbak. Maunya menang sendiri.”Perdebatanku dengan mbak Sita melalui telepon akhirnya kumatikan. Tidak ada gunanya kalau diteruskan, yang ada hanya akan menambah masalah dan sakit hati. Tidak lupa juga kublokir nomornya agar tidak lagi bisa menggangguku. Kuhembuskan napas untuk melegakan sedikit sesaknya dada. “Siapa, Mas? mbak Sita ya?” tanya Amel, aku membalikkan badan dan menatapnya yang kini wajahnya sudah tampak sendu. “Iya, Sayang.” “Pasti dia marah gara-gara kita jalan-jalan begini ya? Kamu pasti bikin status di media sosialmu kan?” Aku mengangguk. Amel menghembuskan napsnya lalu berkata, Untuk apa? Kan d
Last Updated : 2024-03-08 Read more